"Seperti yang kalian tahu, ketua yayasan kita bapak Kim Gong Yoo sudah menikah, maka dari itu beliau akan memperkenalkan istri serta anak tirinya.. ah maksud saya anak bungsunya atau adik dari Kim Taehyung, besok di pembukaan pensi."
Taehyung masih berusaha mencerna apa yang baru saja kepala sekolah sampaikan, seingatnya tadi pagi ayahnya menelpon kepala sekolah dan mengatakan akan datang besok bersama istrinya dan tidak sama sekali menyinggung masalah perkenalan. Lagi pula para siswa tidak perlu tahu siapa keluarganya sekarang kan?
Pintar dalam merubah ekspresi hanya dalam sekian detik, Taehyung sudah tersenyum cerah melirik ke barisan kelas 10 MIPA 1, sayangnya Jungkook tidak terlihat sama sekali, hanya kepala Mingyu yang menyembul di barisan tengah, sudah pasti adik kesayangannya ada disana.
Masalah kepala sekolah yang seenaknya sendiri, Taehyung pasrah saja. Jabatan tidak ada yang tau kapan berakhirnya.
'Siapa tau besok hari terakhir hehe.'
Pikirannya masih sedikit 'blank' bahkan setelah selesai berganti pakaian dan kembali ke kelasnya, 12 MIPA 3. Merangkul bahu sahabatnya dan menggigit sosis yang tengah pemuda itu pegang.
"Cih. Enak banget lo Kim."
Jimin menepis tangah Taehyung, memakan habis sosisnya yang hanya tersisa sedikit gara-gara gigitan Taehyung tadi yang lumayan besar.
"Eh itu kepsek beneran?"
"Kaga ada anjir. Bokap gue cuma bilang besok mau dateng bareng nyokap."
"Dasar ya si kumis, dikira seneng banget kali."
Taehyung tertawa kecil, mengeluarkan buku dari dalam tasnya saat melihat pak Song yang akan mengajar sudah berdiri di depan pintu, tengah menelepon.
"Nunggu hari h nya gue jim. Lama banget bokap."
"Anjir. Gue ngga sabar gila. Kenapa diundur sih." Jimin berucap pelan, takut-takut ada orang lain yang mendengar.
"Masih nyari bukti tambahan."
"Bukti apa?"
Kan benar, bahkan mereka sudah berbisik-bisik. Tapi tetap saja ada yang pendengarannya tajam.
"Bukti lo gatel jicu. Mau gue sama Jimin laporin bang Seokjin."
Taehyung berucap enteng, mendapat satu geplakan dari perempuan yang duduk di belakang mereka. Namanya Jisoo, gebetan sahabat mereka, Seokjin yang kini sudah menjadi mahasiswa kedokteran.
"Galak sih. Makannya ngga ditembak-tembak."
"TAEHYUNG!!"
Terlalu asik saling mencubit, tanpa tau Jimin sudah menyeringai, melihat pak Song menatap Jisoo dan Taehyung dengan wajah memerah marah karena tidak mendengarkan salam pembukanya.
"JISOO! TAEHYUNG! Maju ke depan dan berdiri setengah jam!"
●●●
Taehyung rasa dia kurang beramal akhir-akhir ini, hingga mendapat banyak kesialan sejak pagi. Mulai dari menjadi Pemimpin upacara dadakan, karena yang bertugas terlambat datang, dihukum berdiri di depan kelas, dan sekarang harus memimpin rapat osis dadakan karena ada masalah persiapan yang timbul.
Bendahara kehilangan dana yang akan di serahkan ke bagian konsumsi. Untungnya hanya ada miskomunikasi, salah menitipkan uang dan lupa.
Taehyung berjalan santai ke kantin, masih ada seperempat jam sebelum bel masuk berbunyi. Membalas sapaan-sapaan dari beberapa siswi yang melewatinya, sampai panggilan satu orang siswi membuatnya terhenti.
Teman seangkatannya, Jeon Somin.
"Tae. Gue abis belajar masak tadi pagi. Jadi sekalian bawain buat lo. Dimakan ya, semoga lo suka."
Kotak makan berwarna biru muda, terlihat manis dengan isi yang terlihat dari luar, ditara sedemikian rupa.
"Thanks somin. Gue duluan ya."
Hanya anggukan khas seorang gadis, malu-malu dan Taehyung tidak terpesona sedikitpun. Tapi demi kesopanan, senyumnya masih terpatri di bibirnya, manis sekali.
Senyumnya kian melebar melihat Jungkook, ada Mingyu juga di sebrangnya. Taehyung mendekat, berniat duduk di samping pemuda Jeon tapi senyumnya berubah menjadi senyum tipis saat semakin dekat ia mendengar lontaran sinis dari si adik baru kesayangannya.
"Tanya kakak lo sana." Ucap Mingyu, yang taehyung kenal sebagai sahabat Jungkook, sekaligus bawahannya di osis.
"Hidih ogah. Males gue negur duluan."
Taehyung hanya sedikit sakit hati sungguh, dia mengerti Jungkook dengan baik. Maka saat senyumnya kembali melebar Taehyung berkata pelan.
"Makan yang bener, jangan di cak-cak gitu."
Mata bulat itu melebar, dan sakit hatinya terobati hanya dengan kegemasan kecil Jeon Jungkook.
'Taehyung lemah mah. Adek manis banget'
Tidak mau terlihat bodoh, taehyung segera mengalihkan perhatiannya.
"Jimin!"
Berlari kecil ke bangku paling pojok, Kim Taehyung menjadi pusat perhatian. Bagi barisan gadis yang menyukainya terlalu sayang melewatkan visual seorang Kim Taehyung.
Jimin tengah asik menyeruput kuah Mie cup. Sementara di meja yang menjadi fokusnya sekarang selain makanan dan minuman milik Jimin, terdapat satu batang cokelat, satu kotak kecil yang tidak tahu apa isinya, dan satu kotak susu.
"Lo sejak kapan suka beli cokelat?"
Yang ditanya berdecih, "Dan lo sejak kapan ngga tau gue juga sering dikasih ginian?"
Taehyung tertawa kecil, hampir saja melupakan fakta bahwa Jimin sama dengannya. Membuka kotak makan biru mudanya, Taehyung mulai asik menyantap nasi goreng yang rasanya lumayan enak.
Jelas gadis tadi berbohong masalah baru belajar masaknya.
"Lama-lama ngga enak tae, dikasih mulu. Kan sayang uang jajannya ya. Mau nolak lebih ngga tega."
Jimin benar, meski tidak setiap hari mendapatkan makanan atau bahkan barang-barang dari gadis-gadis yang menyukai mereka, tetap saja itu membuat beban untuk yang memberikan. Dalam satu minggu, ada dua, tiga bahkan lebih. Rasanya tidak terlalu pantas baginya, tapi dia belum menemukan cara bagaimana agar semuanya berhenti.
Menjadi terkenal, banyak kesulitannya juga.
●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Dek Jungkook ✔
FanficBagaimana jadinya jika si anak tunggal Jeon Jungkook dan Kim Taehyung dipertemukan sebagai saudara? Meski tidak sempurna, Taehyung tetap kakak yang Jungkook inginkan. Keduanya berusaha saling menyatu dalam ikatan persaudaraan, tidak terlalu sulit t...