AYOK ABSEN DULU GAES!!
TEKAN ⭐ SEBELUM MEMBACA.
••
Jongin menatap layar ponselnya dan mencoba menghubungi nomor Jennie untuk yang kesekian kali, walaupun ia tahu hasilnya akan tetap sama, ponsel gadis itu mati dan rasanya Jongin ingin mati juga. Dia tidak tahu keadaan Jennie saat ini bagaimana, apakah gadis itu baik-baik saja atau tidak? Jongin tidak tahu dan rasanya ia hampir gila. Terakhir kali gadis itu bilang.
"Jongin-ssi selamatkan aku, keluarkan aku dari sini kumohon"
Mendengar suara Jennie yang disertai isakan tangis tempo hari membuat Jongin sesak napas, apalagi saat membayangkan Jennie dilukai oleh orang-orang itu darahnya sudah mendidih sampai ke ubun-ubun.
Jongin menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa kemudian memijat pelipisnya sambil menghela nafas panjang. Seorang pria tinggi memasuki apartemennya dengan membawa beberapa bir kemudian memberikannya kepada Jongin.
"Jangan larut terus dalam masalah, minumlah" ucap pria dengan nama lengkap Park Chanyeol itu. Jongin menerimanya kemudian menenggak bir yang diberikan sang sahabat sebelumnya.
"Setidaknya kita sudah tahu siapa yang membawa Jennie, tinggal memikirkan cara masuk dengan aman kedalam kandang singa itu"
Jongin mengangguk kecil, tatapan pria itu kosong. Terhitung sudah tiga hari dia merasa se—hampa ini, dia pernah merasa sekosong ini dalam hidupnya, pertama saat ayahnya meninggal dan kedua karena Jennie diculik. Tangan Jongin mengepal kuat dan rahangnya mulai mengeras, tentu itu semua tak luput dari perhatian Chanyeol yang sejak tadi memperhatikan itu dalam diam.
"Aku yakin Jennie baik-baik saja" ucap Chanyeol, walaupun dirinya sendiri juga tidak yakin dengan apa yang ia ucapkan, setidaknya dia hanya berusaha menenangkan sahabatnya.
"Semoga"
Chanyeol tersenyum kemudian mengangkat kaleng birnya agar mereka bersulang, Jongin menyambut itu kemudian tersenyum tipis, sebuah senyum yang kembali Chanyeol lihat setelah menghilang selama beberapa hari kebelakang.
"Kau akhirnya tersenyum juga"
🌠
Seharian ini Hanbin menyibukkan diri dengan melatih anak buahnya, setelah kejadian semalam dia langsung memutuskan untuk pergi dan membiarkan Jennie menghuni kamarnya sendiri.
June menghampiri Hanbin, karena sejak tadi dia lihat sahabatnya itu kurang fokus saat bekerja.
"Kau tidak tidur semalam?" Cicit June. Hanbin sedikit terkejut namun masih bisa mengontrol ekspresi wajahnya.
"Kenapa kau bertanya?"
Bukannya menjawab Hanbin malah bertanya balik, dan itu membuat June menghela nafas pelan. Pria dengan marga Koo itu menyikut lengan Hanbin dengan sedikit keras, sengaja agar sahabatnya itu mengadu kesakitan "Sedari tadi kau tidak fokus. Dan kemungkinannya hanya dua, kau belum tidur atau sedang ada masalah. Jadi pilihannya yang mana?"
Hanbin berdecak, "Siapa yang bilang aku tidak fokus? Perasaan aku sudah melakukannya dengan benar!" Sangkal Hanbin yang membuat June terkekeh geli.
"Melakukannya dengan benar? Ck, yang benar saja! Aku memperhatikanmu dari tadi!"
June mengerjabkan matanya beberapa kali dan itu mendapat decakan geli dari Kim Hanbin. June sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri, jadi sangat mustahil jika Hanbin bisa menyembunyikan sesuatu, sekecil apapun itu dari Koo June.