"Ren! Rena! Arena!" teriak cowok itu dan langsung masuk ke dalam kamar arena.
Arena memutar bola matanya malas,"Ya ampun brisik banget sih jin!" balasnya, ternyata cowok itu hyunjin.
Hyunjin nyengir,"Apasih malam malam teriak nggak jelas" tanya arena, hyunjin mendekat ke arena lalu duduk disebelahnya.
"Gue lagi seneng banget ren" balas hyunjin, arena cuma ngangguk ngangguk.
"Iya, seneng kenapa?"
Hyunjin nampilin senyum manisnya,"Lo tau nggak gue habis.... jadian sama lycia" katanya girang.
Deg
Arena tersentak, matanya mulai memanas entah dia harus berekpresi seperti apa, dia nggak mau bikin hyunjin jadi nggak enak tapi hatinya juga sakit kalau harus berpura pura.
Senyum dibibir hyunjin semakin merekah, kayanya dia seneng banget bisa jadian sama lycia, cewek yang di taksirnya sejak satu tahun yang lalu.
"Lo ikut seneng kan? Akhirnya ya ren, satu tahun usaha gue nggak sia sia" katanya dengan senyum yang terus merekah.
Senyum tipis muncul dibibir arena, bagaimanapun dia nggak mau bikin hyunjin nggak enak,"O-o ya? Wahh bagus dong, akhirnya lo dapetin dia" balasnya sedikit bergetar.
Hyunjin mengangguk,"Gue seneng banget, gue sayang banget sama dia ren" katanya lagi.
Mata arena makin memanas,"Gu-e ikut seneng" balasnya di ikuti senyum tipis dibibirnya.
"Oiya, besok gue mau traktir lo sama junkyu buat ngerayain jadian gue sama lycia"
Arena menunduk, matanya mulai berair,"I-iya gue besok dateng sama junkyu"
Senyum hyunjin merekah lagi,"Makasih, kalian emang temen gue paling the best" katanya.
"Yaudah, gue balik dulu ya udah malem, lo juga langsung tidur jangan begadang terus nggak baik buat kesehatan" lanjutnya kemudian mengusap rambut arena pelan, arena mengangguk.
Hyunjin melangkah keluar kamar arena.
Arena menatap nanar pintu kamarnya, cairan bening mengalir dipipinya.
"Hiks....sakit" gumamnya pelan, tangannya meraih ponsel dinakas.
"Halo"
"Junkyu....hiks-"
Setelah itu panggilan terputus.
Junkyu datang dengan wajah khawatir.
"Kenapa? Ada yang sakit?" tanyanya sambil memegang kedua bahu arena.
Arena memegang dadanya,"Sakit jun...hiks" balasnya.
Junkyu segera merengkuh tubuh arena, dipeluknya erat,"Tenang ren, tenang" katanya.
Arena punya heart syndrome, dimana jika ada perkataan yang membuatnya sakit dia akan mengeluh dadanya sakit dan sedikit sesak, selain itu dengan kata bentakan dan juga ruang yang gelap dan hujan petir sejenisnya akan membuatnya takut dan kambuh.
Yang tau tentang syndrome arena hanyalah keluarganya dan keluarga junkyu bahkan hyunjin temannya sejak kecil juga tidak tau.
Setelah sedikit tenang arena menatap junkyu yang terlihat khawatir.
"Kenapa?" tanya junkyu pelan, seperti bisikan.
"Hyu-hyunjin hiks jadian sama lycia" balas arena pelan.
Junkyu tertegun, temannya ini memang menyukai hyunjin sejak lulus smp, dia selalu senang jika sedang berbicara dengan hyunjin, menatap dengan tatapan berbinar dan selalu perhatian dengan cowok itu.
"Sakit jun...hiks" kata arena lagi.
Junkyu mengeratkan pelukkannya,"Sttt... udah sekarang lo tenang, jangan sedih ada gue yang akan terus disamping lo"
Arena mengeratkan pelukkannya,"Jangan pergi, tidur disini ya" mintanya pelan.
Junkyu tersenyum tipis, kemudian mengangguk,"Iya, makanya tuan putri harus cepet cepet tidur biar nanti pangeran nggak pergi"
Arena mengerucutkan bibirnya,"Pangeran kodok" balasnya membuat junkyu terkekeh pelan.
"Iya terserah lo, sekarang lo tidur nggak usah dipikirin lagi nggak baik buat kesehatan lo" kata junkyu.
Arena mengangguk pelan,"Makasih" balasnya.
Junkyu mengangguk kemudian merebahkan tubuhnya dengan arena yang berada dipelukkannya.
"Selamat malam tuan putri"
"Selamat malam juga, pangeran kodok" balas arena dengan nada mengejek.
Junkyu terkekeh, melihat arena sudah tenang membuat hatinya lega dan dia selalu berjanji sejak dulu untuk menjaga tuan putrinya.
Gimana lanjut?
Wajib vote and komen gais, terima kasih🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
PABO
Short StoryYou made me smile but you are also the reason that makes me cry -Arena Anatasya