surprise!

1.6K 168 14
                                    

Sudah genap tiga hari sejak Haechan meninggalkan rumah untuk sleepover di kediaman keluarga Nakamoto. Awalnya Johnny sangat tidak setuju--sebagai ayah yang super protektif--namun setelah sang buah hati merengek ditambah dengan elusan lembut di dada oleh sang istri, akhirnya Johnny mengangguk dengan senyuman paksa. Namun, setelah merasakan perbedaan suasana rumah saat tidak ada sang buah hati yang selalu merusuh tanpa henti, Johnny mengerti. Ia mengerti bahwa ia dan istrinya juga butuh privasi.

Setelah olahraga pagi yang memakan waktu seperempat hari, Ten dan Johnny memutuskan untuk mutasi ke ruang keluarga dan menonton film. Keduanya tidak berpakaian lengkap. Ten hanya mengenakan kemeja milik Johnny yang tentu saja terlalu besar untuk tubuh mungilnya--yang tadi ia gunakan untuk striptease sebelum Johnny menerkamnya--dan Johnny hanya mengenakan celana pendek tanpa dalaman. Tangan penuh urat Johnny melingkar di pinggang Ten--mengusap dan sesekali meremas, sedangkan jemari Ten menari-nari di dada sang suami.

"John, karena rapot fullsun kemarin bagus, aku beliin dia kamera. Kira-kira dia suka nggak ya?"

Fokus Johnny pada televisi beralih begitu saja mendengar pertanyaan istri manisnya. Raut wajahnya menunjukkan bahwa ia terkejut, membuat Ten mengernyit bingung.

"Aku juga beliin dia macbook kemarin pas pergi sama Jae! Should we make a surprise for him?"

"Tumben kamu?" Ten bingung. Johnny merupakan sosok yang sangat supportive, namun seumur-umur ia tidak pernah memberikan rewards.

Johnny terkekeh, "Iya, kemarin Jae minta temenin ke ibox abis makan siang. Katanya dia ada janji sama Jeno, kalo si bungsu ranking sepuluh besar, mau dibeliin macbook. Yaudah lah, aku terinspirasi. Kali-kali bikin fullsun seneng hehe."

Ten mengangguk paham, lalu mendudukkan diri. Tangan kecilnya menarik tangan sang suami yang penuh urat, alisnya naik turun.

"Katanya mau bikin surprise?"

"Oh iya hehe."




"Yut, my baby honey sweety kapan pulang? Tanyain dong, tapi jangan bikin dia curiga ya. Gue sama bini mau kasih surprise."

"Itu di kamar lagi rapihin barang. Emang dia ulang tahun? Kok tumben anak gua nggak heboh?"

"Kagak, surprise ecek-ecek aja kok. Dia ranking satu di kelas, yaudah gue sama Ten beliin hadiah."

"Hadiah apaan? Kondom?"

"Kagak lah kampret. Ada deh, kepo lu. Kalo dia otw balik kontak gue ya. Thanks, Yut."

"Iye iye, tapi syaratnya keperawanannya gua ambil boleh?"

"Bangsat--"

"Iye iye, nggak nggak! Dah ah, mau ngelon."

Piip.

"Minta sunat dua kali emang." Johnny menggerutu, lalu melempar ponsel mahalnya dengan asal ke permukaan sofa. Ten yang tadi sempat mendengar umpatan teman hidupnya belasan tahun terakhir saat sedang mencuci piring, lantas menghampiri Johnny dengan raut wajah cemas. Ia mendudukkan diri ke pangkuan Johnny, mengelus dada suaminya, menanyakan apa yang terjadi dengan nada halus.

"Kenapa sayang..? Something happen?"

Hati Johnny meluluh, kepalanya menggeleng pelan diikuti dengan jemarinya yang mengelus pipi mulus pasangan hidupnya tersebut. Johnny mengecup sudut bibir Ten, membuat si manis tersenyum kecil. "Biasa, si Yuta kan nyebelin."

Ten mengangguk, "Kado kita aku letakkin di meja makan. Nanti aku pura-pura suruh dia bikinin minum sama ambil cemilan, terus kita ngumpet di balik kulkas. Okay?"


"Mommy! Daddy! I missed you two!"

Pekik Haechan, melempar ransel kuning miliknya dengan asal lalu berlari menubruk sosok sang Ibu yang sudah tidak ia temui tiga hari terakhir. Ten membalas pelukan sang buah hati sembari mengecupi rambut coklatnya yang dilapisi dengan beanie berwarna hitam, sementara di belakangnya Johnny berdiri dan akhirnya ikut berpatisipasi dalam acara berpelukan ibu dan anak tersebut.

"Baby! Betah banget sih di rumah Nana. Mommy kangen taauu!" // "How's sleepover, my fullsun?"

Tanya Ten dan Johnny berbarengan, membuat ketiganya tertawa.

"Kompak amat siiih."

Haechan melangkah masuk ke dalam rumah, menjinjing ransel kuning miliknya yang sempat terbuang asal di teras rumah. Di belakang, Ten dan Johnny saling bertukar pandang yang disertai dengan senyum miring. Johnny merangkul pundak Ten, lalu menuntun pasangan hidupnya menyusuli langkah sang buah hati.

"John, how about movie time?" Ten berbicara agak kencang--

"Sounds great!"

Wow.

"Aku lagi pengen Thai Tea. Should i make it for us?"

Gotcha!

"Okay. Mommy set laptop, Daddy siapin proyektor, and fullsun prepare the meals. Agree?" tawar Ten berbagi tugas.

"Agree! Tapi aku ganti baju dulu!"

Perfect.

Ten mengacungkan jempolnya ke udara dengan cengiran lebar di wajah cantiknya, lalu menoleh ke arah Johnny yang terlihat--

Kesakitan?

Mata bulatnya fokus pada ponsel mahalnya, bahunya sedikit bergetar, namun tubuhnya kaku. Ten lantas bangkit, menghampiri sang suami yang terlihat tidak baik-baik saja dari segi manapun.

"Johnny, what hap--"

"Baby, im horny."

"What the fu--"

Dan setelahnya, Ten terjatuh ke atas sofa dengan Johnny di atasnya. Johnny meraup bibir yang lebih muda dengan kasar dan terburu-buru seolah tak ada hari esok. Tangannya meremas pinggang sang pasangan hidup sematinya, sementara Ten berusaha memberontak dari kungkungan sang suami.

"How about the surprise--"

"Fuck off."

Ciuman panas mereka terhenti, Ten merasa lega meskipun terengah-engah karena tidak bisa mengimbangi permainan Johnny. Kilat mata sang suami dihiasi dengan nafsu, tangannya mulai naik ke arah dada Ten. Ten menggigit bibir bawah, pipinya memanas.

"John.."

"MOM, DAD, WHAT IS THIS?!"

Pekikan Haechan dari dapur tidak diindahkan keduanya. Johnny kembali meraup bibir semerah ceri sang istri, dan kali ini tidak ada penolakkan. Keduanya terbakar nafsu, Ten mengalungkan tangan kurus nan panjangnya pada leher Johnny.

Haechan melangkah riang menuju ruang keluarga dengan wajah berseri. Tangannya memeluk kardus besar berisi hadiah dari kedua orangtuanya, ia ingin berterima kasih dengan sangat. Sudah lama ia mengidamkan laptop baru dan kamera, namun ia tidak berani untuk mengungkapkannya karena takut orangtuanya keberatan dengan permintaannya.

"MOM, DAD, THA--"

"Mmhh, John.."

Kardus besar di tangannya terjatuh. Matanya membulat sempurna, bibirnya terbuka membentuk huruf 'O' besar.

Seolah mengerti, kakinya--puji Tuhan--melangkah cepat memutar balik. Persetan dengan hadiah. Ia melangkahkan diri menuju kamar, meraih ponsel mahalnya di atas nakas dan dengan terburu-buru mencari kontak sahabatnya.

"Na, aku nginep lagi ya?"


Jauh disana, alis Yuta bertaut.

"Tumben Johnny read doang?"

Yuta, that little shit, mengedikkan bahu tidak peduli.

kartu keluarga:・゚✧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang