Pengenalan

33 6 5
                                    

Deg... Tania merasa pipinya memerah. Ia sudah menduga, kalau ia pasti akan menyukai salah satu seniornya.

"Assalamualaikum! Eh, minjem remot ac dong!" Tiba-tiba Tania tersadar dari lamunannya, karena suara berat yang muncul sambil menggebrakan pintu.

"Waalaikum salam. Emang di kelas lu ga ada?" Tanya Kak Riri pada lelaki yang masih diam di ambang pintu itu.
"Kaga ada, makanya ini mau minjem," katanya sambil menatap ke seluruh penjuru ruangan mencari yang ia cari.

"Kelas ini kayanya ga ada juga deh," dengan suaranya yang khas, Kak Ardhan mulai membuka mulut. "Yah... Yaudah deh," katanya sambil berbalik ke luar kelas.

"Nggak mau ngenalin diri dulu, nih?" Kak Riri menawarkan dengan lembut.
"Yaudah. Halo! Kenalin saya Muhammad Rakha Al Ghifari, dari kelas... Mana hayoo??? Yang pasti dari kelas 12 IPS 3. Panggilannya Kak Rakha aja. Dah ya, babay."

Kak Rakha, dari lencananya dia adalah anggota paskibra sekolah sekaligus anggota OSIS. Dia memiliki tubuh sedikit berisi dan badan yang tinggi, juga alis yang tebal. Cukup rupawan, tapi Tania tak tertarik. Dia tetap tertarik dengan satu-satunya lelaki yang berdiri didepan ini. Iya, Ardhana Rafi namanya.

"Dek, kalian saling kenalan dulu aja sama temen kalian ya, nanti bakal ada guru yang mau ngasih materi. Sebentar kok, abis itu kalian bakal istirahat sebentar dan pulang." bisikan bahagia terdengar dari para siswa yang sebenarnya belum saling mengenal itu.

.
.
.
.

Tania membuka bukunya untuk yang pertama kali, setelah lama ia tak membuka buku. Sekarang, Bu Yanti menyuruh siswa-siswi untuk mencatat nama teman sekelasnya.

Duh... Lama ga nulis. Tulisannya jadi jelek gini kan. Batinnya.

Nana yang duduk disampingnya langsung berdiri dan berjalan kebelakang. Tania bertanya pada dirinya sendiri mengenai sikap Nana yang agak menyebalkan dimata Tania.

Tapi, Tania tidak mau memusingkan hal itu. Dan langsung saja dia mencatat nama seseorang didaftar nama teman sekelasnya. Tentu saja, yang pertama tertulis adalah rekan sebangkunya Nana Firdaus, dan yang kedua gadis polos yang baru saja dia kenal tadi pagi, Aira Poetri.

Karena masih banyak daftar nama yang kosong. Ia lantas memberanikan diri untuk bertanya kepada teman diseberang bangkunya.

"Eng... Nama kamu siapa?" tanyanya dengan penuh ragu.
"Reva Arianti, salken. Lu siapa?"
"Tania Ezekiel," ujarnya sambil tersenyum paksa.
"Okeh,"

Tania merasa kalau anak ini juga sama dan akan mengikuti jejak Nana. Ya, Tania memang mudah menilai seseorang dari caranya berbicara dan melihat sekitaran. Walau terkadang dia salah menilai.

Dia pun beranjak dari kursinya dan menuju ke arah belakang, sambil berdoa agar tidak dimarahi Bu Yanti yang masih ada didepannya. Walau pada akhirnya Bu Yanti memperbolehkan siswa beranjak dari tempat duduk untuk berkenan dengan teman baru mereka.

Tania mulai melirik ke name tag mereka, dan langsung mencatatnya. Tanpa harus bertanya kepada mereka.

Ditengah asyiknya ia menulis. Dengan tak diduga-duga seseorang menepuk pundaknya, membuat si empunya kaget.

"Eeh... Ke-kenapa?" tanya Tania dengan terbata-bata. "Aku Nisa Yastanto, kamu siapa?"

Tania pun menunjukkan name tagnya. Dia memang malas berbicara.

"Ooh..." katanya sambil menulis dibukunya.

Dan pada saat itu, semua orang melihat dan memegang name tag yang Tania kalungkan dilehernya. Dan menyuruhku untuk mencatat nama mereka.

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang