Fiveteen

107 35 15
                                    

Suara rintik hujan yang menjatuhkan diri ke atap itu sangat mengawetkan tidur siapa pun, terlebih di pagi hari. Tak jauh beda dengan Juni, yang dengan posisi telungkup, kedudukan selimut berada di bawah tempat tidur dan seprei yang terlihat tidak karuan lagi. Mungkin ia lelah, lelah oleh beban batin yang diberikan oleh paman Rey semalam. Gadis itu berharap, semuanya bisa berlalu dan hilang sepanjang ia tertidur.

Drrrrrrrtt!!
📲
"Ng?"

"Good morning anakku. Eh? Baru bagun? Tidak les musik?"

"Disini sedang turun hujan,Bu. Mentornya juga pasti belum datang."

"Minta saja si Rey mengantarkanmu ke akademi!"

"Tidak, Bu."

"Bilang saja kalau belum berani naik mobil. Ngomong-ngomong, mana foto kalian?"

"Tidak ada, lupakan saja soal itu."

"Kau bagaimana sih, tidak bisa begitu dong, nak. Ibu penasaran."

"Juni punya fotonya, kebetulan Juni berteman dengan Rey di media sosial."

"Ya sudah, ibu tutup teleponnya yah. Kirimi ibu sekarang! Kalo ganteng, pastikan kau bisa mendapatkan dia."

"Ibu ini bicara apa. Sudah yah."

Tut, tut, tut!

______

📨
[Ini dia bu,]

📨[Ini dia bu,]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[wah, Juni...
Ternyata Rey sangat
tampan, nak. Nanti ibu
perlihatkan ke ayah
kalau sudah pulang.]

[Memangnya ayah
kemana, Bu?]

[Ayah pergi ke
Göterborg (salah satu
Kota besar di Swedia)]

[Packhusplatsen 7^(cassino cosmopol)?]

[Iya, Juni.]

[Kapan berhentinya?
Sudah tua, Bu.]

[Entahlah. Sudah jadi
kebiasaan ayahmu.]

[Sampaikan ke ayah
kurangi main ke
tempat itu!]

[Iya, iyaa.]

[Ya udah.
Juni mau ke akademi.
Hujannya sudah redah.]

[Semangat, Juniku.]

[Tentu ibu.]

______

Sudah beberapa hari ini Juni tidak pernah latihan piano di rumah Rey. Terlebih saat paman Rey ada, kemungkinan untuk latihan itu sangat kecil. Juni berpikir, mungkin ia harus latihan di tempat lain.

I'm sorry [Complete ✓️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang