PROLOG

120 28 39
                                    

Aku Kireina Lamia

Katanya bahagia itu sederhana, mungkin saja.

Tapi tidak bagiku bahagia itu rumit.

Semua menatap diriku dengan tatapan aneh lebih tepatnya MENJIJIKAN bahkan KEBENCIAN.

"Bukankah dia adalah pembunuh?"

"Dia adalah pembunuh. Memang benar."

"Dia melakukan itu dengan tidak sengaja bukan, apakah dia disebut pembunuh?"

"Pembunuh tetaplah pembunuh."

Arrrgghhh!

CUKUP!

Itu semua membuat kepalaku pusing.

Aku bukan pembunuh, mereka semua tidak tau apa yang terjadi sebenarnya.

Aku tidak mengerti dengan semua ini.

Diriku kehilangan orang yang ku sayang.

Semuanya menyalahkanku atas perihal kehilangan tersebut.

Setiap aku mengingat kejadian itu, aku slalu benci diriku bahkan aku tidak segan-segan akan melukai diriku sendiri.

Sakit?

Tentu saja tidak, karna sakit untukku sudah terlalu banyak itu semua hal biasa.

Bodoh bukan?

Hahaha iya aku memang bodoh.

Tidak ada yang mau mendekatiku, hanya tatapan ketidaksukaan lah yang slalu mereka tunjukkan bahkan orang tuaku sendiri.

Ternyata kebahagianku hanya sementara, semuanya hanyalah palsu.

Bahkan aku sudah lupa kapan terakhir kali diriku tersenyum.

Jangankan itu, aku juga lupa bagaimana caranya tersenyum.

Kalian tahu tidak? Kalau diriku itu seperti parasit.

Yang tergantung tapi tidak berguna melainkan menyusahkan.

Hidupku penuh drama bukan?

Semoga saja ada ujung untuk memberhentikan drama ini.

Aku harap kalian menyukai ceritaku yang pahit ini.

Dan aku harap ada kemanisan di akhir cerita.

Endless Pain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang