Prolog

19 4 2
                                    

Pernakah kalian merasakan lahir dari keluarga dengan latar belakang yang buruk?
Apa yang akan kalian lakukan jika dalam posisi tersebut?
Tenang karena kisah ini tidak akan mengungkit tentang kalian. Ini merupakan sebuah kisah seorang pemuda bernama Harist.

Harist merupakan salah satu dari orang-orang yang memiliki nasib malang dalam hidupnya. Dia lahir dari keluarga yang mempunyai latar belakang yang buruk. Bagaimana tidak, dia merupakan anak hasil hubungan di luar pernikahan . Ayahnya pun tidak ingin bertanggung jawab dan meninggalkan ibunya. Karena kejadian itu keluarga mereka dipandang dengan cara yang tidak mengenakan dan selalu menjadi buah bibir. Tidak jarang timbul beberapa perlakuan yang tidak mengenakan terhadap mereka.

Harist tinggal bersama ibu nya di sebuah kontrakan kecil selama 7 tahun. Suatu sore ketika Harist pulang dari sekolah, dia terkejut dengan apa yang ia lihat di kontrakannya itu. Harist melihat dengan mata kepalanya sendiri jasad ibunya di lantai kontrakan tersebut. Hal itu disebabkan karena Ibu Harist sudah tidak tahan dengan semua yang ia terima semasa hidupnya akibat latar belakang keluarganya sehingga ia memutuskan untuk bunuh diri. Harist yang baru pulang dari sekolah membeku melihat jasad ibunya dilantai. Seketika otaknya menjadi blank dan jantungnya seperti berhenti berdetak.
"IBU APA YANG TERJADI IBU!? SIAPA YANG BERBUAT INI KEPADA IBU!?"
Teriak Harist yang masih tidak tau apa yang terjadi.
"IBU BANGUN APA YANG BISA KULAKUKAN TANPA MU!? BAGAIMANA AKU MELALUI HARIKU YANG KEJAM TANPA ADANYA PELUKAN DAN BELAIAN DARI MU IBUUU!? IBU KUMOHON... KUMOHON.... KUMOHON...... aku..... sudah tak punya..... apa apa lagi.... bu"
Teriak Harist kembali sembari memeluk jasad ibunya. Air mata mulai bercucuran dari mata Harist. Darah ibunya pun telah menyebar ke seluruh badan Harist.
"Ibu kumohon..... bangun..... tolong siapa saja...."
Hanya kata-kata itu yang Harist ucapkan berulang kali hingga warga datang untuk menolongnya. Warga pun mengirimnya ke rumah neneknya dan Disitulah dia tinggal sekarang.

1 minggu berlalu, Harist pun pindah sekolah di dekat rumah neneknya. Sepulangnya dari sekolah Harist langsung menuju ke kamarnya. Derikan pintu pun berbunyi, nenek Harist memasuki kamar.
"Eh nenek ada apa?" Tanya Harist.
"Ada yang ingin nenek bicarakan denganmu" jawab sang nenek.
"Oh begitu yah, kalau begitu biar kubuatkan minuman dulu ya nek." Ucap Harist sembari pergi dari kamar.
"Huh.... anaknya baik juga ternyata." Ucap nenek Harist yang selama ini menolak untuk menemui keluarganya karena dianggap sebagai aib keluarga.

Harist pun telah mempersiapkan semuanya dengan rapih di ruang tamu. Nenek yang melihat sifat Harist yang masih polos dan sangat baik itu pun tersenyum.
"Ok nek semua sudah siap silahkan duduk minum tehnya juga nek." Ucap Harist dengan keringat di wajahnya.
"Nenek minum ya.... ini rasanya kok tidak seperti teh biasa." Ucap nenek
"Hehe iya nek Harist tambahin gula aren sama susu tadi. Gimana? Enak kan?
"Wuenak banget ini. Kamu kecil kecil dah jago buat minuman ala ala sendiri." Ucap nenek dengan bangga.
"Jadi apa yang ingin nenek bicarakan?" Tanya Harist dengan muka polosnya.
"Jadi telah 1 minggu setelah kepergian Bella(Ibu Harist)." Ucap Nenek Harist termenung.
"Owh... ibu... yah satu minggu namun kita masih belum tau penyebabnya." Ucap Harist teringat tragedi itu.
"Sebenarnya kemarin nenek sudah mendapat informasi tentang kematian ibu mu."
"Hah..? Serius nek? Bagaimana hasilnya." Tanya Harist dengan penuh penasaran.
"Jadi.... ibumu ternyata bunuh diri akibat situasi yang dia hadapi saat ini." Jawab neneknya dengan wajah penyesalan.
"Nenek..... nenek tidak salah? Ibu itu orangnya kuat loh nek."
"Namun sayangnya ibu mu tidak seperti yang kita pikirkan, dan kemarin mereka menitipkan ini, surat dari ibumu yang ditunjukkan kepadamu." Jawab nenek sembari memberikan selembar kertas dengan darah dan pergi ke dalam kamarnya.

Harist yang masih tidak percaya dengan omongan neneknya pun membuka dan mulai membaca kertas itu. Alangkah terkejut Harist saat membaca tulisan yang ditulis ibu nya dia akhir hayatnya.

"Harist maafkan ibu, ibu tidak bisa selalu berada di sisimu. Ibu tau sebenarnya kau butuh ibu untuk menghadapi situasi seperti ini. Tapi apa boleh buat,
Ibu tidak setegar yang kau tau. Ibu juga tidak tahan dengan kondisi ini. Jadi maaf ibu harus meninggalkan mu di usia yang masih muda. Mulai sekarang kau harus berjuang sendiri karena tidak akan ada yang memperduai kan kita. Tapi ibu tau kau bisa, ibu melihat sesuatu di dalam dirimu. Tapi.... jika kau ingin mengakhirinya ibu tidak bisa menyalahkan mu. Bukan salah mu kau terlahir dalam keluarga yang hancur. Jadi sekali lagi maafkan ibu ya.."

Begitulah isi surat yang ditinggalkan Ibu Harist untuk Harist. Harist masih tidak percaya tentang apa yang barusan dia baca dan dengar. Dia masih menganggap bahwa semua itu hanyalah kebohongan belaka. Tapi lalu dia sadar akan satu hal, dia sadar bahwa yang membuat semua ini terjadi adalah ayahnya. Dengan surat yang ia genggam di tangannya, dia bersumpah akan membuat ayahnya membayar semua ini semua jika dia berhasil menemukannya. Namun neneknya maupun ibunya tidak pernah ingin memberitahu kepadanya siapa itu ayahnya. Jadi dia sendiri lah yang harus mencari taunya.

Singkat cerita, Harist telah beranjak menjadi siswa kelas 9 di SMP Berang X. Di sekolah pun dia tidak mendapatkan teman akibat latar belakangnya. Namun ia mendapatkan satu teman yang selalu setia kepadanya bernama Abi. Abi merupakan pemuda yang memiliki impian menjadi ahli agama terkemuka. Lalu pada suatu hari di suatu cafe......

"Oi Harist kamu serius masih belum memutuskan untuk sekolah lanjutan? Di kelas kita tinggal kamudoang nih." Tanya Abi sembari mengunyah roti di mulutnya.
"Huh padahal lu yang ingin jadi ahli agama, ngomong saja masih sambil makan. Tapi..... gua masih belum memutuskan sama sekali karena gua masih belum tau ingin jadi apa gua ke depannya. Gak kayak lu, yang udah memutuskan sampe jenjang kuliah." Jawab Harist sembari merenung

Berita TV pun menunjukkan seorang pengusaha sukses bernama Edward Joshep atau yang akrab disebut Pak Edward.

"Oh Pak Edward ini fans nya banyak juga yah. Padahal masa lalunya kelam, kudengar dulu dia suka main cewe dan mabuk mabukkan loh buat iri saja." Ucap Harist mengomentari berita di TV.
"Yah habisnya dia sudah sukses dan berubah sih. Jadi orang orang sudah mulai melupakan dirinya yang dulu dan mengagumi dirinya yang sekarang." Jawab Abi.
"Eh iya yah, dia sudah mempunyai nama bagus sih jadi semua orang memandang dia yang sekarang, Hebat juga." Ucap Harist dengan kagum.
"Iya dengan menjadi pengusaha sukses dia bisa membuat masa lalunya yang kelam menjadi masa depan yang indah. Karena memang semua orang pantas mendapatkan kesempatan ke dua. Karena yang penting bukan yang kamu lakukan dulu tapi telah jadi apa kamu yang sekarang." Ucap Abi dengan muka sok bijak.
"Begitu yah. SUDAH KUPUTUSKAN, AKU AKAN MENJADI SEORANG PENGUSAHA SUKSES UNTUK MEWUJUDKANNYA GUA BAKAL MENGAMBIL SMA JURUSAN IPS DAN KULIAH JURUSAN BISNIS. INI ADALAH PERJUANGANKU UNTUK MENCARI NAMA." Teriak Harist antusias.
"Eeeeh... cepat amat kamu mutusinnya kamu udah yakin nih?" Tanya Abi memastikan.
"Ya sudah dong. Btw lu dapat kata kata itu darimana?" Saut Harist.
"Dari anime sih." Jawab Abi.
"Hoooo... dasar wibu." Ledek Harist.
"KAMU JUGA SAMA KOPLOK, GAK JADI SAYA BAYARIN NIH." Ancam Abi.
"Eh iya iya maaf maaf." Saut Harist.

Singkat cerita, Abi dan Harist memasuki kuliah ditempat yang sama di luar kota yaitu Univeritas Silegon (USIL). Mereka tinggal di sebuah kos-kosan dan membuka kedai minuman di depannya atas seizin pemilik kos untuk membantu biaya kuliah. Dan disinilah kisah mereka untuk MENCARI NAMA dimulai.

Mencari NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang