Part 6

18 1 0
                                    

Ditulis Oleh : megaramana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ditulis Oleh : megaramana

Angkasa menutup wajahnya dengan buku sambil mengintip Java

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angkasa menutup wajahnya dengan buku sambil mengintip Java. Setelah dipikir-pikir lagi, si Java ini memang sama seperti apa yang dikatakan Maya, tampan dan sangat mirip dirinya. Hanya saja Java memakai kacamata yang sepertinya minusnya cukup tinggi. Senyum Java juga sangat manis kalau diperhatikan baik-baik.

Angkasa semakin kesal saja, apalagi seenaknya Java dekat-dekat Aisyah. Entah perasaan apa yang dirasakan Angkasa. Kenal betul dengan Aisyah juga tidak, tapi entah kenapa setiap siapa saja yang dekat dengan Aisyah, perasaan Angkasa seperti tidak rela saja. Kemarin saja ketika Aisyah bercakap-cakap dengan Reyhan, Angkasa seolah merasa terganggu. Sekarang Aisyah duduk dekat Java ia makin terganggu, apalagi ia tahu kalau Java itu memang mirip dirinya.

Angkasa masih mengintip-ngintip Java tanpa disadari oleh Java itu sendiri. Batinnya masih terheran-heran.

Apalagi sih yang akan terjadi?

Hidupnya seolah penuh teka-teki. Kesedihan mamanya yang ditutup-tutupi, kemudian papanya yang doyan ke bar bareng cabe-cabean, lalu papanya juga mengatakan kalau dia anak paling besar, dan sekarang ia mendapati Java yang memang mirip dirinya.

Beberapa saat kemudian, datanglah trio alay Maya, Nafa dan Amanda. Yang mendekati Java dan Aisyah. Angkasa makin menutupi wajahnya dengan buku yang ia pegang.

"Sial, Trio Mak Lampir dateng. Ganggu aja sih," batin Angkasa.

BRAAKK!!

"Aisyah!" Maya memukul meja tepat di depan Aisyah

Java, Aisyah dan Angkasa kaget. Tapi Angkasa makin menutupi wajahnya dengan buku yang ada di tangannya.

"Kan udah gue bilang, lo enggak boleh deket-deket Java!"

"Mmm ... ma-maaf kak," jawab Aisyah.

"Kenapa kak? Kenapa begitu? Siapa saja boleh kan dekat dengan saya?" tanya Java.

"Nggak boleh Java darling, kamu tuh calon pacar aku."

"Nggak bisa gitu kak, saya kan nggak suka sama kakak," jawab Java.

"Ih ... kamu tuh ya Java, masa kamu nggak naksir sama aku. Aku tuh cantik, keren, kaya, calon covergirl, selebgram."

"Maaf kak, cinta itu nggak bisa dipaksakan," jawab Java diplomatis.

"Ihhh ... nggak mau, kamu sama aja kayak Angkasa. Muka kalian mirip, tapi selera kalian rendah, masa sama aku nggak mau sih. Malah deketnya sama Aisyah, orang kampung."

Bleg!

Akhirnya Angkasa berdiri dan meletakkan bukunya di meja. Sepertinya hatinya kesal ketika Maya mengatakan Aisyah orang kampung.

"Berisik aja lo di perpustakaan, ganggu aja lo bucin," gerutu Angkasa.

"Angkasa baby, kamu di sini? Mimpi apa gue semalam kalian berdua di depanku," jawab Maya sambil melihat Angkasa dan Java bergantian. "Dua-duanya ganteng."

Java pun terkejut ketika Angkasa berdiri dari tempat duduknya. Jika diperhatikan dari dekat si kakak Ketua OSIS satu ini memang mirip dirinya jika tanpa kacamata.

Maya menghalangi langkah Angkasa yang hendak meninggalkannya.

"Minggir, gue mau lewat."

"Baby, aku jadi bingung mau milih siapa ini? kamu atau dia," jawabnya sambil menunjuk Java.

"Lo mabuk," jawab Angkasa sambil berlalu.

***

Teka teki yang masih belum dipecahkan adalah siapa Java?

Sejak kejadian di perpustakaan tadi Angkasa berpikir keras. Ada apa sebenarnya? Apa memang betul mitos wajah kita mirip dengan tujuh orang di dunia ini nyata? Buktinya dia menemukan satu orang yang cukup mirip dengan dirinya? Atau jangan-jangan....

Angkasa pun menemui mamanya yang sedang membaca buku di meja kerja. Mama tampak serius membaca buku yang berjudul "Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat" karya blogger ternama Mark Manson.

"Ma, aku mau ngomong serius."

Mamanya pun menutup buku berwarna oranye itu sambil melepas kacamatanya.

"Iya, mau ngomong apa sayang?"

" Ma, apa betul aku punya adik? Tapi beda ibu?"

"Kenapa kamu bicara seperti itu, nak?" Mamanya tampak kaget, rahasia yang ia tutup-tutupi mungkin akan terbongkar. Anaknya juga semakin besar jadi tak perlu lagi merahasiakan tingkah bejat suaminya. Dirinya hanya berdoa kepada yang Maha Kuasa agar anaknya tidak bersikap bejat seperti papanya.

"Jawab, Ma?"

"Kenapa, kamu tiba-tiba bertanya seperti itu?"

"Mama harus jawab pertanyaanku."

Tiba-tiba air mata mamanya menetes. Mau tak mau rahasia itu terbongkar.

"Iya nak, kamu punya adik yang usianya terpaut setahun darimu."

"Apa-apaan ini?" Angkasa mengacak-acak rambutnya.

"Papamu punya istri kedua."

"Apa?!" Angkasa terkejut dan marah. "Papa jahat, dia tega menyakiti Mama bertahun-tahun dan Mama merahasiakan itu semua dariku?"

"Dengar dulu nak, Mama menikah itu dijodohkan. Sementara Papamu tidak mau dijodohkan. Lalu diam-diam dia nekat menikahi pacarnya secara siri hingga lahirlah anak yang usianya terpaut setahun darimu."

"Aku makin benci Papa yang menyakiti mama bertahun-tahun!"

"Mama juga baru tahu beberapa tahun kemudian setelah anak itu berusia enam tahun."

"Jadi benar, kalau Java itu adikku?"

Cerita ini juga di publish di akun WP EmilNero

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini juga di publish di akun WP EmilNero

Angkasa Milik Aisyah [ Proses Penerbitan ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang