Di sebuah kampus kenamaan Bandung, tiga mahasiswa sedang mengobrol serius di kantin Teknik. Lebih tepatnya beradu argumen.
Siapa lagi kalo bukan Alan dan Kanaya yang selalu di takdirkan berdampingan tapi juga bertengkar. Seperti halnya saat ini. Mereka masih mendebatkan soal ajakan si pria pada temannya yang kini sedang makan santai di depan mereka . Alan mengajak sahabat barunya untuk datang ke acara reuni angkatan SMA nya. Tentu, Kanaya melarang karena setiap tahun tidak ada yang membawa orang luar.
" Yaelah, Kan, ini namanya perubahan . Lagian Luthfi bilang gapapa kan?", Timpal Alan.
" Ya terus, ntar si bule ini mau tinggal dimana? Keluarga di Bandung aja nggak punya apalagi Jakarta?! Emang Lo udah tanya si bule mau apa nggak?!", Balas Kanaya emosi.
" Yan, Lo mau kan?", Tanya Alan. Pria berwajah bule itu mengangguk tanpa menghilangkan wajah datar yang selalu ia tunjukkan setiap hari. Inilah yang membuat Kanaya enggan berbicara dengan pria bule itu. Terkesan cuek, datar dan juga sombong.
Padahal kalo kata Alan, Kanaya cuma belum kenal aja gimana Sean ini. Sean ini adalah pribadi yang lembut dan perhatian. Mungkin wajahnya memang datar, karena itu memang bawaannya dari dulu. Alan pertama kali mengenalnya saat OSPEK, pria itu terlihat bingung mencari teman, akhirnya dia mendekati Sean dan menawarkannya menjadi partner. Ternyata mereka satu Fakultas dan satu jurusan.
Sean ini keturunan Indo-Australia. Dia tinggal dengan neneknya yang meninggal satu tahun lalu karena Kanker. Saat ini ia tinggal sendiri di rumah mewah bak istana peninggalan neneknya.
" Ntar Lo tinggal aja di rumah gue sementara. Udah deh, Kan, makan tuh bakso! Ribut aja dari tadi."
Dan apa yang ia lihat sekarang, cewek itu malah berdiri dan menyusul kakaknya yang meninggalkan kantin bersama kekasihnya. Hal itu membuat nafsu makannya hilang seketika.
Kapan sih Lo berhenti gangguin bang Riel? Apa sikap yang gue tunjukkan ke Lo selama ini masih kurang? Apa gue harus menyerah sekarang?- batin Alan frustasi.
" Udahlah. Muka Lo makin jelek kalo marah gitu.", Ejek Sean.
" Oh iya, Yan. Pokoknya ntar kalo kita di Jakarta Lo harus ketemu sama dua sahabat gue. Lo bakal kaget deh liat mereka. ", Ucap Alan mengalihkan topik.
" Kaget gimana maksud Lo? Pasti kelakuannya nggak jauh beda sama Lo.", Tebak Sean, Alan menyeringai tipis.
" Kadang tuh ya penampilan sama tindakan itu nggak sesuai, bro. Kayak hati sama mulut yang nggak pernah sejalan.", Alan berkata seperti itu seakan menyindir dirinya sendiri.
Fyi. Alan dan Kanaya memutuskan kuliah di Bandung, tepatnya di ITB. Mereka tidak janjian, tapi entah kenapa mereka bertemu di awal semester dengan perantara Riel, kakak pertama Alan. Alan yang memilih Fakultas Teknik mengambil jurusan mesin. Dan Kanaya di Fakultas Teknik juga tapi di jurusan Desain dan Arsitektur. Mereka pertama kali bertemu di kantin. Kenapa melalui Riel? Karena Riel sering datang ke Fakultas Teknik untuk menemui kekasihnya di jurusan yang sama dengan Kanaya. Riel sendiri memilih Fakultas Kedokteran.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power of Destiny 2
TienerfictieMeninggalkan kisah dua tahun lalu, yang mereka lalui dengan kebersamaan dan saling berbagi suka maupun duka. Kini mereka hidup terpisah dengan kesibukan masing-masing. Memulai hidup baru dengan meninggalkan kenangan lama. Kehilangan dan kesedihan t...