A Woman and Her Husband (5)

3.4K 361 53
                                    

Belum ada yg bosan kan? Aku gak bikin kalian mumet kan ya? 😂

Tenang, ini bukan cerita istriku bukan istriku ala ftv. Mulai part ini, akan terkuak beberapa rahasia. 

. . .


Amarah Rey makin bertambah ketika Allan menangis histeris begitu kami jemput di day care. Bocah itu tak berhenti merengek padaku, memintaku jangan pergi meninggalkan dia. Seolah belum cukup membuatku terbebani, Sean juga ikut menangis seperti kakaknya.

Sementara pria itu tak banyak bicara. Secara terang-terangan dia menghindariku. Aku pun, karena harus menangani dua anak yang rewel itu, terpaksa duduk di kursi belakang. Menyusui Sean yang kemudian berangsur tenang dan Allan yang masih tak mau melepas tangannya dariku. Dia terus menempel padaku meskipun tangisnya sudah mereda.

Aku menghela napas. Ya ampun, aku hanya meninggalkan mereka tak lebih dari empat jam. Tapi respon mereka seolah aku meninggalkan mereka berbulan-bulan.

"Hey, kamu marah pada Mom?" Tanyaku selembut mungkin pada Allan yang bersandar padaku.

Satu tanganku mengusap rambut halusnya. Sementara tanganku yang lain masih menggendong Sean yang sudah terlelap.

"Aku takut Mom pergi. Aku tidak mau Mom meninggalkan kami lagi." Pegangan Allan makin erat pada lengan atasku.

"Maaf sudah membuatku ketakutan. Tadi Mom hanya pergi sebentar," sejujurnya aku masih bingung menghadapi anak kecil yang merajuk begini. Tapi, aku hanya bisa berusaha meyakinkannya.

"Mom jangan pergi jauh lagi. Jangan tinggalkan aku, Sean, dan Daddy lagi."

Aku tersenyum pada bocah yang akan berusia empat tahun ini. Aku mengangguk namun itu pun belum memuaskan untuk Allan.

"Janji ya?" Mata cokelat gelapnya berbinar memelas. Jari kelingkingnya yang mungil itu ia sodorkan.

Aku tahu dia tidak akan berhenti sebelum keinginannya kupenuhi. Jadi, kutautkan jari kelingkingku dengan miliknya.

"Mom janji tidak akan meninggalkan Allan, Sean, dan Dad."

Setelah itu, Allan tersenyum puas. Senyum lebar yang menular padaku. Kami lalu tertawa pelan.

Aksi merajuk Allan ternyata belum berakhir. Sampai di rumah, dia terus menempel padaku. Bahkan, dia memaksaku untuk ikut tidur dengannya. Padahal biasanya dia tidur sendiri di ranjang kecilnya itu. Aku hanya bisa menurutinya dengan sabar. Setelah memastikan Allan benar-benar terlelap, aku pelan-pelan beranjak. Keluar dari kamarnya.

"Allan takut kamu meninggalkannya lagi," aku terkejut mendapati Rey yang berdiri di samping pintu kamar Allan. "Seperti saat kamu di rumah sakit setelah kecelakaan. Hampir dua minggu kamu dirawat dan aku tidak pernah membawanya untuk menemuimu."

Aku menunduk, enggan bertatapan mata dengannya. Dan tidak ada kata lain yang bisa kuucap kecuali maaf.

Rey tidak menanggapi permintaan maafku. Pria itu malah berjalan ke dapur. Aku mengikutinya. Didiami seperti itu sangat tidak nyaman. Aku tahu dia hanya menahan marahnya padaku.

"Duduk." Suruh Rey tanpa menoleh padaku.

Aku duduk patuh di kursi tinggi konter dapur. Mengamatinya yang sibuk menyeduh teh, lalu menuang ke dua buah mug. Dia menyuguhkan salah satunya padaku. Dia pun ikut duduk di sebelahku.

Kami saling diam sambil menikmati teh hangat. Beberapa saat setelah itu, Rey mulai bersuara.

"Siapa yang kamu temui di kedai itu, Flo?"

LOVE - Book Of Romance StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang