Rupanya setelah malam tadi mabuk berat, Pak Daniar masih belum bangun dari tidurnya padahal jarum jam sudah menunjuk ke angka sembilan pagi. Beruntung kalau hari ini aku tidak ada jadwal mata kuliah, tapi sepertinya Pak Daniar memiliki jam mengajar dua kelas hari ini. Mau tidak mau aku membalas pesan dari penanggung jawab mata kuliah kelasnya Pak Daniar yang sedari tadi terus mengirimkan pesan meminta kepastian apakah dia masuk kelas apa tidak.
Aku menghela napas. Karena bosan menunggu Pak Daniar yang belum bangun akhirnya kuputuskan untuk pergi ke dapur dan membuatkannya sarapan.
"Kalau habis mabuk enaknya dikasih makan apa ya?" Aku membongkar isi kulkas kemudian menemukan beberapa bahan makanan yang pas untuk dijadikan sup. "Sup bukan ide yang buruk."
Selagi menunggu Pak Daniar bangun, aku memutuskan untuk membuatkan sup untuknya.
"Aku kok ada di apartemen kamu."
Akhirnya, bangun juga dia.
"Bapak tadi malam mabuk berat."
Aku mengambil segelas air putih lalu menyodorkannya. "Bahaya banget tau mabuk berat kayak gitu malah nekat ke sini. Untung gak nabrak orang sampai mati."
Pak Daniar hanya berdeham lalu meminum air putihnya. "Aku gak aneh-aneh kan tadi malam?"
"Tadi malam Bapak menciumku."
"Uhuk!"
"Pelan-pelan dong minumnya." Aku mengusap punggungnya.
"Aku... ngapain?" Pak Daniar mengulangi pertanyaannya karena tidak yakin dengan apa yang barusan ia dengar.
"Bapak menciumku. Sudah tunggu di sini dulu sampai sup buatanku selesai dimasak."
Aku meninggalkan Pak Daniar yang tampaknya mulai ingat apa yang barusan tadi malam ia lakukan.
"Gak elit banget anjir! Masa pas lagi mabuk."
Aku mendengus geli ketika menoleh dan mendapati Pak Daniar mengusap kasar rambutnya.
Setelah selesai memasakkan sup untuk Pak Daniar, aku langsung menghampirinya dan memberikan sup buatanku tadi.
"Makan sup ini dulu, biar kepalanya tidak sakit lagi."
Pak Daniar mengangguk, lalu memakan supnya tanpa berani balas menatapku. Aku tersenyum. Pak Daniar ini lucu juga.
"Kalau Bapak menghindari tatapanku terus, Bapak terlihat seperti pertama kali mencium seorang wanita."
Pada akhirnya aku berani buka suara setelah sekian lama hanya melihat Pak Daniar menghabiskan makanannya. Pak Daniar menghela napasnya kemudian menyingkirkan mangkuk sup yang telah kosong tadi lalu balas menatapku.
"Itu memang kali pertama saya mencium wanita."
"Nah... kan be—" Sadar dengan ucapan Pak Daniar barusan aku langsung melotot kaget. "Apa?! Jadi aku yang pertama?"
Pak Daniar mendengus geli. Apa-apaan tadi dia terlihat seperti menghindariku, lihat dia sekarang seperti bangga sekali dengan apa yang tadi malam ia lakukan.
"Sayang sekali aku melakukannya dalam keadaan mabuk." Pak Daniar malah mengusap puncak kepalaku, sedangkan aku hanya menatapnya horor.
Aku menepis tangannya kemudian berdiri. "Bapak sepertinya masih mabuk, aku mau buang sampah keluar dulu."
Sepanjang perjalanan menuju luar apartemen aku mengumpati Pak Daniar. Bisa-bisanya dia seperti itu setelah sebelumnya terlihat merasa frustasi karena menciumku dalam keadaan mabuk.
"Oh iya ... Aku kan mau buang sampah." Dan aku baru ingat kalau aku keluar tidak membawa kantong sampah sama sekali. "Ya sudahlah, aku ke minimarket depan itu saja. Siapa tau aku butuh makanan ringan, ah iya... Aku mau kripik kentang."
KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA | Kim Doyoung
Romansa[𝐎𝐍 𝐇𝐎𝐋𝐃] Bagaimana jika dosen yang ternyata kamu sangka membencimu ternyata diam-diam menyukaimu? _______ Wang Reira adalah mahasiswa asing yang berasal dari Cina dan sedang menjalani program pertukaran pelajar di salah satu universitas yang...