CALON IPARKU MENDADAK JADI SATPAM DI ACARA NGEDATE KU

896 55 173
                                    

Haii... I'm backk 😚😚
Mian, udah hampir semingguan gak update. Lagi sibuk di kejar deadline beberapa hari ini. Ini juga bisa update karna ada sisa part yang belum di publish. Hehe 😂

Gimana puasanya? Masih lancar kan? Ade datang nih, untuk menemani gabuburit kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana puasanya? Masih lancar kan? Ade datang nih, untuk menemani gabuburit kalian. Atau mungkin, di daerah kalian udah pada buka puasa? Hihihi

Btw, judulnya hari ini agak lebay, kayak judul sinetron Azab 😂✌️

Happy reading ya.
Jangan lupa vote dan komennya 😚
.
.
.
.
.

Gue masih shock dan gak habis pikir dengan fakta yang baru aja gue tau.

Dimas. Si keriwil itu, ternyata abang Maimunah. Ini bukan Prank kan??

Setelah makan malam tadi, gue lebih banyak diem untuk memikirkan betapa banyaknya tingkah kurang ajar gue sama si keriwil. Lagian kok  gak kepikiran ya, kalo si keriwil ini abangnya Maimunah?

Gini nih, efek cemburu tapi tak bisa memiliki, bawaanya suudzon mulu.

"Ade, kok Mama panggilin dari tadi  kamu diam aja. Habis main kemana, tumben jam segini udah pulang?"

Gimana gak cepet pulang coba Ma, kalo sekarang Maimunah udah punya satpam yang jagain dua puluh empat jam.

"Iya Ma, segan aja kalo jam sepuluh masih main di rumah Maimunah, Ma." jawab gue sekedarnya.

Masih teringat sama kejadian tadi. Saat insiden batuk yang cukup memalukan, gue gak berhenti batuk sepanjang makan malam, dan harus berakhir dengan sindiran si keriwil.

"Gini nih kalo gak fokus baca doa sebelum makan, jadi batuk-batukkan?"

Gue cuman mendengus sepelan mungkin, kesel sama sindiran dia yang sayangnya bener banget. Ditambah dengan fakta yang baru aja gue denger, membuat batuk gue tak kunjung berhenti juga.

"Lagi apa bang?" tanya gue basa-basi setelah selesai ngobrol bareng Pak Kepsek dan Mama Maimunah di ruang makan.

Dimas yang saat itu masih fokus dengan laptopnya, menaikkan sebelah alisnya saat mendengar pertanyaan gue.

"Sejak kapan lu panggil gue abang?"

"Sejak negara api menyerang." kelakar gue yang sayangnya gak cocok sama humornya dia.

Susah sih ya, becanda sama manusia sejenis batu gini, datar coy.

Gue duduk di samping keriwil yang sedang melanjutkan skripsinya. Dia tampak fokus dan mengabaikan gue yang dari tadi duduk di sampingnya.

Maimunah datang menghampiri gue, membawa beberapa cemilan dan minum untuk kita bertiga.

"Tumben gak pergi main bareng Guntur dan Rovan?"

Kan mau wakuncar sama lu Mai.

"Pengen main kesini aja, eh, bawa cemilan apa nih?" seru gue, lalu berpindah duduk di samping Maimunah.

Ku MATIMATIKA (Mati-matian ngejar kamu) END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang