Ghea's POV
Jadwal manggung Valdo sudah semakin padat. Dengan diluncurkannya lagunya yang terbaru membuat namanya semakin dikenal. Kami pun semakin sulit bertemu. Tapi sebetulnya aku tidak terlalu memikirkan itu karena jadwal sidangku sudah keluar sedangkan bab 4 skripsiku lagi-lagi masih revisi. Di sisi lain, hari H audisi makin mendekat. Aku belum persiapan apa-apa. Duh stresss.
Bzzz bzzzz.
Layar Handphoneku tiba-tiba menunjukan ada telepon masuk. Aku sampai harus memicingkan mata karena heran dengan nama yg tertera di sana.
"Halo?"
"Hai Ghe. Apa kabar? Kamu lagi di mana?"
Wow ternyata sudah lama kita gak telponan ya. Aku hampir lupa dengan suaranya.
"Baik... Aku lagi di kostan. Bang Abdul gimana kabarnya?"
"Baik juga. Eh Ghe, sore ini meet up yuk. Di cafe biasaa"
Gak nanya dulu sibuk apa engga nih?
"Hmmm...lama gaak? Aku gak bisa pulang terlalu malem nih"
"Eeeh lagi sibuk ya? Haha" Abdul tertawa canggung.
"Lumayan. Tapi gapapa lah, yuk. buat Bang Abdul apa sih yang engga"
Terdengar tawa yang lebih keras dari ujung sana.
"Oke. Ketemu di sana ya. Aku tunggu Ghe"
"Oke"
Hmm ada apa ya?
------
Pukul 16.00. Dengan ojek online, aku akhirnya tiba di sebuat tempat bernama "KAMU" Dulu di Cofee Shop yang tidak terlalu ramai ini, aku dan Abdul sering bertemu. Jamming bareng sih lebih tepatnya. Tapi karena Abdul adalah kakak tingkatku di kampus, terkadang kita juga diskusi masalah tugas kuliahku yang njelimet.
Di tempat ini pula kita pernah berantem karena salah paham. Tepatnya beberapa hari sebelum kejadian Abdul masuk rumah sakit malam itu.
Aku memilih tempat di samping jendela yang langsung menghadap jalanan. Sebuah bunga matahari artifisial beserta potnya yang berwarna kuning cerah menghiasi daun jendela tersebut. Ah, jadi ingat sesuatu.
"Ghea!" Sapa seseorang dari arah pintu masuk. Kulihat ia sedikit berlari menuju mejaku.
"Haiii Bang!" Ketika ia tepat di depanku, sebelah tangannya terangkat kepadaku. Mengajak ber-high five.
"Udah nunggu lama?"
"Engga kok. Baru nyampe juga."
Abdul menyimpan handphone dan dompet yg tadi dibawanya di atas meja. Ia langsung membuka buku menu "Pesen minum dulu deh ya biar enak".
Aku setuju.
"Jadi gimana...sibuk skripsi ya Ghe?" Abdul tersenyum. Senyum yang masih sama seperti dulu.
Aku mengangguk "Iya nih Bang. Susah juga ya ternyata bikin analisis hasil penelitian tuh"
"Hmm tinggal dijelasin apa adanya kan? Yah paling kamu rangkai kata-katanya lah biar agak ilmiah gitu"
"Yey ngegampangin banget sih si Abang. Pusing tauk"
Abdul terkekeh "Yaudah nanti aku bantu. Kayanya aku masih punya deh akses untuk baca jurnal-jurnal ilmiah yang lebih updated. Buat tambahan referensi"
Aku melonjak girang "Beneran?? Wah mauuu..!"
"Iya iya. Nanti aku kirim lewat WA ya detail aksesnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramel Tea (Bahasa Indonesia)
General FictionHi everyone! Inspired by the lives of two 'kittens', who have been spreading their little happiness, and a bunch of my own version of those "what ifs", I decided to pour everything in my mind into words. I sincerely hope that along with this writi...