01

828 90 49
                                    

Kang Minhee

Kata salah satu petugas Tata Usaha, namanya Kang Minhee. Rekan sekamar Hyeongjun di asrama sekolah untuk semester ini.

Nama yang asing—entah itu karena Hyeongjun yang selama ini terlalu apatis dan lebih memilih untuk mengucilkan diri dari lingkungan, atau karena dua tahun belakangan mereka memang tidak pernah ada di kelas yang sama—entahlah. Hyeongjun hanya berharap semoga Kang Minhee bukan tipe yang suka membuat masalah.

Kamar di asrama sekolah adalah sebuah ruangan kecil dengan tempat tidur tingkat di sisi kanan dan rak lemari pakaian di sisi kiri. Juga ada pintu di belakang dan sebuah jendela kaca di depan. Sederhana sekali, bahkan nggak ada kamar mandi pribadi.

Hyeongjun sampai lebih awal dengan sebuah koper ukuran sedang yang sekarang tergeletak begitu saja di samping lemari pakaian. Mungkin dia harus menunggu rekan sekamarnya sebelum membongkar koper dan mengistirahatkan tubuh. Ada beberapa hal yang harus dibahas bersama, kan? Seperti; siapa yang tidur di ranjang atas dan siapa yang akan ada di bawah. Juga siapa yang akan menaruh barangnya di rak lemari sisi kiri dan siapa yang dapat sisi kanan.

Alih-alih memakai prosedur 'siapa cepat dia dapat' dan menentukan tempatnya sesuka hati, sepertinya rencana menunggu rekan sekamar bisa membuat Hyeongjun terlihat lebih sopan.

Pintu dibuka dari luar ketika Hyeongjun sedang duduk di atas koper (dan menggoyang-goyangkan tubuhnya agar roda koper menggelinding ke kanan dan ke kiri sambil tertawa seperti bocah yang baru saja menemukan mainan baru)

Ah, memalukan sekali.

"Halo, teman baru."

Lupakan saja apa yang Hyeongjun lakukan, karena yang perlu dijelaskan kali ini adalah tentang seseorang yang baru saja membuka pintu dan melangkah masuk. Pria yang menyapa Hyeongjun sepersekian detik yang lalu. Kang Minhee. Pria itu...

...tinggi...

...dan tampan.

Jeans panjang dan long coat yang dia pakai cenderung didominasi warna hitam, selaras dengan tas ransel yang tersampir di bahunya yang lebar. Cocok sekali jika menjadi anak orang kaya yang mengemudikan mobil sport dengan harga selangit alih-alih tinggal di asrama.

Aroma maskulin menguar segar ketika pintu kembali ditutup. Tungkainya yang panjang sekarang berdiri dengan jarak beberapa langkah dari tempat Hyeongjun berada.

Senyumnya indah (tawanya juga, tadi, ketika melihat Hyeongjun menaiki koper, ia memperlihatkan tawanya sekilas) bibirnya tipis, dan manis. Bukan manis dalam makna harfiah karena kita bukan sedang membicarakan tentang rasa, tapi rupa. Garis matanya setajam lekuk hidung dan rahangnya. Dan ada sesuatu yang membuat Hyeongjun berharap... semoga mereka bisa jadi teman baik.

"Lo... Song Hyeongjun, kan? Gue Kang Minhee."

Hyeongjun hanya bisa nyengir sambil mengangguk sekali karena rasa malunya belum benar-benar hilang.

"Tempat tidurnya tingkat. Gue boleh tidur di atas atau lo—"

"Boleh."

Hyeongjun menjawab cepat. Berusaha terlihat seramah mungkin di kesan pertama. Toh, inilah alasan dia menunggu. Membiarkan rekannya memilih karena ia sendiri tak keberatan dengan dua pilihan yang ada.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DESIREZ | MiniSongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang