Pada temaram lampu kota, aku menyapamu
Pada hening senja, aku memujimu
Dan pada setiap nafas dalam dada, aku masih mengingatmu
Senyummu saat ini, hendaknya kunang kunang
sulit kujumpai
Kini tetap saja oksigen tak memenuhi paru paruku
karbondioksida dan kenangan seperti virus yang memenuhi separuh itu
Kamu masih menjadi perih yang tak terobati
Rangkulmu masih saja merangkum beling yang menyayat kembali
Malam malam kau ajak insomnia bersama, Paginya kau amnesia sendirian
jika tidak berniat untuk menetap, kenapa kau seperti mengajakku satu atap ?
Lalu dalam debar saat pulang
kau menitip pesan untuk memeluk pesan malam hari
Sejauh mana kau menilik hati yang tak pernah beranjak
aku merangkum yang tak terlaksana yang membuatku berair mata
mungkin pesanku segeralah untuk malam ini
dan tepat pada kenang yang mengerak
aku membiarkan saja semuanya setelah retak
dan pergimu yang tak mengabar jejak
Sudahkan begitu dik ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Perilah senjani
PoetryKeterlambatanku untuk mengakhiri, Keterlambatanku untuk mengajakmu tak lagi menilik tentang masa lalu dan Keterlambatanku untuk memperbaiki