"Bahkan hilang sebelum tergenggam pun rasanya menyakitkan"
Mungkin akan terdengar aneh di telinga, ketika aku merasa ada yang hilang padahal belum tergenggam. Aku merasa kedekatan tak berarti apa-apa, ketika akhirnya aku mengerti, dekat tak ubahnya adalah sekat.
Aku sempat berpikir ketika kita dekat, ketika akhirnya kita berbagi adalah awal sebelum akhirnya aku memilikimu. Terdengar berlebihan memang, namun nyatanya semua mimpi-mimpiku adalah kamu. Memilikimu adalah tujuanku.
Tapi akhirnya aku di pukul telak, aku dipaksa mundur ketika dekat itu kian nyata dengan sekat. Ketika segala macam obrolan kita menguap.
Bahkan parahnya, kamu hilang—tanpa sedikit pun mengucapkan selamat tinggal.
Dan sayangnya aku juga lupa, kita tidak pernah menjadi apa-apa, hingga muncul harapan sebelum kamu pergi, setidaknya kamu mengabari.Bahkan aku sempat berharap, jika pun kamu hilang itu adalah mimpi yang akan terhapus ketika aku bangun pagi. Dan kamu akan kembali dengan obrolan-obrolan yang selalu mampu menghangatkan hari-hariku. Kamu yang akan bercerita, aku yang mendengarkan dengan seksama.
Sayangnya, harapan itu tak terwujud. Ketika aku terbangun, tidak ada lagi notifikasi darimu, yang biasanya mengirim pesan meski hanya sekadar "selamat pagi."
Rasanya ada yang kosong, rasanya ada yang kurang, bahkan rasanya begitu hampa. Aku merasa kehilangan padahal menggenggammu hanya sebatas hampir saja.Ternyata, hilang sebelum tergenggam pun rasanya menyakitkan. Rasanya aku ingin kembali ke awal; dengan mengenalmu tanpa menitipkan sebuah harapan dan perasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEKA-TEKI HILANG
PoetrySebuah teka-teki yang tak kutemukan jawabannya hingga sekarang. Hilang.