The Past Of Us

1.3K 170 78
                                    

"Ky, aku ketemu dia lagi."

Mean nyandar di pintu kamarnya sambil menggendong Rocky, mengelus kepala kucing yang dua tahun lalu pernah dia selametin dari got.

"Dia masih cantik, kayak dulu."

Lagi-lagi Mean senyum, inget gimana pujaannya 'dulu'.

"Tapi sekarang dia sendiri, Ky... dan aku gak tau."

Wajah Mean murung, membayangkan gurat kesedihan dan kesepian pujaannya.

"Ibunya udah meninggal... dan aku gak tau," ucap Mean lagi.

Mean menghela napas.

"Andai dulu aku berani deketin dia."

"Andai dulu aku ada jadi sandaran waktu dia nangisin kondisi ibunya yang kritis."

"Andai dulu... aku gak pergi."

Setetes air mata jatuh di pipi Mean, dan ngeongan Rocky nyadarin Mean dan hapus air matanya.

Mean senyum, tapi matanya sedih.

"Aku bodoh ya, Ky?"

.

.

.

Sekali lagi Mean berdiri di depan kafe. Kegiatan yang udah dia lakuin hampir dua bulan ini.

Liatin seorang pelayan mungil berparas cantik ngelayanin pelanggan kafe, dengan senyum manis yang selalu Mean suka.

Dalam dua bulan ini, setiap sorenya, baik sehabis jadwal kuliah, libur kuliah, maupun waktu Mean ada jadwal kuliah sore, Mean gak pernah lewatin hari buat berdiri di posisi yang sama, natap orang yang sama.

Selama dua jam, Mean selalu berdiri di sana, nungguin pujaannya sampai ganti shift dan pergi keluar kafe.

Mean hapal, pujaannya setelah kerja dari kafe, pasti langsung ke rumah sakit, nungguin ibunya yang lagi sakit.

Dan lagi-lagi, Mean nungguin 'dia' di luar ruang inap ibunya, sampai si 'dia' tidur dengan tangan yang selalu genggam tangan ibunya.

Setelah mastiin pujaannya tidur, Mean baru beranjak pergi. Gak peduli jam yang udah nunjukin pukul 11 malam.

Tapi esoknya, kegiatan Mean buat natap pujaannya harus kehenti karena hujan deras.

'Duh, padahal sebentar lagi dia selesai.'

Mean cari tempat berteduh, tapi gak mau ke kafe itu, tepatnya gak berani.

Mean mau berteduh ke halte yang gak jauh dari sana, tapi larinya kehenti waktu denger suara kucing.

Mean cari asal suara, deras hujan bikin Mean agak susah nyari sumber suara, tapi akhirnya ketemu.

Mean liat anak kucing yang kejebak dalam got, dengan luka-luka di badannya.

Anak kucing itu ngingetin Mean sama pujaannya.

Tanpa pikir panjang, Mean langsung masuk ke dalam got, ngebungkuk di got yang sempit buat ngebebasin anak kucing itu yang ekornya kehimpit batu.

Mean langsung buka kemejanya, dibalutin ke anak kucing itu, gak peduliin badannya yang menggigil kedinginan.

Setelah mastiin anak kucingnya nyaman, Mean lari ke arah halte buat neduh.

Dan di sana, Mean ngeliat pujaannya.

Berdiri di antara orang-orang yang nunggu bis.

Meski kehalang sama beberapa orang, tapi Mean bisa dengan jelas liat pujaannya di sana. Dengan semburat merah muda halus di pipinya.

My Girlfriend Is A FujoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang