Sore ini seorang perempuan tengah duduk di sebuah taman, ia menundukkan kepalanya.
Sepertinya ia sedang menahan sesuatu yg siap meluncur di kedua matanya.Dia Aca, ya Aca. Ia sedang memikirkan nasib Hidupnya yg sangat menyedihkan.
"Gue cape, gue bosen, gue nyerah. Gue udah cape pura-pura bahagia di hadapan mereka. Gue cape membohongi sahabat baik gue" dan air mata lolos dari pipi Aca.
"Gue harus gimana? Gue benci sama diri gue sendiri! Gue benci kehidupan gue! Gue mau akhirin semuanya!"
"Kehidupan ini masih panjang, jangan berhenti di tengah jalan. Atau kamu akan tertinggal" ucap seseorang di belakang Aca.
Aca menghapus air matanya, lalu ia membalikan badannya.
"Anda Kenapa kemari dok? Ada masalah?" Tanya Aca terlihat baik-baik saja.
"Ah tidak ada, saya hanya ingin berbicara dengan kamu" lalu dokter Riza duduk di sebelah Aca.
"Kamu mau kuliah dimana?" Tanya dokter Riza basa-basi.
"Hah kuliah hanya angan bagi saya, saya harus bayar dengan apa. Saya juga mau minta maaf selama dua tahun ini saya belum bisa membayar biaya ibu saya".
"Tidak apa, saya juga kagum dengan kamu, saya tau semuanya tetapi kamu tidak menyerah. Saya akan memberikan hadiah sebagai kerja kerasmu".
Aca menatap dokter Riza dengan heran. "Hadiah?"
"Iya, saya akan mengizinkan kamu membawa pulang ibu kamu tanpa biaya sepeser pun".
Aca membuka mulutnya lebar-lebar. Ia masih mencerna apa yg dokter Riza katakan.
"Maksud dokter? Dokter jangan bercanda?" Aca terkekeh.
"Saya tidak bercanda, kamu boleh membawa pulang ibu kamu sekarang juga".
"Kalau pembayarannya rumah saya saya tidak mau dokter, saya akan tinggal dimana!?"
"Dasar anak bodoh, saya tidak meminta bayaran apapun. Kalau begitu saya pergi dulu ya".
Lalu dokter Riza pergi.Aca terdiam sesaat, lalu ia memukul kepalanya sendiri. Dengan cepat ia berlari menuju dokter Riza.
Tanpa aba-aba Aca langsung memeluk tubuh dokter Riza dengan erat.
"Saya tidak tau harus berbicara apa lagi, tapi saya berterimakasih banyak. Apa harus saya bersujud?"."Tidak perlu, kamu hanya perlu melepaskan pelukannya. Saya tercekik" keluh dokter Riza.
Dengan rasa malu Aca melepaskan pelukannya. "Saya minta maaf, dan saya berterimakasih banyak".
"Jangan berterimakasih pada saya, tapi berterimakasih lah pada sahabat kamu. Kalau begitu saya pergi dulu".
"Sahabat? Ghina? Aldi? Ucup? Ahh mereka tidak mungkin membayar uang sebanyak mungkin!. Regan? Tidak masuk akal. Laura? Iya Laura? Berarti dia mengetahui segalanya".
Aca terdiam.Aca mengusap wajahnya dengan kasar.
Ia harus apa? Berterimakasih? Marah? Sedih? Aca sangat bingung.
BENCI!!!! Tiba-tiba hal itu kata pertama yg mengiang saat memikirkan Laura.***
Malam ini tepatnya pukul 7malam Laura sudah bersiap untuk tidur.
Ia mengunci pintunya dan mengambil novel, eitss tetapi bukan novel roman, tetapi Novel psikopat.Kedua orang tuanya masih di luar kota, dan saat ini hanya ada dirinya dan Rey dirumah.
Di luar rumah sangat berisik karena ada Kai, sahabat Rey.
Sungguh menyebalkan.Lalu Laura mulai membaca novelnya, jangan lupa diiringi musik yg memadukan dengan cerita itu.
Sedangkan di luar Rey dan Kai sedang asik bermain game.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menolak Kesedihan (Completed)
Ficção Adolescente#Budayakan vote sebelum membaca cerita ini. Bagaimana kalau es bertemu es, apakah akan mencair atau malah semakin membeku???? Ini cerita Laura yg mempunyai sifat dingin dan misterius. Bertemu dengan Regan yg sifatnya tidak jauh berbeda dengan Laura...