08. Kunjungan Dadakan

2.5K 354 72
                                    

Minggu ini aku sama sekali tidak melakukan apa-apa, setelah kejadian di mana Pak Daniar menyatakan perasaannya kepadaku kita menjadi semakin dekat. Aku pun sebenarnya nyaman-nyaman saja bersamanya, hanya saja... sering kali Pak Daniar membuatku kesal karena sifat usilnya.

"Jadi kamu beneran jatuh cinta dengan Pak Daniar?"

Hari ini Juan datang ke apartemenku, atas permintaanku sih. Karena aku bosan jadi aku meminta Juan untuk ke sini dan membawakan makanan serta minuman pesananku.

"Aku juga bingung dengan perasaanku." Aku menghela napas pelan lalu merebahkan diri di karpet bulu yang ada di depan tv, "Tapi aku selalu merasa nyaman ketika berada di sampingnya. Apa itu jatuh cinta, Juan?"

Juan yang sedang duduk di sofa menendang kakiku. "Kenapa bertanya denganku? Kamu bilang pernah pacaran sebelumnya? Mendengar pertanyaanmu hari ini membuatku tidak yakin kalau kamu pernah pacaran."

"Aku memang pernah pacaran," Aku menatap Juan kesal lalu melanjutkannya. "Tapi kami hanya berpacaran selama seminggu, setelah itu hubungan kita berakhir."

"APA?!" Juan menatapku tidak percaya. "Siapa yang memutuskan hubungan kalian berdua?"

"Aku."

Juan menggelengkan kepalanya, "Ternyata kamu lebih parah dari aku."

"Bukan aku..." Balasku tidak terima. "Dia ternyata berengsek, aku hanya dijadikan pacar agar dia bisa memacari sahabatku."

"Wah... Dia berengsek yang gila."

"Memang."

"Lalu bagaimana hubunganmu dengan sahabatmu itu?"

"Aku tidak bersahabat lagi dengannya." Balasku. "Ternyata dia juga menyukai laki-laki berengsek itu."

"Miris sekali hidupmu."

"Sudahlah, aku kesal kalau disuruh mengingatnya." Aku bangkit berdiri lalu meninggalkan Juan ke dapur. "Juan... Kamu sudah makan?"

"Belum, tadi aku beli makanannya untuk kita berdua."

"Kalau begitu ayo ke meja makan, kita makan siang dulu."

Setelah itu Juan menyusulku ke dapur. Ternyata Juan memang membelikan banyak sekali makanan, "Kenapa banyak sekali?"

"Kamu kan hobby makan, jadi aku mau memberikan banyak makanan untuk anak kecil sepertimu." Jawab Juan enteng lalu mengunyah makanannya.

Aku mendengus kesal mendengar jawabannya. "Ngomong-ngomong, hubunganmu dengan perempuan yang kamu bilang kemarin bagaimana? Ada kemajuankah?"

Juan terdiam, dia menggeleng lalu mengambil minumannya. "Dia terlalu sulit didekati, aku sampai berpikir untuk menyerah saja mendekatinya."

"Sesulit itu?" Tanyaku tidak percaya. "Jangan menyerah dong, siapa tau sedikit lagi kamu berhasil meluluhkan hatinya."

Mendengar ucapanku barusan membuat Juan mendengus geli. Tangan kirinya ia gunakan untuk mencubit pipiku keras sampai aku memekik kesal.

"Manisnya... Ternyata sepupuku sudah besar ya."

"Jangan bercanda terus!" Aku menatapnya tajam yang hanya dibalas cengiran ala Juan. "Lagian kamu serius tidak sih dengan perasaanmu?"

"Seriuslah! Perasaan Juan kepada mbak crush itu tulus apa adanya, sayangnya doi tidak peka dan menyia-nyiakan laki-laki tampan sepertiku."

Aku memutar kedua mataku bosan mendengar ucapan Juan yang terlalu percaya diri itu. Sepupuku itu memang tampan sekali, hanya saja dia juga sama payahnya dengan aku dalam hal percintaan. Yah, walaupun aku sedikit berada didepannya, hahaha... Yang penting aku lebih unggul dari pada dia.

RENJANA | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang