Cinta itu kasus yang sulit dipecahkan jika tanpa ada bukti-bukti yang kuat dan benar. Tidak sembarang orang bisa mengungkap kebenaran bukti itu. Dan semua orang berlomba-lomba melakukan apa saja demi mengungkap kebenaran kasus rumit ini. Seperti Ran, remaja genap dua puluh tahun itu berambisi menyusun pazel bukti untuk mengungkap kebenaran kasus ini.
Ran duduk di kursi kamarnya, menghadap cermin dengan lampu kamar yang berpendar lembut. Wajahnya datar. Malam ini ia ingin bertanya kepada seseorang tentang seperti apa bukti cinta sebenarnya. Sebab ia terus gagal membuktikan definisi bukti cinta itu kepada siapapun. Bahkan jika cerita cintanya diceritakan, belum cukup tiga ratus halaman buku untuk mengabadikannya.
Dulu, ketika Ran selalu menyisakan sekeping waktu untuk cinta pertamanya. Ken. Setiap sore, tiga kali seminggu, semenjak satu bulan, ia dan Ken selalu berjalan bersama di pantaran danau Toba. Mengamati cakrawala keemasan, menikmati semilir angin. Tertawa bersama.
"Ken, menurutmu, bukti cinta itu seperti apa?" Tiba-tiba Ran bertanya, sambil melempari kerikil ke permukaan danau, membentuk gelombang-gelombang lingkaran.
Ken menarik napas, "Meluangkan waktu untuk seseorang yang dia cintai bagiku sudah cukup." Dia juga melempari kerikil ke permukaan danau. Membuat ikan-ikan Neolissochilus thienemanni yang biasa disebut ikan batak atau ikan semah bubar dari kumpulannya.
Ran mengangguk, tapi sepertinya dia belum bisa mengamalkan definisi bukti cinta dari Ken. Di suatu kesempatan dan itu adalah yang terpenting bagi Ken, Ran menghilang. Ia tidak datang di acara ulang tahun Ken. Apalah artinya perayaan ulang tahun tanpa orang yang dicintai. Dan malam itu juga, Ken memutuskan untuk tidak bersama Ran lagi.
Tak berselang lama, Ran menjemput cinta keduanya. Seli. Mudah saja dia mendapatkannya. Saat dia dan Seli ditunjuk untuk mengikuti lomba debat bahasa Indonesia antar kampus, saat mereka sering saling bertemu, Ran sepertinya menaruh hati kepada Seli. Dan kali ini ia lebih berhati-hati, selalu on time ketika janjian. Tepat sebulan setelah itu, Ran bisa menghadiri pesta ulang tahunnya. Mencoba agar kasus itu terbukti. Juga, mengajak Seli ke kafe. Mentraktir. Atau membelikan barang-barang favorit, baju atau boneka panda misalnya.
"Seli, menurut kamu, bukti cinta itu seperti apa?" Ran melontarkan pertanyaan ke Seli yang tengah sibuk memilih baju favoritnya. Mereka berdua sedang berburu baju di mall.
Seli tidak fokus ke pertanyaan Ran. Matanya menyambar kain ungu muda. Warna favorit Seli.
"Ran, ini bagus tidak?" Seli menyodorkan kain ungu ke Ran. Bertanya dengan senyum lebar.
"Jawab pertanyaanku dulu, Seli."
"Eh iya, menurutku bukti cinta itu mengorbankan apapun untuk orang yang dia cintai, bagiku sudah cukup. Gimana, bagus tidak?" Selesai menjawab, Seli kembali menyodorkan kain itu.
Ran tersenyum "Boleh juga, kembaran sama bajuku nih," dia menunjuk kemejanya yang berwarna ungu juga.
Seli tertawa kecil. Ran juga. Dia yakin kalau Ini adalah bukti yang tepat untuk menyelesaikan kasus ini. Kasus hati yang teramat jarang sekali orang bisa memecahkannya.
Tapi lagi lagi dia gagal mengikat kuat hati keduanya. Sebab di satu kesempatan Ran tidak bisa membelikan apa yang Seli inginkan. Membuat Seli merasa terkhianati atas janji Ran untuk selalu mengorbankan apapun untuk Seli.
Malam setelah kejadian itu, Seli memutuskan untuk berpindah ke hati lain.
Tidak mau berstatus jomblo. Ran akhirnya segera menemui cinta ketiganya. Nabila. Lagi-lagi ia masih penasaran untuk memecahkan kasus ini. Benar-benar kasus yang rumit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukti Cinta Ran
RomanceGimana rasanya diputusin berkali-kali sama orang yang dicinta? Sakit bukan? Tapi tidak dengan Ron, ia bersikukuh untuk membuktikan kasus cinta ini. Hingga akhirnya dia tahu apa definisi bukti cinta sebenarnya.