05 - Moment Perdana

8.4K 903 77
                                    





🌹🌹🌹🌹🌹

Sally memandang sekitarnya. Ia masuk ke dalam luasnya halaman salah satu resort mewah yang berada di Santorini. Gadis itu pernah dua kali berlibur bersama kedua orang tuanya ke sana, tapi saat itu ia masih kecil.

Santorini tidak pernah mengecewakan bagi Sally. Negara itu penuh dengan keindahan, untuk itu ia ingin memiliki pulau pribadi di negara itu, di samping karena persaingannya dengan Zena.

Kaki jenjang Sally melangkah tetap mengekor pria berkepala botak itu untuk bertemu dengan majikannya. Sally menyesalkan keputusannya untuk datang kemari sebagai maid, bukan untuk liburan. Pemandangan indah, pantai yang bersih dan jernih. Akan terasa lebih sempurna jika ia memakai bikini mahal koleksinya dan berjemur di atas pasir putih itu.

Namun, Sally harus menahan keinginannya itu selama satu bulan ini. Ia harus bertahan demi pulau impiannya. Fokusnya melalui tiga puluh hari ke depan tanpa hambatan dan bekerja sebaik-baiknya. Ia sudah berkorban sangat banyak. Jadi, seharusnya ia mendapatkan imbalan yang setimpal seharga pulau.

Dua orang dewasa, mungkin hampir seumuran dengan kedua orang tuanya sedang menikmati makanan di atas meja. Keduanya berhenti mengunyah roti yang ada dan segera menoleh saat Okus, nama pria yang menjemput Sally tadi, datang menghadap.

Kedua bola mata biru wanita yang mungkin akan menjadi majikannya selama satu bulan ke depan itu menelisik penampilan Sally dari ujung kaki sampai ujung kepala dengan begitu teliti.

"Kau Ms Elley James?" tanya pria paruh baya memecah keheningan di antara mereka semua.

"Ya. Saya Elley James," ucap Sally tegas.

"Sepertinya kau berbeda dari maid-maid yang lain, yang telah terlebih dahulu datang kemari. Kau sama sekali tidak seperti maid pada umumnya?" ucap wanita paruh baya cantik dengan cukup sinis,

Alamanda dan Robert adalah nama dari majikan Sally.

Sally segera mengamati penampilan dirinya sendiri dari ujung kaki sampai kaos yang ia kenakan. Apakah pakaian murahan menjijikkan seperti itu tidak cukup untuk dirinya terlihat seperti gembel pada umumnya.

"Apakah kau berpenampilan seperti ini setiap hari," tanya Alamanda lagi.

"Ya Madam. Saya biasa mengenakan pakaian seperti ini," jawab Sally tanpa ragu.

Seharusnya Sally mencoba untuk ikut casting film, dibanding menjadi seorang fake maid seperti saat ini. Aktingnya sangat luar biasa bagus melebihi aktris-aktris hollywood.

Celana jeans panjang berwarna navy, t-shirt hitam dan sebuah sling bag murahan serta sneakers putih entah merek apa yang Sally juga tidak tahu apa itu yang ia pakai saat ini.

"Kau berbahaya. Kau bahkan tidak cocok untuk jadi seorang maid," ucap Alamanda dan Sally mengernyitkan dahinya mendengar ucapan Alamanda.

"Apa maksud dan tujuanmu bekerja sebagai maid?" tanya Alamanda semakin sinis.

Demi Tuhan, jika tidak karena sebuah pulau, Sally tidak akan sudi diperlakukan seperti saat ini. Ia pasti akan segera pergi dari orang yang terlalu banyak tanya mengenai dirinya.

"Saya hanya ingin mencari uang. Saya ingin menyambung pendidikan saya yang sempat tertunda karena kekurangan biaya," jawab Sally berusaha semeyakinkan mungkin.

"Kau kuliah?" Robert angkat suara.

"Ya, dulu. Sekarang tidak lagi, karena saya tidak memiliki biaya," kata Sally.

PLAY MATE (Selesai! Pindah rumah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang