A/N: This chapter technically is supposed to happen halfway through the story. But this whole chapter came to me so vividly earlier, that I just had to write it now. So as a background, Larissa ended up going to the US (how...? I'll let you know when I actually write that chapter, but I know what happens lol), and is basically on holiday there, staying with Alden.
Aku dan Alden akhirnya sampai ke tujuan kami siang ini, Santa Monica Pier. Walaupun ini ketiga kalinya aku berlibur ke Los Angeles, baru kali ini aku melihat Santa Monica Pier dengan mata kepalaku sendiri.
"Den... this place is so nice!" Kataku excited.
"See... I knew you'd like it!"
"Ya mulai kan... and don't start ya. I knew why you pick this place. Biar lu bisa suntanning juga kan?" Kataku sambil pura-pura cemberut.
Dia menjawil hidungku gemas, "but you like it anyway, don't you? Lagian, tadi bukannya lu bilang ngantuk? So perfect dong. Gue suntanning, lu bisa take a nap tanpa takut barang lu ilang."
"Ok fine... tapi sekarang lu temenin gue dulu foto-foto ya."
Dia menawarkan tangannya, "Yuk."
***
Alden menggenggam tanganku sepanjang jalan, dan hanya melepaskan tanganku saat aku mengambil foto. Sambil menggenggam tanganku, dia berkata, "Biar enggak ilang."
"Emang menurut lu, gue anak kecil yang bakal lari-lari aja trus ngilang gitu?"
Dengan alis terangkat, dia membalasku, "Well, let's see... Masih cinta anything Disney, perlu night light buat tidur, suka koleksi LEGO, excited buat theme parks..."
"Alright, alright fine!" Potongku sambil cemberut, disambut dengan tawanya.
"Sini pinjem kamera lu."
Kuberikan kameraku, sambil menatapnya bingung.
Klik!
Alden memotretku, dan mengembalikan kameraku.
"Tuh liat."
"Ih apa sih, liat apa?"
"Liat, muka lu cemberut gitu kaya anak kecil enggak?" Ledeknya jahil.
"Ihhh!! Alden!!!" Kataku sambil mencubit lengannya gemas.
"Ok, ok! Ayo, katanya mau hunting foto."
Dan dia menggenggam tanganku lagi.
Saat kami menemukan pemandangan-pemandangan yang bagus, dia akan mengambil kameraku dan mengarahkanku untuk berpose. Saat kami ada di spot yang menurutnya terbaik disini, dia mengambil foto selfie kami berdua.
Aku diam-diam menikmati perlakuannya padaku, walaupun di dalam kepalaku ada bel warning yang berbunyi kencang, agar aku tidak terbawa perasaanku.
***
Setelah aku puas photo hunting, akhirnya kami memilih spot yang nyaman untuk kami berdua bersantai. Alden tidak lupa untuk memasang payung agar aku tidak harus ikut berjemur. Ternyata, dia sudah benar-benar merencanakan ini semua. That cheeky guy! Aku tidak mengerti, kenapa dia begitu menggemari suntanning. He's not even that pale to begin with. Dan lagi pula, menurutku suntanning itu sama saja seperti menaikkan resiko untuk kanker kulit. But anyway, he has worse habits to deal with, like his smoking.
Siang ini untungnya cuaca tidak begitu panas. Kututup mataku, menikmati angin sepoi-sepoi yang membuatku semakin nyaman. Pikiranku kembali melayang pada sikap Alden sejak kedatanganku yang sangat... friendly? Yang pasti, he is very touchy with me. Apa mungkin, karena sekarang disini hanya ada kami berdua, sedangkan dulu, ada Irina, Harry, dan James? Lalu aku teringat dimana dia diam-diam merangkul bahuku saat kami foto berlima, di dinner kami yang terakhir sebagai group of 5. Juga saat kami karaoke, dan dia memilih duduk di sebelahku, tanpa menyisakan ruang di antara kami berdua. Ok, I have to stop analysing this.
YOU ARE READING
Monologue
RomantizmHow do you know whether you truly have moved on? Pertanyaan ini yang selalu ada di benak Larissa. Dulu, Larissa dengan segala logikanya memutuskan untuk mengubur perasaannya untuk Alden dalam-dalam. Tapi, apakah itu adalah keputusan yang salah? Nyat...