Part 31

14 1 0
                                    

Ditulis Oleh : EmilNero

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ditulis Oleh : EmilNero

Angkasa kemudian berpaling dan menatap Javanico, adik tirinya yang dulu sangat ia benci

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angkasa kemudian berpaling dan menatap Javanico, adik tirinya yang dulu sangat ia benci.

"Maafin gue, dan selamat ya lamarannya," ucap Angkasa sambil mengulurkan tangannya pada Javanico. Tak disangka, reaksi lain justru ditunjukkan oleh pemuda berkacamata itu. Java bukannya menerima uluran tangan dari Angkasa, tetapi dia malah langsung memeluk kakak tirinya itu. Seakan tidak pernah menyimpan dendam atau amarah apapun atas sikap Angkasa selama ini kepadanya.

"Nggak apa-apa bang, aku udah maafin abang dari dulu. Sekarang udah nggak ada lagi yang perlu dimaafkan. Aku senang abang mau datang ke acara pertunangan aku," kata Java.

Angkasa merasa malu kepada dirinya sendiri setelah mendengar kata-kata Java. Pria itu hanya terdiam saja sambil menundukkan wajahnya. Setelah Java melepaskan pelukannya, Angkasa pun beralih menatap seorang wanita paruh baya yang sejak tadi berdiri di samping Java. Meskipun usianya sudah tua, namun wanita itu masih terlihat cantik, terlebih dengan balutan kebaya berwarna broken white dan rambutnya yang tergerai indah. Senyum tulus tampak diwajahnya saat menatap Angkasa.

"Bunda," ucap Angkasa kepada wanita yang dulu pernah sangat dibencinya itu, karena dianggap sebagai perusak rumah tangga kedua orangtuanya.

Air mata mengalir di kedua pipi wanita itu, saat mendengar Angkasa memanggilnya dengan sebutan 'Bunda'. Ia menyambut uluran tangan putra sulung suaminya itu, dan Angkasa pun langsung mencium punggung tangan ibu tirinya. Wanita itu lalu memeluk Angkasa yang tingginya melebihi tinggi tubuhnya.

"Ekhem ...."

Terdengar suara berdehem dari ayah Maya. Kedua orang tua Maya memang tidak mengerti apa-apa dengan masalah keluarga Sandjaya. Hingga Angkasa tiba dan mengubah suasana lamaran yang seharusnya bahagia menjadi penuh keharuan. Angkasa yang mengerti dengan arti deheman ayahnya Maya, akhirnya melepas pelukan dari ibu tirinya. Setelah itu ia melangkah mundur dan berjalan menuju tempat Aisyah yang daritadi terus memperhatikannya.

"Bagaimana perasaan Kak Angkasa sekarang?" tanya Aisyah saat pria itu sudah berdiri disampingnya.

"Alhamdulillah Syah, sekarang persaanku lebih tenang. Ternyata memaafkan dan mengikhlaskan sesuatu itu tidak sesulit seperti yang selama ini aku pikirkan," jawab Angkasa.

Angkasa Milik Aisyah [ Proses Penerbitan ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang