Their First Met

29 5 2
                                    

OUR FIRST MEETING

Sore hari menjelang petang kali ini ditemani oleh Taehyung kecil yang tengah berada di atas pohon mangga di depan rumahnya. Dengan celana pendek sepaha berwarna kuningnya dan kaus merahnya, Taehyung tampak seperti bendera Jerman yang tersangkut.

Well, bukan tanpa alasan Taehyung berada di atas sana, Taehyung hanya ingin melihat dunia luar dengan lebih jelas. Tidak, tidak juga, Alasan Taehyung berada di atas sana karena sebenarnya ia sudah muak mangganya yang sudah matang selalu keduluan dimakan oleh burung, jadi disinilah ia sekarang, berpatroli atas mangga-mangganya, mengusir setiap ancaman yang ada.

“HEI! Hush, hush, pergi! aku nggak masalah kalau kalian bikin sarang di sini. Tapi jangan makan manggaku, ya. Heiiiii"

Taehyung bertumpu pada pohon dengan satu tangannya mengibas-ngibaskan kearah sang terduga tersangka atas mangganya dan satu tangan berpegangan pada batang pohon. Tidak tanggung-tanggung, Taehyung juga berdiri, menginjak batang pohon di bawahnya yang, ugh – semoga itu cukup kuat untuk menopang badan mininya, semua demi mempertahankan mangga tercinta.

“Heeiiiii –“

Taehyung hampir menangkap sang tersangka sebelum akhirnya sebuah mobil hitam dengan suara halus melintas di jalanan di bawahnya.

WHUSSS~

“Waaa..aaw” Taehyung yang notabene jarang melihat mobil bagus melintas di daerah rumahnya merasa terkagum.

Namun sedetik kemudian ia menggelengkan kepalanya, mengernyitkan kening. Ia sering bermain di luar, dan hampir mengenal seluruh seluk-beluk desanya, namun ia merasa tidak pernah melihat mobil hitam asing itu sebelumnya.

Ia jadi penasaran, apa tetangganya ada yang membeli mobil baru? Atau Ayahnya Bambam yang seorang kepala desa membeli mobil lagi? Taehyung tidak tau, dan ia harus tau.

Taehyung turun dari atas pohon dengan tergesa, kemudian segera mengambil sepedanya yang terparkir dibawah pohon, meninggalkan mangga-mangganya bersama sang pemangsa.

“Ibuu, Taetae mau main sebentar!”

Taehyung berteriak, terpaksa berbohong dengan ibunya, karena tidak mungkin ia mengatakan ingin mengikuti mobil orang, pasti tidak dibolehkan. Ia hanya berharap semoga ia tidak dikutuk menjadi batu karena berbohong kepada orangtua. Itu juga tidak sepenuhnya berbohong, sebab Taehyung hanya berkata main, dan menurutnya ini termasuk jenis bermain. Ya, terserah Taehyung.

“Hati-hati, Taetae! Sebelum jam 5 sudah harus pulang!”

“Okay, Taetae cuma sebentar, kok!”

Tanpa berpikir panjang Taehyung langsung mengayuh sepedanya. Untung saja ini di desa, yang seolah ada norma tidak tertulis yang memustahilkan kendaraan untuk kebut-kebutan lebih dari 40 km/jam, jadi tidak heran kalau Taehyung masih bisa melihat mobil tersebut dan mengikutinya.

Berbicara tentang mobilnya, Taehyung sekarang sudah berada dibelakang mobi tersebut. Mobil tersebut ternyata memang sangat bagus sekaligus mengkilap. Taehyung saja sampai bisa melihat dengan jelas pantulan dirinya dari badan mobil.

Surai halus warna coklatnya yang bergerak-gerak akibat tertiup angin, tangan kecilnya yang mencengkeram kemudi sepeda dengan erat, kaki pendeknya yang mengayuh sepeda dengan bersemangat, dan sandal berwarna hijau yang ia pakai, semuannya terlihat dibadan mobil tersebut.

Tidak lama, mobil tersebut memperlambat lajunya, membuat Taehyung kecil mengayuh sepedanya dengan sedikit pelan pula. Hingga kemudian berhenti di sebuah rumah besar, membuat Taehyung mengernyitkan kening, ini bukan rumah temannya, si anak kepala desa, Bambam, berarti ini bukan mobil baru ayahnya, yang ia ketahui rumah besar ini sudah tidak dihuni cukup lama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang