Senin siang yang terik tak membuat langkah kaki Nata berhenti. Nata sedang senang, terlihat dari siulan yang terus berbunyi dari bibir Nata yang tebal. Tangan yang setia melambai menjawab setiap sapaan yang terlontar dari para gadis yang tengah menatap penuh puja pada Nata.
Nata, sang idola kampus yang tak pernah sepi dari sapaan ramah dan penuh kekaguman dari setiap perempuan yang ada di kampusnya. Tak jarang terdengar pekikan tertahan ketika Nata membalas sapaannya.
Ah, Nata sudah seperti artis saja.
"Oi Alien!" terdengar panggilan dari arah belakang Nata, sehingga membuat Nata berbalik mencari pelaku yang memanggilnya dengan panggilan yang tak berakhlak itu.
Sosok itu tengah berlari menuju ke arahnya ketika ia menemukan siapa yang sudah memanggilnya dengan panggilan kurang ajarnya itu.
"Nama gua Nata kalo lu lupa." sungut Nata ketika Ansell sudah berhasil menyusulnya. Ansell hanya tertawa sumringah membuat kedua matanya yang sipit itu menghilang.
"Iya gua inget. Nama lu kan Adinata Alien Caesar."
"Aileen setan!" Nata menendang Ansell yang tengah tertawa.
"Ya mending, dari pada gua panggil Caesar. Pak dumplak dumplak, keep smileeee. Tet tet tereroret." ujar Ansel sambil berjoget ala-ala acara tv yang dulu sempat ramai diperbincangkan.
"Memang gak ada akhlak lu bahlul!" umpat Nata.
"Ya lagian, kenapa juga lu nengok pas gua panggil alien, kan itu bukan nama lu. Kalo lu nengok berarti lu mengakui dong kalo nama lu alien." Nata menatap datar pada Ansell yang tengah tersenyum penuh kemenangan.
"Bacot lu, enyah sono lu, nggak usah deket-deket gua!" sewot Nata sembari membalikkan badan meneruskan langkah kakinya.
"Dih, ngambekan lu ah. Nggak asik."
"Bodo!"
"Bukannya lu ada bimbingan ya? Ngapain lu ngikutin gua?" tanya Nata setelah Ansell berhasil menyusul dan mensejajarkan langkahnya.
"Pak Riyadi nggak ada di tempat. Sialan emang tuh orang. Semalem katanya dia ada di ruangannya hari ini, pas gua udah nyampe ruangannya dianya kagak ada. Pas gua telpon katanya dia lupa kalau ada seminar di luar hari ini. Ah, kampret! Padahal semalem udah gua bela-belain buat selesaiin ini revisian sampe jam 4. Nggak taunya malah ngilang orangnya." sungut Ansell sebal.
"Udah, nggak usah curcol lu. Gua kan cuma nanya dikit, bukan nyuruh lu curcol."
"Bajingan laknat emang lu setan!" tawa Nata seketika menggema di koridor kampusnya.
Satu sama ya, Nat.
***
"Yolla, kaki kamu nggak apa-apa?" tanya Nata pada gadis cantik yang duduk di sebelahnya. Saat ini Nata dan temannya yang bernama Yolla ini tengah duduk di taman kampus yang terletak didekat fakultas Hukum.
Entah bagaimana ceritanya si Nata ini sudah berada di sekitaran fakultas Hukum, padahal fakultas TI yang notabenenya adalah fakultasnya sendiri berada jauh dari fakultas Hukum.
Memang ya, kalau sudah niat apapun bisa dilakukan.
"Kaki aku? Nggak kenapa-kenapa kok." jawab Yolla.
"Bisa jalan?"
"Bisa kok."
"Yaudah kapan? Malam ini yuk kita jalan." senyum Nata mengembang sempurna menampilkan aura tampan yang mampu meluluhkan hati setiap para wanita yang memandangnya, termasuk gadis cantik yang bernama Yolla ini. Dia sudah tersenyum salah tingkah akibat rayuan maut dari si Nata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barudak Tampan Squad ✅
FanfictionKehidupan; Persahabatan; dan Asmara. 🚫🚫🚫 - bangtanvelvet lokal - tidak baku - banyak umpatan kasar