Juara 3 Cerpen: Selalu di London

132 10 0
                                    

Pengarang: Wangi Safrin M.
Wattpad: SafrinaLina

Bagaimana dengan karya dari pemenang ketiga? Silakan dibaca!

🍀🍀🍀

"Guys, look at this!" seru seorang gadis bersurai hitam kelam sekelam langit malam yang
kontras dengan matanya yang secerah hijau daun. Jarinya menunjuk ke arah daun-daun
berwarna merah kecoklatan yang berguguran dari pohon maple. Salah satu hal yang identik
dari musim gugur.

Sudah tiga minggu musim gugur terlewati. Dunia dipenuhi warna merah kecoklatannya yang
menentramkan hati. Walaupun di musim gugur suasana menjadi lebih gelap, hal itu tetap tidak
menghilangkan pesona tersendiri dari musim di mana daun-daun jatuh mengikuti gravitasi.

"Musim gugur sudah datang lagi, aku tak percaya waktu berlajan secepat ini." Gadis dengan
surai cokelat madu berucap lirih, ada sedikit nada keraguan dari intonasi suaranya. Langkahnya
mendekat ke arah temannya yang sudah asik mengabadikan liburannya di negara yang
berlambang daun pohon maple ini.

"Trust me, kau pasti bahagia. Semua orang berhak bahagia, kau pun begitu." Celetukan wanita
bersurai cokelat terang itu sukses mendapatkan atensi kedua temannya.

"Cathrine's right. Don't worry, Lils. He's a nice guy, he won't hurt you," timpal si gadis
bersurai hitam pada gadis bersurai cokelat madu yang ia panggil Lils. Cathrine tersenyum
simpul, berjalan mendekat dan merangkul pundak Lily. Lils hanyalah panggilan kesayangan
yang sering mereka berikan padanya.

"Thank you guys," balas Lily yang pada akhirnya ikut tersenyum seperti kedua temannya.
Cathrine mengangguk, lalu mata abu-abuya beralih pada temannya yang lain yang sudah
kembali sibuk dengan objek-objek yang terlihat bagus difotonya untuk dipajang di kamarnya.

"You too, Aryn. Kau juga berhak bahagia," kata Cathrine membuat gerakan Aryn terhenti.
Perlahan ia menurunkan kameranya dan menatap Cathrine yang juga menatapnya.
Aryn menghela napas, pohon di sampingnya ia jadikan tempat bersandar. Aryn tak langsung
membalas perkataan Cathrine itu, ia lebih memilih memejamkan matanya dan menghirup
dalam-dalam udara musim gugur.

"Aku ... masih butuh banyak waktu untuk melupakannya," gumam Aryn lirih. Lily menunduk,
selama lima tahun ini, satu-satunya yang tidak berubah hanyalah gadis dengan marga Walton
tersebut. Dua bulan yang lalu, Cathrine baru saja menikah dengan pujaan hatinya sedari junior
high school, Frank Alexander. Dirinya pun sudah mulai membuka hatinya untuk pria yang
sudah mengejar-ngejarnya semenjak senior high school dulu, Daniel Johnson. Di mana winter
ini mereka akan mekakukan pernikahan sakral. Tapi Aryn? Gadis itu malah menutup hatinya
rapat-rapat setelah kepergian sang cinta pertamanya lima tahun yang lalu. Pemuda penyandang
nama bintang paling terang pada tata surya, Sirius Kennedy.

"Terkadang ada orang yang diciptakan hanya untuk ada di hati kita, bukan hidup kita."

Aryn terkekeh, kekehan yang sukses mendapat pandangan heran Cathrine juga Lily. Cathrine
merasa apa yang baru saja dikatakan Lily itu ialah suatu kebenaran.

"Mencintai selalu diiringi dengan rasa sakit. Siap mencintai, siap disakiti," tutur Aryn seraya
mengeluarkan liontin yang sebelumnya tertupi syalnya. Cathrine dan Lily tahu sekali apa isi
liontin yang dijaga Aryn baik-baik tersebut. Aryn membukanya, matanya sendu menatap potret
dirinya dan Sirius di sana.

Memang benar, kadang cinta bisa semenyakitkan itu.

...

8 years ago

FLC 1st Anniversary EventTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang