[Warning! One-sided love.]
"Tiga tahun, tiga tahun sejak aku melupakan sosoknya. "
Sakurai meremat mug ditangannya. Cairan cokelat hangat bergerak kecil, bergoyang akibat impak dari pria muda bersurai senada kopi. Bibir kecilnya mengatup bergetar, tampak enggan bercerita namun sesak didadanya harus dilepaskan. Lawan bicaranya tampak iba, namun membiarkan Sakurai mengumpulkan hati untuk melanjutkan.
"Saat itu, aku jatuh cinta pada pemain basket di tim sekolahku."
---
Sakurai Ryou pada saat itu tampak bingung.
"S-sumimasen, Aomine-san? A-apa tadi?"
Aomine mengangkat kepalanya kemudian membungkuk lagi sembari mengulurkan tangannya kencang ke depan.
"Sakurai, jadian lah denganku!"
Sakurai merona, salah tingkah dibuatnya. Aomine-san yang selama ini ia pandangi dari jauh menembaknya? Apa ia tak salah dengar? Ini bukan mimpi, kan? Pikirnya begitu.
"Aomine-san, a-aku... apa kau tidak salah orang?" Sakurai sedikit tak percaya. Bisa saja itu ditujukan untuk orang lain, kan? Dan Aomine hanya berlatih dengannya. Betul, pasti begitu, kan?
Aomine membuka mulutnya,
dan pada saat itu, Sakurai merasa ia adalah manusia paling sial di muka bumi.
Aomine tak pernah menembaknya. Ia hanya kalah taruhan dengan temannya. Menembak teman laki-laki adalah tantangannya. Sakurai menyembunyikan ekspresinya malam itu, mencoba menertawakan tantangan Aomine dan mengatakan tidak apa-apa.
Tapi perih, rasanya seseorang menebas pedang dijantungnya. Sakit, dadanya sakit. Sakurai mencoba tak menangis malam itu.
---
"Kau tahu? Pada saat itu rasanya dunia hancur. Aku merasa seperti pecundang yang berharap tinggi. Ah, sumimasen... aku malah bercerita." Sakurai tertawa miris, "Aku tak menyangka kita akan mengobrol bersama seperti ini, sebenarnya." Sakurai menenggak cokelat hangatnya.
Untuk Sakurai yang sekarang, ia tak lagi ingat Aomine. Bersama dengan memori SMA-nya, Sakurai mengubur dalam segala rasa yang ia miliki untuknya. Awalnya ia kira Aomine karena Aomine lebih suka berkencan dengan wanita. Lagipula, itu hal yang semestinya. Ia menaruh rasa pada Aomine saja sudah salah dari awal. Hingga Sakurai berhenti menjadi orang yang mencintai Aomine setengah mati. Tak mudah untuk melepaskan kenangan indah yang ia rajut sendiri. Namun, Sakurai berdamai dengan hidup. Sakurai memaafkan realita. Sakurai tak lagi menyalahkan dunia.
"Omedetou, Kuroko-san. Tolong jaga Aomine-san untukku." Sakurai tersenyum ke lawan bicaranya, pada kekasih Aomine Daiki yang sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SentimentaL - Kurobas Drabbles
FanfictionIni bukan kisah sesungguhnya. Hanyalah sebuah kisah dan alur yang berbeda. -Cerita ini bisa berakhir bahagia, atau menyedihkan- Kuroko no Basuke The Basketball Which Kuroko Plays ©Fujimaki Tadatoshi All i do was creating the new plot, all characters...