Stella benar-benar rapuh malam itu, Huda masih setia menemani sang adik.
Sejak meninggalnya sang Nenek, Stella memilih untuk liburkan dirinya beberapa hari. Stella mulai berangkat menuju ke sebuah Toko di kota.
"Pah, Mah! Stella keluar sebenra ya?" izin Stella kepada sang mama dan papah yang sedang duduk di sofa.
Tia mulai tersenyum, "Mau kemana? kamu udah mendingan?" tanya Tia yang mulai khawatir pada anak cantiknya nan salehah ini.
"Ke toko buku, di sana entar ketemu sama Sella, Syera, Audry dan Chelsea ko mah, Izinin ya?" mohon Stella, Tia mulai menoleh ke Vernon yang sedang fokus membaca koran paginya.
"Iya, Papah dan Mama izinin. Tapi ingat, jangan pulang kemalaman ya," pesan Tia, Stella mulai mencium tangan Tia dan Vernon.
Baru saja Stella hendak keluar dari Rumah, Huda sudah menahannya terlebih dahulu.
"Jangan lupa beliin gua Seblak, kalau lo udah pulang," pesan Huda, seketika membuat Stella malas dengan abangnya sendiri.
Stella mulai memutar matanya malas dan berjalan lagi, Stella suka berjalan di bandingkan naik motor atau di antar Huda atau papahnya sendiri.
Stella sudah sampai di depan Halte yang mau menuju taman kota, Stella sedang duduk sambil membaca surah An-nisa dari gawai pipihnya itu.
Tak lama kemudian, Ada seseorang yang duduk di samping Stella namun sangat jauh jaraknya. Lelaki itu masih menatap Stella dengan rindu.
"Kalau aja lo tau Stell, Gua rindu berat," batin Velan.
Stella masih fokus melantunkan surah kesayangannya itu, Sampai dirinya saja tidak menyadari kalau Bis yang iya tunggu sudah datang.
"Udah datang," ujar Stella yang kemudian mengambil money-card bisnya.
Velan baru aja hendak naik, dirinya sudah keduluan sama ibu-ibu yang sedang menggendong anaknya.
"Misi Mas," ujar Ibu itu, Velan mulai terdiam dan langsung naik ke Bis itu. Stella sudah duduk di samping jendela. Lagi-lagi Velan gak kebagian kursi, Ibu-ibu itu sudah duduk di hadapan Velan berdiri.
Stella mulai menoleh ke objek yang membuat dirinya tak sadar, Mata Stella dan Velan mulai bertemu.
"Velan?" ucap Stella sangat pelan, sedangkan Ibu disamping Stella sudah menatap dirinya berbeda.
"Saya pindah, di sini saya gak enak," ujar Ibu itu, mengejutkan Stella dan Velan.
"Gak apa-apa ko bu, Saya bisa pindah atau berdiri saja," ujar Stella yang mulai bangkit, tapi Sudah terdahulu oleh ibu itu.
"Kalian sudah menikah, gak baik saya jadi tengah-tengah. Silahkan duduk mas, biar saya pindah ke belakang saja ada yang kosong," ujar Ibu itu membuat Stella tertunduk, padahal mereka hanya sebatas teman. Mau gak mau Velan duduk di samping Stella dengan batas tasnya.
"Makasih bu," ujar Velan, Stella mulai mengsibukan dirinya dengan membaca chat room dari sahabatnya.
Bis mereka sudah sampai di halte, Stella baru saja mau membayar money-cardnya sudah terdahulu Belan.
"Saya dengan dia Mas," ujar Velan yang kemudian menoleh ke Stella, "lo keluar duluan," suruh Velan. Stella mengangguk.
Velan sudah berjalan dan mendekat di samping Stella. Stella hanya diam sejak di dalam bis sampai halte.
"Lo mau kemana?" tanya Velan yang begitu tiba-tiba membuat Stella sedikit terkejut, Stella sudah sampai di depan Cafe yang dia tuju bersama sahabatnya.
"Mau ke cafe cendai," saut Stella masih menundukan kepalanya, Velan mulai tersenyum.
"Yaudah yuk barengan, Lo di ajak mereka? gua juga sama Alden, Agam dan Ishak," ujar Velan, Mata Stella mebelalak tak percaya.
"Ya Allah, kenapa kaya gini jadinya? hamba mau moveon, tapi kenapa dia selalu muncul?" batin Stella.
Stella mulai terdiam, Velan mulai melambaikan tangannya ke depan Stella yang sedang bengong.
"Yaudah yuk. Itu mereka," ujar Velan, baru aja mau narik tangan Stella. Velan ingat karna belom muhrim.
"Sorry," ucap Velan yang mulai masuk terlebih dahulu kedalam Cafe itu. Stella sudah di suguhi dengan keadaan ricuh. Ulah sahabatnya.
"Steellaaaaa rinduu!" jerit Chelsea, karna kelamaan di london.
"Sini peluk," ajak Stella, Chelsea langsung menghamburkan pelukan rindunya kepada sahabat tersayangnya.
"Udah-udah, jadi tujuan kita kesini ngapain?" tanya Stella yang mulai duduk di samping Syera.
Di sana ada Ratu duduk di samping Audry, dengan senyum khasnya.
"Ratu?" panggil Stella, Ratu tersenyum.
Ada yang bisa nebak gak nih? bakalan kenapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
VELANSTELLA
General FictionIni tentang Stella Radhina Reyes. Yang diperebutkan banyak pemuda. Dia Cantik, anggun, sholehah, dan juga sedikit pendiam. Mampu saja membuat banyak pemuda terpesona oleh kemolekan dirinya dan lantunan ayat suci al-qur'an nya. Bagaimana rasanya...