Jangan lupa kasih Vote, gak bayar juga gak nguras tenaga guys, cuma pencet bintang pojok🖤
•••
jangan kembali jika kamu masih ingin pergi, jangan peduli jika kamu masih ingin menyakiti.
Pukul 09.00
Kamar yang seperti kapal pecah membuat Nindy semakin nyaman. Seperti ada perekat di tubuhnya, jika libur Nindy akan menghabiskan waktunya di kamar, tanpa keluar kecuali lapar atau haus. "Nindy! Bangun," Pekik Barra sambil mengetuk pintu kamar Nindy.
Nindy berdecak sebal. "Kenapa? Jangan ganggu, gue semalem belum tidur,"
"Keluar dulu, ada yang mau gue omongin,"
Nindy menghela nafasnya panjang, dengan pakaian tidurnya juga wajah bantalnya, Nindy membuka pintu kamarnya. Barra sudah terlihat rapi dengan kaos oblong juga celana jeans nya. "Apa? Gue ngantuk!"
"ada tamu noh,"
Nindy berdecak sebal. "Bilangin gue gak ada aja sih?! Lagian lo mau kemana bang?"
"Keluar,"
Nindy melihat Barra dari atas sampai bawah. "Rapi amat? Lo mau Nge-date?"
"B aja,"
"Cie, paling mau apelin kak Devita, udah ah! Lo bilang sama tamunya, gue lagi tidur,"
Barra menjitak kepala Nindy. "gak boleh gitu,"
"Yaudah sana!"
Akhirnya Nindy turun tanpa cuci muka, saat melihat seorang lelaki duduk di sofa nya, membuat Nindy bersembunyi di balik tembok. "Ngapain dia yang kesini sih?! "
Barra menjambak rambut Nindy dari belakang membuat Nindy mundur. "Apaan sih?! Sakit tau gak!"
"samperin, dia kesini pagi - pagi,"
"Ogah ah! Lo aja sono!"
Barra menarik lengan Nindy dan membawanya duduk di samping Vero. Vero tersenyum melihat Nindy yang masih memakai baju tidur nya. "Hai, baru bangun?"
Nindy hanya bergumam malas, matanya ia alihkan ke benda lain dari pada melihat Vero. Vero yang melihat sikap Nindy hanya bisa mendesah kecewa. "Masih marah?"
Nindy menatap Vero dengan datar. "Ngapain pagi - pagi kesini? Gak ada kerjaan banget,"
"aku mau ajak kamu jalan, apa salah?"
"Salah! Lo udah ganggu jadwal gue tidur Ver! Sama si Gissel aja sono,"
"Aku maunya sama kamu,"
Nindy merasa jengah. "Apaan sih lo? Sama si Gissel aja, gue sibuk,"
Vero memegang lengan Nindy dan tersenyum manis. "Happy birthday Nindy, sorry aku telat ucapinnya, tapi aku udah titip hadiahnya ke Airin, udah diterima kan?"
"Hah? Oh lo nintip kadonya ke kak Airin, udah gue buang,"
Bohong. Nindy sama sekali tak membuang hadiah itu, dia tahu bahwa hadiah itu dari Vero, sebuah liontin dengan huruf "N" Di depannya. Nindy menyimpannya tanpa memakainya, saat membukanya Nindy hanya bisa tersenyum dan menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Couple (SUDAH TERBIT)
Teen FictionCover by : wira putra *BEBERAPA BAB DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT Banyak orang di luar sana yang ingin memiliki kekasih yang sempurna. Tapi, tak selamanya sebuah hubungan berjalan dengan sempurna. Akan ada di tengah perjalanan, ketika kamu sed...