" Lisan dan hati, kadang tak bisa satu arah yang pasti dalam menentukan suatu pilihan. Andai aku bisa memilih dengan mudah bagaikan telapak tangan yang dibalikkan. Aku bersyukur untuk hari ini, esok dan seterusnya. Berharap hal baik akan terjadi di masa depan..."
.
.
.
(Author **** POV)
Jungkook memperhatikan setiap mapel di depan, dia paling tinggi di dalam kelasnya juga paling tua. Mungkin perasaan malu itu sudah hilang dan tidak ada kata minder meski kenyataannya di lingkungan sekolahnya dia sudah dianggap remeh sejak lama. Tapi, karena Jungkook sudah membiasakan dirinya hal itu ia anggap sebagai biasa. meski begitu kenyataannya di sana kedua orang tuanya menganggap kelemahan sang anak adalah beban malu terbesar yang harus mereka tanggung.
"Hal yang harus diperhatikan saat kalian menentukan di mana titik tumpu segitiga ini kalian perhatikan sisi segitiga sama sisinya. Lalu kalian cari jawaban pada soal ini dengan rumus yang sudah saya jelaskan. Jika kalian masih kebingungan kalian bisa membayangkan gambaran segitiga ini bolak-balik..."
"Aiiissshhh... membosankan pelajaran ini selalu membuat otakku panas." Wajah yang terlihat bosan dengan wajah bertopang dagu diatas meja, di sebelahnya ada Jungkook yang menatap polos ke arah teman sebangkunya sembari membenarkan kacamatanya. "Iya, aku juga aku sama sekali belum bisa menangkap dengan jelas. Sejujurnya aku tidak terlalu suka pelajaran ini." Jungkook mengatakan dengan nada lirih agar wali kelasnya tidak mendengar. Ia takut jika gurunya akan menghukum dirinya jika ketawan berceloteh di dalam kelas. Bukannya apa, hanya saja dia akan merasa malu jika tidak bisa menyelesaikan soal yang di berikan di papan tulis sana.
Sudah beberapa kali Jungkook diejek sebagai murid yang tak mampu, hingga dirinya tidak pernah naik kelas. Mungkin saja pihak sekolah bisa mengeluarkannya lantaran kelemahannya dalam kesulitan menangkap pelajaran. Akan tetapi kedua orang tuanya selalu memaksa pihak kepala sekolah yang kabarnya adalah salah satu pamannya. Tidak ada yang tahu akan hal ini, tapi Jungkook tidak ada niat untuk pamer. Dia termasuk namja yang terkenal tertutup di lingkungan sekolah juga kelasnya.
"Eh hyung, bukankah kau ikut les privat sekarang? Bagaimana apakah enak?" senyum penuh semangat itu datang saat dia mengatakan hal yang dianggap kabar burung. Memastikan lantaran dia mengikuti tambahan pelajaran dengan seorang tutor yang terkenal hebat.
"Tidak juga, hanya saja itu melelahkan. Kau akan kehabisan waktu bermain jika ikut tambahan pelajaran. Hei kau kan pintar kau bahkan mendapatkan nilai bagus walau tak belajar." pujinya pada teman sebangkunya itu, jujur diantara semua teman sekelasnya Hyun Bin lah teman yang menerima kehadirannya walau Jungkook tahu jika masa menaiki kelas, dia hanya bisa bersama sahabatnya satu tahun.
"Tapi aku berinisiatif untuk mendapatkan nilai buruk semester dua."
"Hah, kenapa? kau sudah gila ya?!" Jungkook membola matanya. Terkejut dengan ucapan temannya itu, berpikir bahwa hal itu gurauan saja.
"Jika aku tinggal temanku ini akan dikucilkan dan itu bukan hal baik, kecuali kau naik kelas aku juga akan ikut. Tak masalah jika aku tidak naik kelas satu kali, bahkan aku bisa menikmati menjadi remaja muda sedikit lama." Kekehnya dengan wajah yang disembunyikan buku paket, dia harap guru di depan kelas sana tidak melihat tingkah mereka. Tapi Jungkook sedikit melirik guru di depan sana, dan menginjak kaki sahabat di sampingnya. Tanpa sadar Hyun Bin mengaduh kesakitan dan malah membuat teriakan yang spontanitas, sadar atau tidak Jungkook malah menahan tawanya. Dia merasa lucu dan juga salah karena dirinya Hyun Bin akan terkena masalah besar.
"PARK HYUN BIN KENAPA KAU GADUH DI DALAM KELASKU, HEM!" membentak dengan keras sembari membanting spidol di papan tulis putih sana. Tatapan mematikan yang jatuh kearahnya membuat namja muda itu seketika bergidik ngeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha Beta (Sad Story Yoonkook) [Spesial Tears]
Fiksi Penggemar'Tidak ada alasanku untuk berhenti mempedulikanmu, karena yang kutahu bahwa kau adalah Beta bagiku. Maka aku katakan dengan lantang di depan dunia, bahwa aku menyayangimu... sangat menyayangimu. Betaku sekaligus adikku. Ya, tentu saja... Karena seor...