Minho memutuskan untuk pulang tanpa menerima tawaran Hyunjin untuk mengantarnya. Lagian lelaki yang lebih tinggi darinya itu meminta Minho untuk menunggu karena Hyunjin harus bertemu atasan dulu ㅡkenapa juga pakai bertemu di kantor padahal mereka bisa bertemu lebih intens di rumahㅡ, Minho heran tapi tidak terlalu dipikirkan karena dia lebih ingin berpikir mengenai Jisung.
Diboncengan seorang driver pun Minho masih memikirkan lelaki tupai yang belum ada sebulan menjadi teman dekatnya itu. Ingin segera bertemu Jisung dan menyampaikan hasil simpulan dari pikiran positif dan negatif Minho tadi di kantor.
Jadi selama melamun, Minho juga telah menimbang baik buruk untuk ke depannya. Otak dan perasaan Minho memang hidup seimbang, tidak ada yang berat sebelah.
Minho baru merasakan perasaan lega ketika driver menghentikan laju motor di depan gerbang indekos.
"Terima kasih," ucap Minho sembari menyerahkan helm dan langsung bergegas menuju kamarnya.
Niat Minho terhalang seseorang yang memegang tangannya. Minho menoleh dan mendapati bahwa Chan adalah pelakunya.
"Ada apa?" Minho bertanya ketus.
"Aku-"
Sebelum Chan mengucap, dengan tergesa-gesa Minho memotong.
"Kak Biru, asal kakak tahu. Aku mau menerima pertunangan itu karena kakak adalah anutanku dalam bertindak. Kakak dewasa sebelum waktunya, tegas, dapat diandalkan, dan yang terpenting kakak melakukan apa yang tidak dilakukan orang lain, seperti saat kali pertama kakak mengulurkan tangan ketika aku dirisak oleh teman sekolahku. Meski kak Biru selalu kasar tapi Jana tahu sekali jika kakak orang baik, baik sekali malah. Kak Biru selalu bilang mutlak, kalau iya pasti iya kalau tidak ya tidak, aku masih sangat respek ketika kakak tidak membantah waktu aku bertanya tentang perasaan kakak pada Sore. Aku tidak cemburu, aku bahagia kalau kakak bahagia. Meski aku sudah berusaha untuk mencintai kakak dan aku hampir oh atau sudah berhasil, kakak malah semakin sulit diraih. Aku berniat untuk mencari pasangan untuk kukenalkan pada bunda ketika Kak Biru dan Sore sudah bersama. Tapi ternyata aku punya batas, Kak."
Chan bergeming. Minho mengungkapkan terlalu banyak dengan air mata yang sudah siap untuk terjun bebas.
Minho melanjutkan ungkapannya, "Sampai seminggu lalu kak Biru menyuruhku untuk menjauhi Sore secara tidak langsung pun, aku menurut. Asal kak Biru bahagia, aku juga pasti bisa bahagia."
Minho menghembuskan napas berat dan sedikit mengusap air mata yang sudah jatuh beberapa dengan punggung tangannya. Chan ingin bersuara tapi Minho dengan secepat kilat menyuarakan lagi ungkapan hatinya karena Minho tahu, Chan ahli dalam berdebat dan dia tak akan kalah, "Tapi aku tidak mau lagi seperti ini, Kak. Aku mau mencari kebahagiaanku sendiri. Sore menyukaiku. Aku pasti juga bisa menyukainya seperti bagaimana aku menyukai kakak saat ini."
Tanpa penasaran dengan respons Chan, Minho berbalik arah untuk melanjutkan jalannya ke kamar.
Dalam diam Chan memandang punggung lebar Minho yang terlihat rapuh. Chan ingin memeluknya dengan erat seperti kala itu. Sorotan mata tadi begitu menyedihkan, "Jana masih sama, memendam terlalu banyak."
***
Destiny's Sore
Sore di mana?
Pesan itu sudah lebih dari dua jam yang lalu terkirim ke aplikasi hijau bergambar telepon. Tapi tak kunjung ada tanda dibalas, jangankan dibalas, dibaca pun tidak oleh si penerima.Minho panik dalam diam. Dia panik tapi tidak tahu harus apa karena memang ketika dia meninggalkan Jisung, keadaannya seperti ditolak meski Minho tidak bermaksud seperti itu.
Lelaki berwajah tampan yang sering dielu-elukan para gadis itu menutup matanya. Mungkin dengan tidur, perasaannya akan kembali baik. Minho mencoba percaya jika Jisung tidak akan melakukan hal seperti yang sempat dia khawatirkan.
Minho sudah mematikan lampu, memang sengaja dirinya mematikan lampu kamar.
Dia suka gelap.
Belum sempat masuk ke alam mimpi, suara kunci terbuka dari luar dan menampilkan Jisung dengan baju yang masih sama seperti tadi pagi.
"Hai, Kak Jana. Maaf mengganggu tidurmu. Silakan tidur lagi, Sore tidak akan bersuara. Maaf," dengan lembut Jisung bersuara dan memelankan semua aktivitasnya. Dari menaruh kunci di samping pintu, melepas jaket, dan meletakkan tas.
Jisung berjengkit.
Dia merasakan pinggangnya sedang dipeluk dari belakang.
Ya Tuhan.
"Sore, maafkan aku," perkataan Minho membuat Jisung merinding, terang saja karena Minho berkata tepat di samping telinga Jisung.
Minho menghadapkan tubuh Jisung untuk menghadap kepadanya.
Minho arahkan tangannya untuk menangkup dagu Jisung, "Tarik aku, Re. Tarik aku masuk ke duniamu dan cari arti bahagia untuk diri sendiri di sana. Mau?"
Jisung mengernyit.
"Mak....sud ka...k Ja...na?" Dengan terbata Jisung mencoba bertanya.
Ini terlalu dekat bagi Jisung.
"Aku akan belajar membalas perasaanmu. Aku minta tolong kepadamu untuk membuatku bahagia, apakah dirimu sanggup?" Pertanyaan Minho sungguh aneh untuk sebuah pernyataan karena Minho acapkali sebagai pihak penerima.
"Atau biarkan kakak yang akan membuatmu bahagia dan menikmati hidup."
Tangan kanan Minho dia gunakan untuk mengelus surai hitam Jisung dengan lembut dan penuh kasih.
Minho selalu tahu bagaimana memperlakukan orang tersayang.
Merasa mulai masuk ke arah membicaraan Minho, Jisung menggeleng. Dia raih tangan Minho yang mengelus rambutnya dan dia bawa untuk Jisung genggam.
"Bersama, Kak. Ayo temukan makna kata bahagia bersama."
Sorot mereka berbinar. Seperti menemukan seseorang yang mereka memang tunggu dari lama.
Seseorang yang mampu mereka genggam untuk menampaki lika-liku kehidupan dan mencari arti bahagia dalam peliknya hidup.
Minho akan berupaya untuk membalas perasaan Jisung.
Jisung akan berupaya untuk selalu memiliki rasa pada Minho.
Tidak akan ada yang mampu mengambil bulan jika bukan kemauan diri sendiri. Pun juga bulan tidak akan bergerak sendiri pada si pemohon. Bulan hanya bisa dicapai oleh siapa pun yang mau mencapai.
*Selesai*
Nah, itu perasaannya Jana dah terilis~ soalnya kata orang dalamku, cerita ini fokus ke Jana tapi perasaan Jana malah belum terekspos.
Sooooo, terima kasih telah memberi bonus padaku dan buku ini♡♡
Ini beneran ending, tapi bagi yang merasa seperti masih ada yang mengganjal, boleh ditanyakan.
Jadi apa yang belum terungkap (lagi)?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambilkan Bulan | minsungchan✓
Nouvelles(💋) Biru, Renjana, Sore. Tiga kata, tiga manusia, tiga kepribadian. [180320ㅡ080420]