JASMINE
Huh, setelah menghabiskan satu jam mencari seluruh bahan-bahan yang dituliskan Tante Zihra, akhirnya aku selesai. Kini aku masih mengantre di kasir untuk membayar semua belanjaan ini. Tidak terlalu panjang, hanya ada satu wanita dengan belanjaan seubrek di hadapanku. Ya, lihat saja keranjang trolinya yang penuh menggunung itu. Aku penasaran berapa rupiah yang ia keluarkan untuk itu semua. Huh, menunggunya menyelesaikan pembayaran tersebut membuatku sangat-sangat bosan.
Aku jadi teringat bagaimana dinginnya Pak Ali bersikap. Apalagi tadi sengaja ia mengendarai motornya dengan kecepatan penuh. Apa ia tidak sadar diri kalau dirinya sudah tua dan belum menikah, kalau mati karena kecelakaan kan sangat percuma. Kasihan penggemarnya di sekolah. Kasihan keluarganya. Kasihan aku. Eh? Tidak, bukan.
Lagipula aku juga tidak mau mati cepat melihat betapa gilanya ia mengendarai motor tadi. Padahal sudah kubilang kalau ia tidak ikhlas turunkan saja aku di tengah jalan. Aku tahu ia terpaksa mengantarku. Tapi si beruang kutub itu sama sekali tidak mendengarkan. Ih! Kalau tahu ia bisa sangat kehilangan akal saat mengendarai motor, aku tidak akan mau diboncengnya lagi. Tidak akan mau!
"Mbak...silahkan maju" suara si kasir perempuan menyadarkanku dari lamunan tentang Pak Ali si beruang kutub.
Astaga, berapa lama aku melamun? Bahkan wanita dengan belanjaan menggunung di depanku saja sudah selesai dengan urusannya. Hah, bikin malu saja. Ternyata antrean di belakangku juga sudah seperti gerbong kereta antar kota. Akupun dengan tidak enak hati memajukan troliku ke depan, mengeluarkan belanjaanku untuk segera membayarnya.
Tiba-tiba ponselku berdering menandakan ada yang menelponku. Aku pun lantas merogoh kantung kemeja untuk meraih benda pipih itu. Kulihat siapa pendial itu, Ezi.
Aih, tepat waktu sekali, Ezi. Akupun dengan cepat mengangkat panggilannya.
"Halo" sapaku pada Ezi di sebrang sana dengan menyelipkan ponsel di antara telinga dan pundak. Pasalnya, aku masih harus membantu Mbak kasir untuk mengeluarkan belanjaanku dari dalam troli.
"Min... lu dimana?" Tanyanya.
"Di Supermarket. Kenapa, Zi? Lu udah balik belom? Tante Zihra nungguin tuh" balasku masih sibuk mengeluarkan satu persatu bahan dapur itu.
"Ini gue di depan Supermarket. Lu udah selesai belanja nya?"
Aku sedikit terkejut dengan ucapannya. Sebenarnya lebih ke senang, karena aku tak perlu repot memesan ojek. Tanganku pun mengganti peran pundakku untuk memegang ponsel sehubungan seluruh belanjaan sudah berada di atas meja kasir.
"Seriusan? Ini gue lagi di kasir. Sini dong, bantuin angkat belanjaan" kataku kemudian dengan antusias.
"Oke" balasnya dan dengan begitu ia mematikan panggilan kami.
Kutaruh kembali ponselku di tempat semula. Mbak kasir di hadapanku menyebutkan nominal yang harus kubayarkan, tanpa berlama-lama, kukeluarkan dua lembar uang seratuh pemberian Tante Zihra. Ternyata wanita itu sudah tahu total belanjaan ini, buktinya uang yang ia berikan memang tidak kurang. Aku masih menunggu Mbak kasir menghitung kembalianku saat Ezi tiba menghampiri.
Senyumku terbit seraya ia yang berjalan mendekat. "Kebetulan banget...pasti disuruh Tante Zihra, ya?" Tebakku.
"Bukan bunda yang nyuruh, tapi Bang Ali" jawabnya yang mampu membuatku bungkam seketika.
Tapi aku tak mau memikirkan lebih lanjut apa alasan pria itu melakukannya. Jadi kuabaikan saja pernyataan Ezi barusan, bersamaan dengan Mbak kasir yang kini menyulurkan uang kembalian itu padaku. Kuucapkan terima kasih pada Mbak kasir yang sekarang malah kesemsem karena keberadaan Ezi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teach Me How To Love You Right
RomanceKetika Jasmine Ardinal, seorang gadis tak tau arah tujuan hidup bertemu dengan Ali si guru dingin yang perfeksionis. Kejadian-kejadian kecil di antara mereka memupuk sebuah perasaan aneh yang masing-masing dari mereka belum pernah rasakan sebelumny...