Bintang merapatkan mantel yang membaluti tubuhnya. Cuacanya benar benar dingin di Seoul sekarang ini. Meskipun begitu Bintang tetap menikmatinya, karena negeri ini sudah menjadi list kunjungannya. Ditambah lagi, sekarang ia sudah tinggal bersama Bibi Kim.
Hembusan nafas memunculkan asap dari mulutnya yang bertanda bahwa dirinya benar benar kedinginan.
Sudah beberapa menit lamanya Bintang tengah menunggu kereta sampai datang. Ia sudah menghabiskan waktu berjalan jalan karena libur dari pekerjaannya ditoko pernak pernik Bibi Kim.
Setelah menunggu hingga beberapa menit, akhirnya kereta yang menjadi tujuan Bintang untuk pulang datang juga. Langsung saja gadis itu naik dan terduduk disalah satu tempat yang kebetulan gerbong itu kosong dan tak ada siapa siapa. Maksudnya hanya ada beberapa yang menaiki kereta. Wajar saja, ini sudah malam dan lagipun untuk apa naik kereta malam malam? Hanya satu alasan mengapa ada beberapa orang yang pulang naik kereta, dan mungkin pulang dari pekerjaan mereka.
Selang beberapa menit Bintang terduduk, seorang pria masuk dari arah samping kanan dan tepat terduduk didepannya. Helaan nafas terdengar dipendengaran Bintang. Gadis itu tak menghiraukannya, lagipula pria didepannya ini memakai pakaian sangat tertutup dengan masker hitam menutupi wajahnya dan jangan lupakan topi hitam pula.
Namun sepertinya Bintang harus tetap waspada, karena biasanya pria berpenampilan seperti itu adalah perampok atau yang lebih berbahaya dari itu.
Bibirnya yang memerah itu melirihkan doa agar ia diberi perlindungan dari orang orang jahat. Meski Bintang tak yakin dengan pria dihadapannya ini, namun ia tetap berpikir positif bahwa pria dihadapannya ini hanya seorang penumpang.
Matanya yang benar benar was was dan mengawasi sekitar tiba tiba menatap kembali iris mata pria dihadapannya itu dengan rasa sedikit takut dan berjaga jaga. Dzikir dibibirnya semakin ia kuatkan saat pria itu juga tengah menatapnya dengan mata sedikit berkerut. Tapi tidak ada reaksi apapun setelah itu dari pria dihadapannya ini.
Ia hanya menatap Bintang datar, seolah Bintang bukanlah ancaman atau apapun baginya. Diam diam Bintang menghela nafas lega karena dia sepertinya sudah salah menduga.
🐿🐿🐿
"Hyung, kau darimana saja?"
Hoseok yang memang tengah menutup pintu langsung menoleh kearah seorang yang bertanya padanya itu.
"Ahh, aku hanya sedang mencari udara malam, kemana yang lain?" Jawab Hoseok yang diakhiri dengan tanya pada adiknya itu.
"Hyung, ini musim dingin. Mereka sudah ada dikamar mereka. Aku menunggumu karena khawatir, hyung." Adiknya yang tak lain adalah Jimin itu menjelaskan yang membuat Hoseok tersenyum.
"Gomawo, baiklah ayo kita kekamar."
Setelahnya, Hoseok dan Jimin menuju kamar mereka dan terbaring diranjang masing masing.
"Hyung, kau keluar hanya untuk berjalan jalan mencari udara malam?"
"Iya, aku menaiki kereta bawah tanah."
"Apa?! Bagaimana bisa? Kau tidak takut?"
"Entahlah, lagipula tadi keretanya hanya terisi sedikit. Jadi tidak ada yang mengenaliku. Aku sengaja memilih gerbong kereta yang sepi."
"Baiklah kalau memang tidak ada masalah. Selamat tidur, hyung..." meski ragu, namun akhirnya Jimin hanya mengangguk. Ia percaya dengan Hoseok.
"Jimin-ah...."
"Ne hyung, butuh sesuatu?"
Hoseok terdiam sebentar seraya menatap langit langit kamar, sedangkan Jimin masih menunggu apa yang ingin dikatakan hyungnya ini.
"Bagaimana pendapatmu tentang sebuah penutup kepala?"
▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎
Jung Hoseok
🐿🐿🐿
Hello its me armyy....
Aku buat cerita iseng iseng hehe....
18 oktober 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE STARS [BTS JHOPE] [END]
Spiritual[EPILOG MASIH DALAM PERSIAPAN] BTS JHOPE Fanfiction! [WARNING: Dibumbui sedikit kisah romansa islami. Tidak memfokuskan pada hal agama, karna author tidak pandai dalam hal seperti itu.] Tentang sang Matahari yang mencoba menggapai Bintangnya... dan...