Sederhana

477 35 1
                                    

Sepulang kerja, kebetulan jalan kaki menuju stasiun. Tak sengaja mata ini menangkap anak kecil sedang menikmati makan dengan lahap, yang beralaskan kertas cokelat. Tubuhnya kurus, baju tampak ada yang bolong. Rambut sedikit pirang, karena seringnya terpapar matahari langsung.

"Makan pake apa, Dek?"

"Hem," jawabnya sambil menunjukan sedikit lagi makanannya. Nasi dan sepotong tempe. Di sampingnya tampak kantong hitam besar, berisi koran yang ia jual.

Seketika aku merasa malu. Aku yang sudah besar, kadang suka merajuk jika makanan hanya satu macam lauk.

"Sampai jam berapa jualan korannya?"

"Sore, Om." Anak itu meneguk air sebentar, "silakan kalau mau beli, Om."

"Eh, boleh-boleh."

"Ambil aja, Om. Yang mana."

Aku ambil dua lipat koran. Dada ini serasa sesak, kala melihat koran masih banyak. Padahal sudah sore. "Belum laku, Dek."

"Alhamdulillah, baru dua."

Dua?

"Yuk, ikut Om," ajakku kala ia sudah selesai makan.

"Ke mana."

"Udah ikut aja, yuk." Kubantu mengangkat kantong hitam miliknya.

Seberang sana ada rumah makan Padang, seketika bocah yang baru kuketahui bernama Arif, memberhentikan langkah.

"Kok, berhenti. Ayo, Om mau beli nasi bungkus, sekalian buat kamu makan malam nanti."

"Gak usah, Om. Makasih." Wajahnya tampak sendu, matanya menatap piring yang bertumpuk menu-menu lezat di balik kaca.

"Kenapa?"

"Nanti saya dimarahi Mama."

"Kok, bisa?" Semakin bingung ku dibuatnya. Biasanya anak kecil paling mudah dibelikan sesuatu, makanan.

"Kata Mama, nanti Arif bisa ketagihan. Terus gak mau lagi makan pake tempe."

Ya Tuhan. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Anak sekecil ini banyak sekali mengajariku, agar hidup lebih sederhana. Makan apa adanya.

"Jadi, gimana dong. Om pengin beliin kamu makanan."

Ekor mata Arif melirik sebelah kanan rumah makan, sebuah warung yang sedia sayuran.

"Ya udah, Arif mau beli apa. Ayo, nanti Om bayarin."

"Bener, Om?"

"Iya."

Setiba depan warung, tangan kecil itu langsung menunjuk bungkusan plastik kecil, yang menggantung. Ikan asin, dua papan tempe, dan beberapa ikat dedaunan sayur.

"Tambah lagi, tenang aja. Nanti Om yang bayar semua."

"Makasih, Om. Ini udah Alhamdulillah, bisa buat seminggu."

Hah?

Belanjaan cuma habis dua puluh ribu, yang biasa kuhabiskan, paling setengah hari. Bagi dia bisa buat satu minggu. Nikmat mana lagi yang kudustakan, ampuni hambaMu ini ya Allah, yang kadang kurang bersyukur.

TAMAT

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang