1

2 0 0
                                    

.

.

tidak jauh dari kamar mira. kami berbincang cukup dalam dan akrab. Tapi aneh, wajah ahjumma itu sangat familiar di mataku. Aku seperti pernah melihatnya tapi entah dimana atau dia tampak sangat mirip dengan seseorang. Aku mencoba mengingatnya, tapi otakku sedang tidak ingin bekerja sma denganku.

"geurom eommoni, sampai sini kita berpisah. Saya harap kdepannya kita bisa bertemu dan berbicara seperti ini lagi" ucapku setelah kami sampai di depan kamar wonjae.

"geure, yeorin~aah. Trimakasih sudah mengantarku dan menemukan anakku tadi" jawabnya lembut dengan senyum merekah di bibirnya.

"kalau begitu saya permisi eommoni"

"hm. Wonjae~ya, nunna ante insahae (wonjae beri salam ke nunna)" suruh ibu wonjae pada wonjae. Dengan penurutnya dia membungkukkan badannya padaku.

Aku hanya membalaskan senyum "ittabojha (sampai nanti)"

Aku membungkukkan badanku hormat pada ibu wonjae dan berlalu pergi.

Tak begitu jauh dari kamar wonjae hanya berjarak beberapa ruangan saja dan sampailah aku pada kamar mira. aku memegang gagang pintu dan menggesernya lalu masuk dan mendapati mira sedang duduk da berbincang dengan seorang dokter yang tidak asing bagiku. mingyu

"eoh, eonni" ucap mira begitu dia melihatku. Mingyu memutar kepalanya dan mendapatiku disana. Aku tersenyum menyapa keduanya. Meletakkan buah yang ku bawa ke meja dan menghampiri mira.

"mira~ya, gwencana? Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanyaku khawatir

"perasaanku sekarang, Awesome" jawabnya sembari membentanglan tangannya dengan tawa. Dan akupun ikut tertawa.

"dia baik baik saja sekarang. dia sudah bisa buang gas dan makan makanannya dengan baik. Seperti yang kuduga dia pulih dengan cepat. " sahut mingyu

Aku memandanganya dan mengangguk mengisyaratkan kata iya. "besok dia sudah boleh pulang, aku akan meresepkan obatnya."

"arraseo mingyu~ya, gomawo"

"hm, kalau begitu aku pergi dulu" ucapnya.

"nee, ssaem. Khamsahaeyo" ucap mira. dan mingyupun berlalu dari sana.

Kini hanya aku berdua dengan mira

"eonni, kenapa lama sekali? Kemarin begitu aku sadar aku tidak melihat eonni. Dan dokter itulah yang terus menemaniku. Dia terus menanyakan eonni."

Aku gugup sekejap, mengingat kemarin adalah hari yang mengerikan. Aku bahkan tidak sanggup memikirkannya.

"eonni" panggilan mira mengjutkanku, membuyarkanku dari lamunanku. "oh?"

"eonni, gwenchanayeo? Apa sesuatu yang terjadi pada eonni?" tanya mira menepuk lenganku.

"aniiya, gwencahana" jawabku menyakinnya.

"jinjjayo?"

"geurom, aku hanya sedikit sibuk saja kemarin. Karna hyera memberitahuku ada beberapa bahan di caffe yang habis."

"aah, itu ternyata. Syukurlah jika eonni baik baik saja"

Syukurlah dia percaya, maafkan eonni mira. eonni terpaksa membohongimu karna eonni tidak mau membuatmu khawatir.

Ddddrrrrtttt dddrrrtttt ddddrrrttttt

Suara dering ponselku memecah pembicaraan kami, kurai ponselku dari dalam tas dan tertuliskan nama S.coups disana. Ada apa dia menelfonku, tak ingin membuatnya menunggu segera ku geser tombol hijau dan mengangkat panggilannya.

"yeoboseyo"

'ya, neo eoddiya?'

"aku ada di rumah sakit, wae?" 

.

.

.

Me And My ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang