Part 8

20 3 0
                                    

Ditulis Oleh : AgnesWiranda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ditulis Oleh : AgnesWiranda

"Pulang, Angkasa!" Sandjaya berusaha meredam suara rendahnya karena Javanico sedang mengawasi ayahnya dari teras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pulang, Angkasa!" Sandjaya berusaha meredam suara rendahnya karena Javanico sedang mengawasi ayahnya dari teras. Sementara Sandjaya berharap anak itu tidak sampai mendengar pembicaraannya bersama Angkasa.

"Ayo pulang, Pa," ajaknya. "Rumah kita bukan di sini. Mama udah nunggu di rumah."

"Pulang, Nak."

Papa tidak memedulikan ajakan Angkasa. Memang benar dia tidak mencintai Mama Angkasa, tapi dia tetap peduli kepada Angkasa sama seperti Javanico.

"Kenapa Papa tega mengkhianati Mama?" Angkasa meninggikan suaranya. "Kenapa enggak tinggalin aja kami, dari pada harus hidup dengan hati mendua seperti ini?!"

"Kalau bukan karena kamu, sudah dari dulu Papa pergi."

Kata-kata yang meluncur dari mulut Papanya benar-benar membuat hati Angkasa sakit dan sekaligus juga semakin membuat amarahnya memuncak.

"Angkasa nggak butuh punya Papa pengkhianat!"

Setelah beberapa detik yang terasa amat panjang bagi keduanya, Sandjaya akhirnya angkat bicara namun buru-buru disela Angkasa. "Jadi kamu mau ap−"

"TINGGALIN KAMI!"

Angkasa membalas tatapan kecewa Papa dengan berang. Apa hak pria itu merasa kecewa, sedangkan dirinya sendiri yang membuat masalah? Cih!

Tanpa memutus kontak mata mereka, Papa mengeluarkan handphone dari saku jas lalu menelepon seseorang.

"Selesaikan semua malam ini." Papa memutus sambungan telepon sepihak.

"Kalau mau Papa pergi dari kalian, sekarang kamu pulang!" Papa menunjukkan jalan kepada Angkasa dengan dagunya.

"Jangan sekali-sekali berpikir untuk melangkah masuk, jika tidak ingin Mamamu lebih menderita lagi." Pria itu langsung memasang ekspresi datar, pura-pura tidak ada yang terjadi saat membuka pagar dan menghampiri Javanico di teras.

Angkasa Milik Aisyah [ Proses Penerbitan ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang