BAB XIX

15 3 12
                                    


Dua hari lalu. Tepat di jam 9 pagi. Seorang pria tampan berpakaian necis, tengah berjalan santai menuju gedung sederhana dengan lima lantai dan bercat putih. Dia berniat datang berkunjung hari ini. Itu karena pertama temannya telah kembali bekerja, yang bisa berarti inilah waktunya bagi Zaemin untuk memberi kejutan.

Senyum pria itu tertarik makin lebar saat ia berhenti di depan pintu utama. Bagian terbawah yang tampak seperti garasi mobil. Ia mendongak sejenak, menatap ke atas dan memandangi hasil usahanya.

Tempat ini, dia yang memilih dan merenovasi ulang. Dengan segala kemampuan anak buahnya dan finansial yang luar biasa dari keluarga Dirgant, gedung baru BIT-A akhirnya selesai tepat waktu.

Berada jauh di pinggir kota. Dekat dengan pegunungan kecil di sebelah barat Jogja. Di kelilingi sawah dan berjarak dari pemukiman. Pemandangan yang indah, tanaman hijau yang segar, dan udara yang bersih.

"Sempurna."

Zaemin tidak henti- hentinya memuji dirinya. Di depan pintu besi yang tampak seperti kayu, dia menggeser tubuh ke dinding sebelah kiri. Ada alat pemindai retina disana. Bekerja dengan kode khusus yang hanya bisa di masuki oleh agen resmi dan orang- orang VVIP seperti dirinya.

Dalam beberapa detik pintu otomatispun terbuka. Garasi besar yang lengang menyambut Zaemin saat dia melangkah. Meski ada beberapa motor dan dua mobil, ruangan ini masih tampak kosong. Sebenarnya garasi ini sengaja di buat untuk menampung sekitar 10 mobil dan 25 motor. Itu di perkirakan cukup untuk semua orang di BIT-A. Hari ini baru terisi sepertiga. Berarti tidak banyak orang yang masuk di hari pertama.

Bersamaan dengan tertutupnya pintu tiga lapis di belakang, Zaemin beralih ke tangga kecil di sebelah kanan. Tangga empat tanjakan yang menghubungkan basemen dengan lift sampai ke lantai 5. Dia bisa saja memencet tombol 3 dimana rumah utama temannya berada, tapi Zaemin ingin jalan- jalan hari ini. Ia ingin mengecek apa semua hal berjalan sesuai yang dia inginkan.

Lantai 2, yang berada tepat di atas basemen adalah kantor terbuka. Tempat di mana tamu- tamu seperti dirinya seharusnya berada. Untuk menemui pemilik atau mengatur janji pertemuan. Ruangan ini sangat luas, saat masuk mata akan di sambut dengan lobi panjang yang di penuhi sofa- sofa empuk dan pilar- pilar besar bergaya timur tengah.

Dua penjaga resepsionis yang cantik menyapanya dengan ramah. Memberinya informasi kalau orang yang dia cari sedang tidak di tempat. Mungkin masih belum bangun, atau mungkin masih bersiap di rumahnya, tepat di lantai atas ruangan ini.

Zaemin mengangguk dan cepat berbalik. Dia memang tidak berniat berkeliling disini. Ini tempat yang paling membosankan untuknya. Hanya ada tiga ruangan di lantai ini: lobi, kantor CEO dan ruang pertemuan. Selebihnya hanya toilet yang terbagi dua. Pria dan wanita.

Dia mendesainnya sangat simpel, sesuai dengan keinginan sang pemilik yang low profile. Meski begitu Zaemin tidak suka tunduk. Ia sengaja membuat Kairav marah dengan tidak meninggalkan kesan mewah.

Hiasan sulur di dinding terlapisi emas. Ada juga lukisan-lukisan mahal dari beberapa pelukis terkenal dunia yang dia pajang. Benda itu hampir saja di buang Kairav jika dia tidak mengancam dengan nota hutang.

***

Zaemin mengendus. Pria perfeksionis yang suka kerapian dan kesederhanaan. Entah kenapa Zaemin bisa tahan dengannya. Itu hanya hal kecil bukan sesuatu yang besar. Setiap kali dia berniat baik, kenapa Kairav selalu tidak bisa menerimanya?

Walau begitu Zaemin merasa lebih tenang sekarang. Kairav masih mempertahankan benda- benda itu di tempatnya. Setidaknya dengan adanya benda mewah, tamu yang datang ke tempat ini akan merasa terkejut dan terkesan karena isi bangunan ini berbeda dengan apa yang terlihat di luar. Itu yang Zaemin namakan harga diri. Sesuatu yang tidak di kenal oleh temannya yang kolot.

Delta7 TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang