Lagi-lagi.

345 27 4
                                    

"Nanti kalo udah pulang kabarin. Biar aku jemput."

Aku menatap Adlan jengah. "Enggak usah. Gue pulang sendiri aja."

"Pokoknya aku jemput!"

"Terserah lo deh."

Aku meninggalkan Adlan didepan gerbang sekolahku. Aku masuk kedalam gerbang. Sebenarnya aku diantar Baba tetapi karena tiba-tiba Adlan datang kerumah dan meminta agar dirinya yang mengantar aku kesekolah pun disetujui Baba. Aku type gadis yang tidak ingin di paksa tetapi Adlan selalu memaksa, itulah yang membuatku kesal pada Adlan. Sudah begitu, pagi ini pun aku melihat wajah Adlan ada sedikit lebam. Dapat dipastikan kalau Adlan benar saja tawuran seperti yang dikatakan Bang Farqa.

Masuknya aku kedalam sekolah, terlihat kalau parkiran motor penuh dengan anggota Salvatra. Aku melanjutkan langkah kakiku menuju kelasku. Sepanjang jalan aku menuju kelas, sepanjang itu juga aku mendengar kalau Ketua Salvatra akan segera di gantikan oleh Bumi. Tepatnya nanti malam akan diadakan acara Party Night Salvatra. Yang katanya acara tahunan untuk menyambut ketua yang baru. Tapi kenapa harus Bumi? Katanya ketua Salvatra itu harus kelas 12, kenapa harus Bumi? Bukannya Bumi seangkatan denganku, yang artinya ia akan naik kelas 11 seperrtiku.

"Bulan!"

Belum langkahku masuk kedalam kelas, suara heboh Mawar sudah dapat menghentikan langkahku. Aku memutar diriku menatapnya. Ia sedang tersenyum, terlihat sekali pipi cubbynya.

"Apa?"

"Enggak apa-apa. Mau manggil aja he he he."

"Biasaan deh."

Mawar merangkulku, membawaku masuk kedalam kelas. Alynna dan Azrana sudah terlihat terlibat gosip dengan topik yang sama seperti di luar kelas.

"Lan, Wang, lo berdua tau enggak sih. Nanti malam bakalan ada acara Party Night Salvatra di Warda. Katanya Kibum yang jadi ketua Salvatra gantiin Elzan." Heboh Alynna. "Kemarin mereka tawuran buat salam perpisahan dari Elzan."

"Nanti malam dateng bareng yuk ke Warda." Ajak Azrana padaku dan Mawar.

Mawar terlihat antusias, sedangkan aku mengacuhkan mereka. Aku hanya duduk di kursiku sambil mendengarkan lagu.

"Emangnya boleh kita datang?" Tanya Mawar polos.

"Boleh lah. Yang penting kita tunjukin kartu pelajar kita kalo kita betulan anak Mandala Mahesa." Jawab Alynna yakin.

"Jam berapa sih acaranya?" Mawar kembali bertanya.

"Jam 7. Jam 8 paling lambat."

"Yampun malam banget. Gue takut enggak dibolehin Abang gue keluar." Kecewa Mawar.

"Kita jemput deh, Wang. Bilang aja ke Abang lo kalau kita mau ada kerja kelompok. Nanti lo nginap di rumah gue aja bareng Azrana." Usul Alynna.

"Benar ya lo jemput gue dirumah?"

"Iya Wang." Yakin Alynna dan Azrana.

"Lo gimana, Lan? Ikut juga kan?" Tanya Azrana.

Aku menggeleng kepala. "Enggak." Singkatku.

"Kenapa?"

"Gue enggak suka keramaian."

"Yah... Enggak asyik lo, Lan." Kesal Alynna.

"Iya."

"Pokoknya nanti malam gue jemput lo dan Mawar!"

TINGGAL KENANGAN









Jam istirahat tiba, aku, Mawar, Alynna dan Azrana bersiap-siap untuk ke kantin. Saat akan keluar kelas, teman-teman Ferre masuk kedalam kelasku dengan sorakan heboh mereka. Bumi berjalan paling belakang dengan gaya sok cool. Tepat saat aku melewatinya, tidak sengaja tanganku tersentuh tangannya, lebih tepatnya tangannya ingin menarik tanganku. Untung saja cepat-cepat aku menghindarinya. Saat aku menoleh kearahnya, ia juga sedang menatapku, tatapannya hanya datar. Aku mengernyit kening heran dengan tatapannya. Tak mempedulikannya, aku melanjutkan langkahku menyusul teman-temanku.

"Lo liat si Elang enggak sih?" Tanya Alynna terdengar kesal.

"Tapi dia kayak bule deh." Jawaban Mawar membuat Alynna berdecak.

"Lo kenapa jadi berantem sama Elang, Lyn?" Tanya Azrana bingung.

"Lo tau enggak sih, kemarin, kemarinnya lagi. Gue hampir di tabrak sama dia. Bukannya minta maaf malah ngeklakson kenceng banget. Kan gue malu." Ceritanya menggebu-gebu.

"Lo sih kalo jalan selalu di tengah." Celetuk Mawar.

"Itu kan jalanan kita, emangnya enggak boleh?" Kesal Alynna.

"Sssttt... Mereka datang." Ingatkan Mawar menghentikan Azrana dan Alynna.

Aku hanya diam tanpa berniat berkomentar seperti mereka. Kedatangan Bumi dan teman-temannya membuat isi kantin hening. Aku melihat Bumi dan teman-temannya berjalan disamping mejaku dan teman-temanku. Tak ada yang spesial di antara mereka. Bumi berjalan paling depan bersama Yoga---si playboy.

"Lo liat si Yoga itu enggak? Katanya dia pacaran sama kakak kelas." Alynna mulai bergosip.

"Dia suka sama yang lebih tua?" Tanya Azrana.

"Yoga ganteng sih, tinggi juga. Menurut gue Yoga yang paling ganteng di antara mereka berenam." Pendapat Mawar.

"Kok berenam?" Heran Azrana sambil melihat kearah Bumi dan teman-temannya.

"Iya emang mereka berenam kan? Kibum, Elang, Yoga, Reno, Aryan, Ferre." Absen Mawar pelan.

"Bukannya mereka bertujuh ya?" Heran Alynna.

"Iya satu lagi anak IPA. Yang pacarnya Adira." Ujar Azrana.

"Emangnya mereka pacaran ya? Katanya mereka cuma teman dari kecil aja."

"Kalo mereka cuma teman kecil, enggak mungkin lengket banget, Lyn." Jawab Mawar.

"Sssttt... Datang tuh."

Aku melirik kearah yang di lihat Alynna. Terlihat satu teman Bumi yang menurutku paling waras, namanya Arseno biasa dipanggil Aceng oleh teman-temannya. Namanya sama seperti Baba, bahkan sikapnya seperti Baba.

Arseno dan Adira memang dikenal sebagai teman kecil, tetapi sikap keduanya tidak seperti teman. Lihat saja saat mereka berjalan kedua tangan mereka saling menggenggam satu sama lain, layaknya orang pacaran.

"Adira cantik ya." Komentar Mawar.

Aku diam, tidak dengan Alynna yang tidak setuju dengan pendapat Mawar.

"Cantikan juga gue." Tolaknya.

"Arseno ganteng ya." Mawar kembali berpendapat.

"Baru gue setuju sama lo, Wang." Setuju Alynna. Wang---panggilan untuk Mawar dari Azrana dan membuat kami ikut memanggilnya Wang.


TINGGAL KENANGAN

11-04-2020

singkat, padat dan nggak jelas!

singkat, padat dan nggak jelas!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tinggal KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang