Bagian-9

66 33 5
                                    


"Gue pernah di buat bahagia, sampai rasanya mau terbang. Tapi di buat jatuh di kemudian. Kalau lo harus ngerasain bahagia terus lo bakal ngerasain sakit kedepannya, buat apa?__" Gabriella Annalisha Lubna

***

"Lo manusia bukan, huh?! Gak ada rasa bersalah sama sekali! Gue emang sahabat lo, Ya! Tapi lo gak ada hak ngelarang gue buat bergaul dengan siapa aja! Dan setelah lo ngelakuin hal bejat ke gue, gue makin pengen ngejauh dari lo!" Mata indah Billa berkaca kaca.

"Udah cukup lo usik gue,"

"Maksud gue baik Bill," ujar Arya. " Gue mau ngelindungin lo, gak ada maksud lain"

Billa tak peduli, yg terpenting sekarang adalah pergi sejauh jauh-nya dari Arya. Ia melihat sosok. Waktu yg tepat untuk memanggilnya,

"Dirga!!! Ga!!" Billa seraya tersenyum dan melambaikan tangannya pada Dirga.

"Hai Manis!" Dirga memberikan helm pada Billa, "Mau pulang bareng kan?"

Lantas Billa mengangguk dengan cepat ia mengambil helm dan mengenakannya. Billa naik dan di bantu oleh Dirga.

"Duluan Ya!" Dirga langsung melajukan ninja hitam-nya.

Arya bukannya senang, melihat sahabatnya menemukan orang yg dapat membuatnya tersenyum. Namun, lelaki ini malah mengepalkan tangannya.

Bahkan lo gak natap gue saat lo sama Dirga, Bill

***

Arya, kenapa dia selalu aja ganggu waktu gue. Saat sama Dirga

"Cantik ya Bill. Bundanya Arya memang pengertian deh sama mommy" ujar Lina sembari menyirami beberapa pot bunga anggrek. "Billa mommy-nya lagi bicara kok kamu malah melamun"

Terus Arya marah saat gue lebih bela Dirga di bandingkan dia, ada apa sih sebenarnya

"Billa!" omel Lina. Seketika Billa sadar, "Hahaha. Iya mom lucu banget ya" ujarnya

"Kamu kenapa sih Bill, depresi  kamu?" tanya Lina pada anaknya.

"Apa sih mom. Billa waras walafiat gini kok di bilang gila" Ponselnya bergetar, menandakan ada notifikasi pesan masuk.

Dirga Febian Narendra: Manis, lo ada waktu gak?
Dirga Febian Narendra: Malam ini bisa ketemu? Ada hal yg penting buat di bicarain
Dirga Febian Narendra: Lo bales iya, nolak. Atapun lo read doang. Gue anggep lo setuju, gue gak terima penolakan. Gue jemput jam 7 malam.

Billa membuang nafasnya kasar, pemaksa sekali makhluk hidup yg satu ini. Dia pikir dia siapa mengaturnya dengan seenak jidatnya. Ia memilih untuk tidak membalas pesan itu. Toh, ujungnya pasti akan sama saja.

Arloji sudah menunjukkan pukul tujuh malam. 

"Kak, di bawah ada yg cari lo tuh" ujar Anindia. "Siapa lo? Selingkuhan lo ya? Hahaha"

"Sarap lo nin. Pacar aja gue gak punya. Apa lagi selingkuhan"

"Hahaha. Dasar jomblo akut" Anindira tertawa puas. "Kalo boleh ni gue kasih pendapat. Mending lo sama kak Arya. Lo sama selingkuhan lo itu gak cocok tau Kak" saran Anindia sambil membaca novel milik kakak-nya.

Gabriella - [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang