Chapter 11

341 121 271
                                    

Halo semua..
I'm back 🙋‍♀️
Apa kabar? Jangan lupa jaga kesehatan kalian ya..
Happy reading all
Jangan lupa ditekan bintangnya 🌟
Love you guys 💕💕

♤Menyukaimu dengan keadaan seperti ini sama dengan membuat kesalahan besar yang fatal. Maka dari itu, lebih baik mundur dari pada menyakitimu♤
~Stella Silverin Reynand~

♤Melihatmu, memikirkanmu membuat jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya. Itulah alasanku untuk terus mencintaimu♤ ~Kalvin Jonathan Andrean~

Seorang laki-laki bertubuh tegap, berusia 50 tahunan menatap beberapa lembar kertas di hadapannya dengan teliti. Meskipun usianya sudah menduduki kepala 5, wajah gantengnya tidak juga hilang. Sesekali ia terlihat menghela nafas, namun tetap tenang.

Tok..Tok..Tok...

"Masuk," ucap laki-laki dengan jas putih yang melekat di tubuhnya itu.

Seorang laki-laki dan perempuan yang terlihat seperti sepasang suami istri masuk dengan perlahan.

"Jadi gimana pengobatan anak saya, Dok?" tanya Alvaro.

"Saya sudah meneliti berdasarkan laporan-laporan pasien yang berhasil sembuh dari Familial Monosomy Seven. Dengan kondisi tubuh yang memungkinkan, mudah-mudahan Stella bisa bertahan dengan baik. Saya juga sudah siapkan prosedur pemeriksaan untuk Stella agar bisa lebih cepat berobat ke luar," jelas Dokter Edwin.

"Kira-kira kapan Dok anak saya bisa jalani pemerikasaan?" ucap Bella.

"Nanti akan saya kabarkan lagi, jika dokter yang bersangkutan hadir disini," ucap dokter Edwin.

"Baik, Dok. Kalau begitu kami permisi."

Mereka pun keluar dari ruangan Dokter Edwin.

☆☆☆☆☆

Stella memegang kepalanya yang terasa makin sakit dari hari ke hari.

'Ya Tuhan, Stella masih sayang sama mama papa. Stella belum mau tinggalin mereka. Terutama Kak Nathan yang pastinya bakalan sedih kalau Stella pergi. Kak Nathan juga belum janji kalau dia bakal jagain mama papa. Stella belum melihat mama papa Stella bahagia karena Stella,'

'Jangan ambil Stella dulu ya, Stella masih mau bahagiain kedua orang tua Stella dulu. Stella udah buat mereka sedih karna Stella sakit parah. Stella pusing sekarang, Tuhan. Tolong jangan buat penyakit Stella makin parah. Buat Stella masih bisa hidup panjang, Tuhan. Stella mohon. Stella pengen liat mama papa bahagia dulu. Setelah itu, Tuhan boleh ambil Stella kok. Stella ikhlas.' Stella berdoa dalam hati diikuti dengan turunnya cairan bening yang tidak terhitung jumlahnya.

Stella merasa kepalanya semakin sakit. Tanpa ia sadari, hidungnya sudah sedari tadi mengeluarkan darah. Stella segera meraih kotak tisu yang ada di atas meja belajarnya, lalu mengambil beberapa lembar. Stella mengusap darah itu dan membuangnya setelah dibungkus oleh kertas.

Setelah berhenti, ia merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia melirik jam yang ada di kamarnya, sekarang jam itu menunjukkan pukul 3 sore.

"Hmm gue mau ngapain ya sekarang?" gumam Stella. Ia beranjak menuju meja belajarnya, membuka lacinya dan mengambil buku tosca. Ia membuka halaman demi halaman dan perlahan air matanya menetes tanpa bisa dicegah. Stella langsung menghapus air matanya.

Tangannya tergerak untuk mengambil pena dan menulis sesuatu di sana.

☆☆☆☆☆

Kesesokan harinya, Kalvin berjalan dengan santai di koridor sekolah. Ia merapikan sedikit rambutnya itu. Dengan bersiul senang, Kalvin melangkahkan kakinya ke kelas 11 IPA 2. Senyumnya kembali mengembang ketika dilihatnya Stella sudah duduk di sana.

The Beautiful Night Sky [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang