"Lo ga pernah ngertiin perasaan gue, lo juga ga pernah ngerti sama isi hati gue! Gue harus gimana lagi supaya lo sadar?!"
Kini suaranya berhasil memecahkan kebisingan seisi kantin, raganyapun ditatap oleh berbagai macam spesies manusia yang sedang haus akan makan.
"Lo kenapa sih ga bisa sedikit aja baik sama gue?!"
"Jawab! Jangan diem aja!"Gadis mental pemberani itu masih saja berdiri di depan salah satu meja yang kedapatan ada sesosok pria yang sedang memakan nasi gorengnya itu.
"Kinara Fauziah, GUE LAGI MAKAN, LO GA LIAT?!"
Benar, Kinara Fauziah adalah nama yang tepat untuk sosok gadis pemberani sekaligus anak bucin tingkat akut yang akan memulas cerita menariknya disini.
"Mendingan lo pergi darisini, gue lagi ga mau di ganggu, sana pergi. Kuman!"
"Gue ga bakalan pergi darisini!" raga Ziah memang sangat kuat bila harus bertahan disaat seperti ini.
"Gue bilang pergi ya pergi!"
"Lo Kenapa sih jahat banget sama gue, salah gue apa sama lo?"
"Salah lo? Lo memang ga salah, tapi lo itu kuman di hidup gue, jadi dari sekarang lo harus jauh-jauh dari gue! Dan satu lagi lo itu bukan pacar gue, jadi berhenti deket-deket sama gue!"
Sayangnya sampai detik ini, Ziah masih memiliki pendengaran yang amat baik, jadi tentu saja semua kalimat yang ia dengar barusan masih terekam jelas ditelinganya.
Sekarang kemarahan Ziah sudah melampaui batas, walaupun begitu Ziah sudah tidak memiliki nyali lagi, apalagi para cewek menatapnya dengan tatapan tidak suka.
Bayangkan saja, gadis yang kerab ikut 'Olimpiade Biologi' itu masih kuat untuk mendapatkan hati seorang Raffael xavier ditama. Sesosok pria yang amat keras kepala, dan tentunya tidak bisa ditebak kemana perasaannya itu akan berlabuh.
"Lo ngapain masih disini, hah?!" teriak Tama membuat batin Ziah kacau balau.
"Gue pamit dulu, maaf udah ganggu lo."
Dengan segala harapan yang telah kandas, akhirnya Ziah meninggalkan Tama sendiri dan berlari sekuat mungkin yang ia bisa. "Awas lo Tama, gue bakal buat lo jatuh cinta sama gue!" Pekik Ziah dengan bendungan air mata yang tidak bisa ia tahan lagi untuk jatuh dengan bebas.
🌊
Akhirnya pelajaran fisika yang membuatnya pusing tujuh keliling itu selesai. Ziah memang tidak bisa memecahkan soal serumit itu. "Etdah buset tadi ngapain juga gue ngukur bola yang dipantulin." cibir Ziah kesal.
"Gila Ziah, se gabut-gabutnya gue, ga pernah gue ngukur pantulan bola bekel."
Lihatlah siapa dia, sahabat Ziah sejak smp yang tak kalah bucinnya. Siapa lagi kalau bukan 'Naya Zekara.' Sejak ibu Nini masuk tadi, raut wajahnya memang sudah tidak bergairah. Tentu, karena dia paling benci dengan pelajaran Fisika!
"Gue sih mending ngukur cintanya Tama ke gue." ujar Ziah mesem-mesem sendiri.
"Ngaca dong say, Tama kagak pernah cinta sama lo."
"Kan masih proses sistah."
"Pala lu proses bang jali!"
"Kenapa ya Nay, kok Tama kek benci banget sama gue?."
"Lo nya kek kucing betina minta kawin sih, deket-deket mulu."
"Namanya aja PDKT, emangnya salah?"
Ziah yang terlihat kesal langsung saja melipat kedua tangannya untuk menopang dagu mungil miliknya itu, serta menatap papan tulis yang berisikan rumus fisika yang masih membuatnya gila mendadak selama 2 jam tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOUR
Teen Fiction"Kenapa sih lo masih suka sama dia?" "Padahal Gue suka sama lo!" "Gue mau lo suka sama gue juga!" "Gue mau lo sama gue lebih dari temen!" "Kenapa lo diem aja?." "Jawabbb!!" "Oke gapapa sekarang lo tuli dadakan, tapi Gue pastikan, nanti lo akan berlu...