27 - listen & sleep

1.2K 200 39
                                    

*for better reading experience, I suggest you to play this song while reading this chapter and put it on repeat until you reach its end*

Now Playing
▶️ Listen & Sleep - j_ust ▶️

Langit-langit kamar menjadi satu-satunya yang bisa Renjun pandangi sekarang. Seharusnya ia sudah tidur, mengistirahatkan diri. Besok jadwalnya melaksanakan Chemotherapy. Jika ibunya tau, Renjun pasti diomeli sekarang.

Renjun memang cukup keras kepala jika menyangkut kesehatannya ini.

Ketika seharusnya ia mengusahakan kesembuhannya, Renjun justru masih 'nakal'. Tak jarang ia melewatkan jadwal minum obatnya. Ia bahkan pernah secara sengaja melewatkan jadwal Chemotherapy. Sangat keras kepala.

Untuk Renjun, kemungkinan kesembuhannya cukup kecil. Daripada menghabiskan sisa waktunya untuk merawat diri, tidakkah sebaiknya ia menghabiskan sisa waktunya bersama orang-orang yang ia kasihi?

Begitu pikir Renjun.

Karena kantuk tidak kunjung ia rasakan. Renjun beralih mengambil gitar di pojok kamar. Gitar, kanvas dan rokok elektronik biasa selalu menjadi tiga pilihan alternative Renjun untuk membunuh waktu jika tidak bisa tidur. Namun dirinya sedag tidak ingin melukis dan rokok elektronik adalah pilihan yabg tidak bisa ia pilih lagi sekarang. Haechan membuangnya supaya Renjun tak menyentuh benda itu lagi. Sedikit lucu memang, mengingat Haechan sendiri adalah teman merokok Renjun selama ini.

Renjun kemudian mengambil pik gitar yang tersimpan di laci meja nakas. Pik pemberian Ryujin waktu itu.

Melihat benda kecil tersebut, Renjun jadi memikirkan sang pemberi.

Sudah 3 hari lamanya mereka tak bertemu. Gadis manis namun menyebalkan favoritnya sedang berada di Jeju. Melaksanakan outing dari club lukis yang seharusnya turut Renjun ikuti. Tapi tentu dengan berat hati Renjun tak ikut mengingat dengan kesehatannya.

"Apa anak itu sudah tidur?" gumam Renjun bertanya entah pada siapa. Menengok ke jam dinding, waktu baru menunjukan pukul satu malam lewat sedikit.

Renjun lalu melirik ponselnya, membuka ruang percakapannya dengan Ryujin yang berakhir dua jam yang lalu dengan ucapan selamat malam dari sang gadis.

Senyuman tipis terulas di bibir Renjun tanpa ia sadari. Membaca ulang percakapan penting tidak penting antara dirinya dan Ryujin membuat hati Renjun berdesir hangat.

Jangan membayangkan percakapan manis dengan rayuan-rayuan. Isi pembicaraan mereka hanya berisikan ocehan Renjun pada Ryujin.

"Jangan aneh-aneh! Kembali sana ke rombonganmu!"

"Makan dulu, nanti baru ku telepon!"

"Vitaminnya diminum."

Renjun lebih terdengar seperti seorang ibu daripada seorang kekasih.

Ah, kekasih.

Aneh sekali kalau Renjun diingatkan lagi akan hal tersebut. Meski memang tidak pernah secara resmi, tetapi pengakuan keduanya di malam beberapa minggu yang lalu bukannya sudah cukup?

Renjun teringat bagaimana reaksi Jeno saat mengetahui perkembangan antara Renjun dengan sang adik. Renjun benar-benar mau meninju raut menyebalkan Jeno yang menahan tawanya kala itu. Syukur saja tak ia lakukan. Jika Renjun berani menyentuh Jeno, ia akan berurusan dengan sepupunya sendiri yaitu Yireon.

LET'S NOT FALL IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang