Pesta ulang tahun kakek berlangsung meriah dengan sajian makanan yang sudah dipersiapkan. Meskipun dengan acara sederhana tapi cukup menghadirkan kenhangatan di tengah-tengah keluarga kecil ini. Semuanya tersenyum dan kami bisa makan dengan puas.
untuk mengendorkan isi perut, aku keluar mencari angin dan pandanganku tertuju pada sebuah pohon dekat rumah sederhana di depan rumah kakek. Rumah itu biasanya sebagai tempat belajar ngaji di pekarangan kampung kakek.
Pohon yang teduh memberikan nuansa sejuk membuat suasana menjadi nyaman. Kupandangi rumah tua tempat pertama aku berjumpa dengan teman pertamaku. Dia laki-laki yang pertama kukenal yang mengajariku arti persahabatan. Mengajariku bagaimana menemukan kehangatan. Memberiku pengalaman tentang menjamah alam yang menyejukkan. Temanku itu entah dimana sekarang dan apa yang terjadi padanya. Dia haya sebuah serpihan ingatan masa kecilku yang mungkin tak bisa kutemukan lagi. Menunggu dia datang rasanya keterlaluan. Kami sudah berpisah selama lebih dari 15 tahun. Entah dimana dirinya sekarang....
****
Kutelusuri rumah tiada penghuni itu. Rumah ini masih terawat meski tidak ada orang. Mungkin para anak-anak desa yang mengaji bersama membersihkannya setelah mereka selesai menggunakannya. "Pakkkkkk..." sebuah buku terjatuh dan suara itu berasal dari sudut rumah yang dibatasi sebuah papan triplek yang mulai runtuh. Penasaran dengan suara itu membuat kakiku bergerak mendekati suara itu. Lalu sebuah tangisan mengagetkanku sebab yang kutahu rumah ini tak berpenghuni. Tapi kucoba menepis rasa takut ini dan percaya bahwa tidak ada hantu di siang hari. Dann.....
"Mike? Kenapa kau disini?" yang kutemukan ternyata dia tuh.
Dia berjongkok danmasih menatap sebuah buku yang terlihat sudah tua. Sebuah album usang yang menampilkan foto yang tak jelas bisa kulihat.
Aku penasaran kenapa dia bisa menangis seperti itu? Apa dia menemukan sesuatu yang mengharukan? Setelah beberapa lama mengenalnya, dia bukanlah pria secengeng itu. Kudekati posisinya yang masih kaku dan isaknya terdengar membuatnya sesak seperti anak kecil yang kesepian. Aku kasihan melihatnya begitu.
"Mike?..." kudekati dirinya dan kulihat sebuah foto yang nampak tidak asing. Wah... bukankah itu...
Ya, tidak salah lagi! Itu foto teman masa kecilku yang sudah kulupa namanya. Yah, kenapa dia menangis melihatnya? Ohiya...temanku itu terlihat bahagia memeluk seorang wanita cantik yang masih muda. Itu.....foto yang sama di rumah Mike.
Mungkinkah Mike adalah teman masa kecilku?
Aku diam seribu bahasa dan seakan terpaku dengan kenyataan ini. Antara bingung dan bahagia, antara senang dan gelisah. Pikiranku campur aduk saat ini. Mike adalah dia? Mike yang dulu itu? Tunggu dulu manatau itu adalah saudaranya dan aku harus berpikir netral dulu.
"Apa kau kenal dia?" suaranya keluar setelah aku menunggu tangisannya reda. Aku tahu dia pasti sangat merindukan ibunya. Aku saja menangis melihat foto mendiang ayah. Yah, kehilangan itu sangat sakit. Aku tahu rasanya. Ternyata saat melihatnya aku ikut menangis juga. Apa ini yang namanya perasaan senasib? Rasa kesepian itu juga sama-sama memanggilku mengingatkanku pada kejadian yang sama.
"Haa? Apa maksudmu anak kecil dalam foto itu?" tanyaku dengan ragu.
"Iya! Jadi siapa lagi?" Mike terlihat kaku.
"Iya dia teman masa kecilku. Dulu dia teman pertamaku. Dulu kami sering bermain bersama jika aku datang ke rumah kakek. Dia adalah teman yang baik. Kami belajar menulis, main kelereng bersama,.."
"..dan mencuri durian orang." Mike menyambung perkataanku.
"main tinju bersama..." lanjutku.
"berenang di parit kotor..." dia tertawa geli.
"mencuri susu kambing opung...."
"dan kau melemparku batu sampe berdarah-darah...." Mike menimpali sambil tersenyum nakal.
WKa...waka...waka...
Mike dan aku tertawa bersama. Air matanya memang masih membasahi pipinya tapi mataku menangkap senyum terbaik pria itu. Dia terlihat lega dan aku suka dia ketika dia menampilkan wajah seimut itu. Aku mulai tenang karena aku sudah menemukan anak laki-laki yang selama ini kutunggu.
Aku tak menyangka Mike benar-benar dia.
****
"Mike kenapa kau tak pernah pulang lagi? Kukira kau membenciku saat kulempar kau saat itu. AKu tahu saat itu aku salah. Dan aku tak pernah bisa bertemu denganmu lagi sejak saat itu? Aku ingin meminta maaf kepadamu dan....
Mike menarik tubuhku tiba-tiba dan tangan besarnya melingkar di pinggangku. Kami berpelukan di atas bangku panjang untuk anak-anak di rumah itu. Rasanya nyaman dan aku berharap waktu bergerak lama hingga aku bisa menghabiskan waktu bersamanya. Hanya hari ini saja.
"Aku juga menunggu kau bertanggung jawab waktu itu. Aku juga ingat kau sangat barbar. Ternyata selama ini feelingku benar bahwa kamulah yang kucari. Kamulah gadis itu. Gadis yang mampu membuatku terluka dan tertawa. Gadis kecil imut tapi garang. Hmmm....kamu kucing manisku yang galak...." Mike mencubit pipiku dengan geram.
"Awww...sakit tahu. Dan jangan samakan aku dengan kucing. Aku lebih suka anjing tahu." kucubit pinggangnya dengan keras.
"Kalo kamu kucingnya aku yang jadi anjing. Kita seperti peliharaan Tuhan hidup bersama tak pernah bisa dipisahkan. Serumah bersama di rumah tuan kita dan kalaupun kita sering bertengkar tapi kita saling menyayangi." Mike bercerita gila...
"Apasih? Anjing itu mandiri dan setia sama tuannya. Sedangkan kucing cuma tahu makan dan ingin dimanja. Makannya tuan rumah kadang lebih sayang anjingnya aja. Menurutku tuan rumah gak perlu anjing deh.." ledekku.
"Sama seperti aku dong. Anjing si pekerja keras dan bertugas di luar sedangkan kamu kucing yang harus diam dirumah dan kamu pantas disayang karna kamu manis dan bertingkah manja tapi ketika bahaya datang kucing dan anjing akan bekerja sama memberitahu tuan untuk segera bangun." Mike semakin berkhayal.
"Pokoknya aku gak mau jadi kucing! Huewwwkk..." rajukku.
"Karna bagiku kamu sangat berharga. Aku tak mau menganggapmu jadi kucing. Maksudku aku akan membahagiakanmu nanti. Kau cukuplah tinggal di rumah menungguku. Aku yang akan bekerja keluar dan menghidupimu. Kumohon jawablah aku kali ini..." Mike mulai melepas pelukannya dan dia berjongkok di hadapanku.
"Jadilah istriku Talia..." dia masih menunggu aku menjawabnya.
"Trima..trima...trima..." Malah suara orang-orang yang terdengar dari luar. Ternyata dari tadi opung, mama, dan kedua adikku sudah melihat kami sejak Mike berlutut di hadapanku. Aku tak menyangka si bungsu yang melihat adegan Mike berjongkok di hadapanku segera melapor kepada mama dan keluarga.
"Ayolah Talia. Sampai kapan cucuku ini menjomblo?" opung ikut-ikutan mengompori Mike.
"Kenapa kalia begitu cepat percaya padanya? Apa kalian gak takut kalau Mike adalah orang jahat?" tanyaku mengharapkan jawaban keraguan.
"Tentu saja tidak. Aku tahu Mike pria baik. Dari kemarin dia tulus membantu kita dan dia menghormatimu juga. Mama percaya dia bisa membahagiakanmu." mama ikut menimpali.
"Mama.." aku terkejut mendengar mereka berbicara seperti itu. Ternyata Mike dapat meluluhkan hati keluargaku juga. Sekarang aku tak bisa lari lagi darinya. Hatiku bergeter hebar ketika kutelusuri sudut terdalam bola mata birunya itu. Sepasang mata yang mengharapkan jawaban.
"Aku..." Wajahku menatap ke bawah dengan lembut.
Karna aku tak bisa menjawab lagi hanya anggukan yang kuberikan kepadanya sebagai jawaban iya.
Dengan cekatan lagi Mike memelukku erat dan kini aku dipeluknya di hadapan keluargaku. Jika sekarang semuanya setuju dengan hubungan kami, mau bagaimana lagi? Aku juga sudah jatuh cinta padanya..... Mike teman hidupku yang akan menjadi ayah dari anak-anakku....
>>Bersambung>>
KAMU SEDANG MEMBACA
From ONS to Making Love (COMPLETE)
ContoDeskripsi tentangmu: Awalnya aku membencimu karena hari itu. Kamu membuat duniaku hancur seketika. Kau mengingatkanku pada kenangan lama yang menyakitkan juga. Tapi kau bilang kau tak akan melepaskanku. Seakan-akan aku ini adalah milikmu. Kau perlak...