1. [Raina]

51 15 35
                                    


"Hai bagaimana kabar kamu hari ini?"

Suara itu bagaikan bisikan merdu yang menuntun Indra menuju alam kesadaran. Suara itu bukan alarm atau suara panggilan perempuan yang ada di dekatnya, tidak ada siapa pun. Suara itu terdengar begitu saja di pendengaran Indra. Begitu mendengar suara tersebut Indra tahu dia harus bangun, suara dari alam bawah sadarnya, yang terus menanyakan kabar dirinya.

Selanjutnya dia akan menghiraukan hal tersebut saat melanjutkan kegiatan setelah bangun. Tidak ada yang aneh, hanya hal yang rutin terjadi di pagi hari. Indra menganggap hal tersebut hanya tinjauan masa lalu yang digambarkan oleh pikirannya.

Hari itu matahari siang telah terpaku kokoh di tengah langit, bagaikan elang yang setia pada buruannya, matahari memberikan panas dan kilauan sinar yang sangat menusuk. Indra menutup jendela kaca kamarnya dengan tirai sampai rapat, cahaya matahari terhalang oleh tirai tesebut.

Pada hari ini Indra tidak memiliki jadwal masuk kelas, hari ini adalah waktu luangnya sebentar. Indra hanya memiliki jadwal pada hari Senin, Selasa, Kamis, dan Jum'at. Hari ini sejenak Indra dapat menarik nafas, dapat mencuci pakaian, merapihkan kamarnya, dan membantu pamannya yang mengelola restoran di dekat kota.

Indra kuliah di salah satu Universitas Negeri di kota Serang, dia mengambil jurusan pendidikan. Untuk asal sendiri, Indra berasal dari wilayah Tangerang. Bisa dikatakan Indra adalah anak rantau. Namun alih-alih tinggal di kosan, dia lebih memilih tinggal di rumah pamannya, apalagi jaraknya yang tidak terlalu jauh dari kampus, menurut Indra ya kenapa tidak.

Walaupun terbilang cukup dekat dengan tempat asal, Indra jarang untuk pulang ke rumahnya. Mungkin sangat jarang untuk mahasiswa yang jarak antara kampus dan rumahnya tidak terlampau sangat jauh. Tidak ada masalah apa pun, hanya saja dia ingin. Lagi pula tidak ada pelarangan dari orang tuanya untuk itu.

Restoran yang dikelola pamannya berada di dekat alun-alun kota, Indra datang tepat pada pukul dua siang. Begitu masuk ke restoran lewat pintu belakang, Indra langsung menegur salah satu pekerja di restoran pamannya itu. Pekerja tersebut sedang mengolah minuman wedang panas untuk pelanggan.

"Jun," panggilnya. "sehat bro?"

"Yoi alhamdulillah, sehat juga lu?"

"Sama sih," Indra melihat keadaan dapur restoran, sambil mencari keberadaan pamannya. "Om Tukul mana Jun?"

"Oh itu ke pasar bentar katanya."

"Ohh ok, depan masih rame Jun?"

"Gak tahu dah," Jun memberikan nampan yang diatasnya terdapat empat gelas wedang kepada Indra. "sembari ke depan nih bawa ke meja 5"

Walaupun gusar Indra tetap membawa nampan tersebut ke pelanggan, toh dia juga memang datang untuk membantu ke restoran ini.

Keadaan di ruang makan restoran terlihat renggang, namun banyak piring yang berserakan diatas meja, beberapa sudah diangkat dan dibersihkan, namun sisanya masih terllihat kotor. Barusan waktu makan siang, jadi wajar saja keadaannya begini.

Restoran paman Indra cukup terkenal di daerah sini, terutama lokasinya yang cukup strategis karena dekat dengan pusat keramaian dan lingkungan sekitar juga sangat mendukung untuk kenyamanan pelanggan yang datang.

Restoran paman Indra mempunyai nama di kalangan pekerja pemerintahan dan kantoran yang ada di sekitar sini. Banyak orang yang datang ke tempat ini untuk makan siang. Tidak hanya pegawai, beberapa mahasiswa, siswa, dan warga umum juga datang untuk menyantap makanan di restoran paman Indra. Terutama harga makanan di restoran ini yang murah.

Indra mencari meja dengan tanda nomor lima diatasnya. Cukup sulit mengingat ruang makan yang terbagi atas indoor dan outdoor. Begitu Indra menyadari tidak ada tanda keberadaan nomor lima di bagian indoor, dia langsung menuju ke area outdoor yang berada di lantai atas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bersama Para WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang