Sehabis sholat isya para remaja crew majelis Rasulluah SAW sibuk mempersiapkan sound system untuk acara pengajian yang rutin digelar setiap malam selasa di masjid almunawar. bait demi bait syair dilantunkan diiringi dengan irama ketimpring dan hadroh yang saling bersautan hingga menggema sampai kedasar kalbu, sholawat serta salam kepada banginda Rasulullah saw juga tak terlewatkan. Guru-guru yang tak pernah absen dalam memberikan ilmu keagaaman dan dengan wajah-wajah tawadhu yang sejuk dipandang mulai berdatangan. Setelah pembacaan maulid. guru-guru para habaib mulai naik kemimbar untuk memberikan tausiyah.
Aku dan beberapa temanku yang bernama bayu, andre, dan reza biasanya sudah janjian untuk datang lebih awal sebelum magrib, berkumpul diwarung kopi samping masjid Al munawar. Kami berbincang-bincang sambil menikmati kopi serta gorengan hangat yang dijajakan.
Sedang asyik aku menyeruput kopi tiba-tiba datang mas arif. memberi salam kepada kami. lalu dia memesan kopi dan mengambil salah satu ngorengan yang dijajakan. sambil menyantapnya dia melontarkan sebuah pertannyan; "kalian kapan nikah?" pertanyaan yang sederhana tetapi mampu mebuat hati kami gelisah. Karna menurutku wajar bagi setiap remaja diusia ku yang sudah ingin berumur kepala tiga kawatir akan perial jodoh. "haha doain kita-kita ya mas, agar cepat diberikan jodoh" sambil tertawa bayu menjawab pertanyan mas arif.
"doa mah sudah pasti, tapi jika kalian tidak berusaha dan mencarinya dengan beriktiar mana bisa? Memang jodohmu itu bisa jatoh dari langit."
Sambil menyeruput kopinya sesekali mas arif melanjutkan pembicaraanya. "memang sie perihal jodoh itu sudah diatur, tetapi kamu juga kan harus berikhtiar dan berusaha untuk mendapatkannya. dan ingat, jika kalian ingin mendapatkan pasangan yang baik, maka perbaiki dulu diri kalian. Bukankah sifat jodoh itu cerminan dari diri kita? lalu bagaimana bisa kita berharap mendapatkan yang sempurna sedangkan didiri kita saja tidak ada."
Sudah lama aku mengenal mas arif. Dia adalah orang yang sangat istiqomah dalam menuntut ilmu agama. sejak pertama aku hadir dipengajian majelis Rasulullah saw. Aku tidak pernah melihatnya tidak hadir di majelis dan dia juga orang yang sangat baik hati suka menasehati siapa saja orang yang dikenalnya dengan lemah lembut dan canda tawa. Panjang lebar dia telah menasehati kami tentang perial jodoh, tiba-tiba dia menepuk bahuku dan berkata. "gimana suf nte udah ada rencana mau nikah?" dengan tersenyum aku menjawab. "kalo masalah persiapan sie insyaAllah sudah ada mas, cuman yang jadi permasalahannya ane nie belum dapet pasangan yang pas aja mas."
"loh...loh...loh... emang nte mau cari yang seperti apa suf?" tannya mas arif.
"yusuf sie tidak memilih yang sempurna mas, cuman yusuf kan mesti memilih dan memilah setiap wanita yang ingin yusuf jadikan pasangan. yusuf juga harus tau latar belakangnya dan dari segi keagamaannya juga. Karna ini menyangkut masa depan mas. Sukur-sukur yusuf bisa dapet wanita yang sholeha, pintar, dan cerdas. Karna dengan itu semua dampaknya akan baik untuk keturunan yusuf nanti."
Dengan rawut wajah serius mas arif mendengarkan ucapanku dan berkata, "kalo gitu kamu mau engga aku kenalin sama teman istriku? sekarang dia sedang melanjutkan s2nya di ITB bandung."
"waah boleh tu mas, kirim nomer WAnya dong!"
"tenang saja, nanti aku kasi nomer WAnya."
Azan isya mulai terdengar kami semua bergegas meninggalkan warung kopi lalu masuk kedalam masjid almunawar untuk melaksanakan sholat isya berjamaah setelah itu dilanjutkan dengan pengajian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjemput cinta
Historical FictionSambil menyeruput kopinya sesekali mas arif melanjutkan pembicaraanya. "memang sie perihal jodoh itu sudah diatur, tetapi kamu juga kan harus berikhtiar dan berusaha untuk mendapatkannya"