03 - Bukan Pengganggu

12 2 0
                                    


[ Versi Cewek ]

Satu hal yang tidak aku mengerti adalah ketiadaannya justru menimbulkan sensasi aneh yang membuatku tak nyaman. Ada sebagian dari sudut hatiku yang merasa kosong dan hilang. Namun, bagaimana pun sudah kuputuskan untuk memutus segala koneksi dengannya, oleh karena itu aku mencoba mengabaikan rasa tak nyaman yang kurasa dengan mengerjakan tugas kuliahku yang sudah berantakan.

Aku merasa sebal dengan ia yang selalu menggangguku, ku pikir aku akan fokus saat tak ada seorang pun yang dapat mendistraksi kegiatanku. Ternyata aku salah, ketidak hadirannya justru memecah konsentrasiku. Fokusku terbelah dan pikiranku terus berputar pada lingkaran ingatan tentangnya.

Aku adalah si wanita drama yang selalu melebihkan suasana. Seringkali merespons dengan perilaku yang tak terduga agar mendapat perhatian yang ku damba. Satu hal yang baru ku sadari saat ia berhenti menghubungi ku. Ternyata yang menjadi alasanku memutus semua koneksi dengannya bukan karena aku yang merasa terganggu, tapi aku yang menginginkan perilaku sama dengan perhatian yang tak terkira, seolah ingin membuktikan aku tak sendiri, ada dia yang akan selalu ada.

Pada akhirnya aku menyerah untuk menunggu ia yang kembali. Kepercayaan diriku merosot jauh tatkala ia sudah bertahan tak kembali diluar waktu yang bisa ku bayangkan. Jika aku hanya menunggu, bisa jadi ia sudah melangkah jauh pergi. Sebelum ia berbelok di persimpangan, akan ku kejar agar ia kembali dalam pelukan.

Saat aku mencoba menghubunginya, terdengar suara seseorang namun bukan suara yang kuharapkan. Terlebih, berita yang ia sampaikan.

Aku berlari mencari kendaraan umum seperti orang gila, tak mempedulikan baju yang ku kenalan apalagi alas kaki yang tak ku gunakan. Orang itu bilang dia sedang di rumah sakit. Orang itu bilang dia mengalami kecelakaan. Orang itu bilang dia belum sadar. Dan aku benci kenapa harus orang itu yang lebih tahu tentang dia dibandingkan dengan aku.

Sesampai di rumah sakit, aku tetap tak mengurangi kecepatan berlari sedikit pun. Kedua mataku sudah mengurai air mata yang terus mengalir. Isakan tangis tak tertahankan.

Sampailah aku di depannya, ia terlihat terkejut saat melihatku. Terlebih isakanku yang semakin kencang. Aku tidak bisa menahan rasa sakit dan denyutan menyakitkan pada hatiku. Ia yang mulanya terkejut berangsur normal, dipegangnya tanganku. Dari tatapannya ia memintaku untuk segera duduk di sampingnya.

Diusapnya air mataku yang tak bisa ku hentikan sejak tadi. Dengan sorot mata yang meyakinkan ia berkata bahwa ia baik-baik saja.

Tentu, tentu perkataannya tidak membuatku jauh lebih baik. Perasaan sakit bercampur menyesal terus menusuk dan menghujam hatiku.

Aku terus terisak dengan ia yang terus memegang tanganku juga mengusap kepalaku. Tak henti pula aku mengucapkan kata maaf, penyesalan yang benar-benar aku rasakan bukan hanya sekadar perasaan yang mudah ku enyahkan.

"Aku gak apa-apa, justru aku bahagia kamu ada disini sekarang. Ternyata Tuhan mengabulkan doaku," ucapnya yang membuatku bersyukur memilikinya, jua berjanji untuk tidak akan melepaskannya.

❤❤❤

Ditulis hari Kamis tanggal 7 Mei 2020

A/N : oke ini cerita terakhir yang aku post di lapak ini. Alasannya ya bosen aja pengin ganti lapak haha. Terima kasih yang udah baca cerita pendek di work ini, dan maaf karena menjelang akhir work ini ga jelas banget asli ya aku juga sadar ceritanya aneh-aneh.

See ya di work aku yang lain, jangan lupa mampir ❤

Story of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang