14. Pahlawan

45 12 13
                                    


Sebelum baca klik bintang dulu yuk^_^
🌟🌟🌟

Happy reading❤
^
^
^
^
^
^
^

Di kediaman keluarga Arvan...

Arvan sedang menonton televisi di ruang keluarga, tetapi fokusnya hilang karena melihat abang nya yang sedari tadi senyum-senyum sendiri menatap layar ponselnya.

"Ngapain sih lo? Udah nggak waras lagi ya?"
Pertanyaannya tidak digubris oleh abangnya. Arvan berdecak dan menghela napas berat.

"WOII BANG ARAZ REVANO YANG GANTENGNYA NA'UDZUBILLAH,"  teriaknya ke telinga Araz yang berhasil membuat abangnya itu terpelonjat kaget.

"Astaghfirullah ngapain sih lo teriak teriak?"  ucap Araz yang mengusap-usap telinganya.
Arvan memasang tampang datar plus wajah tanpa dosa.

"Lagi chat sama cewek ya sampai senyum-senyum gitu?"  Arvan kembali bertanya.

"Kalo emang iya kenapa?!"

"Ooh, ya udah sih,"  jawab Arvan cuek.

"WHAT?? Bang Araz udah punya pacar? Wah nggak bisa dibiarin ini, PJ nya mana?"  timpal Arizka yang tiba-tiba duduk di sebelah Arvan.

Arvan adalah anak kedua dari Arlan dan Ilda. Ia mempunyai kakak laki-laki dan adik perempuan.
Okey kembali ke topik~

"Apaan sih dek? Huuss sana jangan gangguin abang dulu!"  ucap Araz yang masih fokus menatap layar ponselnya. Arizka  mendengus sebal karena Araz malah mengusirnya.

"Anak-anak Mama yang ganteng dan cantik sini makan dulu."
Terdengar suara wanita dari arah dapur yang berumur sekitar 40 tahun-an tetapi wajah nya masih terlihat awet muda.
Arvan yang mendengar panggilan Mamanya segera berjalan menuju ruang makan, diikuti oleh Arizka di belakangnya.

"Papa kapan pulang Ma?"

"Katanya sih minggu depan,"  jawab Ilda yang tersenyum hangat ke arah putera nya. Arvan hanya mengangguk mengerti.

                       ****

"Yah, Bun, aku berangkat ya." Dhisty mencium punggung tangan kedua orang tuanya.

"Gue di abaikan nih?"

"Eh iya hampir aja lupa,"  jawab Dhisty cengengesan seraya mencium punggung tangan kakaknya.

"Belajar yang bener,"  ucap Dhira menasihati.

"Siap Kak Boss!" sahutnya dengan sikap hormat. Setelah itu ia keluar menuju garasi mengeluarkan motor maticnya dan melaju meninggalkan pekarangan rumahnya.

Dhisty melirik jam tangan berwarna army yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul 06.45, lima belas menit lagi bel masuk berbunyi. Ia melepas helm dan jaketnya lalu memasukkannya ke dalam jok motor. Setelah itu Dhisty berjalan santai menuju kelasnya dengan wajah datar seperti biasanya.

Banyak pasang mata yang melihat ke arahnya, terutama kaum Adam yang banyak melontarkan pujian kepadanya.

"Liat tuh cewek gue dateng,"

"Apaan sih lo, itu cewek gue ogeb!"

"Sarapan pagi yang sangat manis,"

Dhisty tidak suka dilihat seperti itu, membuat dirinya risih. Ia melayangkan tatapan tajamnya membuat nyali cowok cowok itu menciut.
Bukan karena sombong atau apa Dhisty seperti itu, tetapi kerena dulu waktu kelas 10 ia pernah di labrak sama kakak kelas. Sikapnya yang ramah dan murah senyum ke semua orang ternyata membawa dampak buruk juga untuk dirinya. Dhisty masih ingat bagaimana dulu ia di labrak oleh kakak kelas di kantin, pasalnya cowoknya itu minta putus dan dia menuduh Dhisty lah penyebab dari itu semua.
Dhisty tidak terima dirinya di bilang perusak hubungan orang, ia hanya bersikap ramah dan berusaha akrab dengan seniornya agar memiliki banyak teman.

"Hey,"  seseorang membuyarkan lamunannya.

"Ngelamunin apa sih?  tanya orang itu dengan kekehan kecil.

Dhisty yang tersadar langsung menoleh ke samping, ia mendapati seorang cowok berbadan tegap dengan wajah tampan yang selama ini ia kagumi.

"Eh kak Dio, ng-nggak ada kok kak,"  jawab Dhisty sedikit meringis.

"Ekskul musik katanya ganti hari ya kak?"

"Oh iya gue lupa ngasih tau kalau harinya diganti jadi hari Rabu dan nanti bakal ada pendataan ulang anggota,"  jelas Dio.

"Thanks infonya kalo gitu gue ke kelas dulu, Bye kak Dio."  Dhisty melambaikan tangannya dan berbelok menuju kelasnya.

Sesampainya di kelas...

"Hallo guyss!"  sapa Dhisty sambil menggebrak meja yang membuat Maurel terkejut dan mendelik ke arahnya. Dhisty tidak menggubris tatapan Maurel, ia langsung menuju mejanya yang berada di belakang Maurel.

"Si curut mana nih?" 

"Tau tuh telat kali,"  sahut Maurel malas.

"Hello girls!"  sapa Nishwa tiba-tiba yang tak kalah kuatnya dari Dhisty.

"Lo berdua sama aja ya, hobi banget bikin gue kaget."  Maurel yang sedang memainkan ponselnya dibuat terkejut lagi dengan suara cempreng Nishwa.

"Masih pagi neng udah marah-marah aja,"  celetuk Nishwa, sedangkan Dhisty hanya cengengesan.

Tringg Tringg Tringg

Bel masuk berbunyi menandakan jam pelajaran pertama dimulai. Seluruh murid segera duduk rapi di tempatnya masing-masing.
Tak lama kemudian seorang guru masuk dengan buku tebal dan laptop di tangannya.
Fahri selaku ketua kelas berdiri dan menyiapkan semua anggota kelasnya.

"Berdiri! Beri Salam!" semua berdiri dan memberi salam pada guru tersebut lalu duduk kembali.

"Wa'alaikumussalam. Baik, hari ini kita akan belajar tentang Perhitungan Kimia atau disebut juga dengan Stoikiometri."

"Huh, males banget gue belajar kimia."  Dhisty memutar bola matanya malas.

"Suuttt nggak boleh males males,"  ucap Nishwa yang menasihati Dhisty.

"Lo mah enak, paham materinya. Lah gue? Nggak ngerti samsek Wa."

"Makanya jangan tidur kalo Bu Diah lagi jelasin,"  omel Nishwa. Dhisty hanya menghembuskan napas pasrah.

Dari semua mata pelajaran, Kimia lah yang tidak disukainya. Menurut Dhisty Kimia itu rumit dan berbelit-belit. Ia lebih mau mengerjakan 50 soal Fisika daripada mengerjakan 5 soal Kimia.
Saat ini ia berharap ada suatu keajaiban yang menyelamatkannya dari pelajaran membosankan ini.
'Kok bisa ya Acha ceweknya Iqbal Guanna jago banget kimia? jadi iri deh.' Batinnya.

"Permisi, maaf Bu boleh pinjam Dhisty nya sebentar?"  Suara seorang cowok memecahkan keheningan di dalam kelas.

Nishwa menyikut lengan Dhisty yang sedang memejamkan matanya.
"Tuh, lo dipanggil sama kak Dio."

Dhisty membuka matanya,
"Yess!! Alhamdulillah pahlawan gue dateng. Bye Nishwa,"  ucapnya menepuk bahu Nishwa pelan lalu ia berjalan menuju meja Bu Diah.

"Izin keluar Bu,"  ujarnya sopan yang dibalas anggukan dan senyuman oleh Bu Diah.
Setelah itu Dio pun berjalan keluar kelas yang diikuti Dhisty dari belakang.











Huuiiii....
Maapkan author yang selalu telat up dikarenakan tugas menumpuk🙏🙏
Ingat sebelum atau sesudah baca klik bintang yanv sudah tersedia di bawah ya😊
👇👇



TBC

143 all❤

Senja Terakhir (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang