Bagian Kecil bisa Membunuhmu

8 4 0
                                    

Huff.....huff......

Langkah demi langkah membentuk sebuah tanda di atas salju yang telah menetap nyaman diatas jalanan, kaki dan jarinya yang mungil itu tidak memakai alat pengaman yang sering disebut orang orang sebagai alas kaki.

Tidak ada yang memperdulikan betapa kotornya anak itu, lebih tepatnya orang orang sibuk berlari untuk mencari tempat karena sepertinya badai salju akan menyerang

1.....2...3....

Langkah baru terbentuk

4....5....6.....

"Hallo?"

Anak kecil itu mendongkak, matanya tidak fokus karena rambut usangnya yang sedikit menutupi penglihatannya namun yang paling jelas adalah orang yang berada didepanya itu seorang pria, tapi dia hanya diam tidak menjawab

"Kenapa kau tidak ikut saja bersamaku?"

Tiada lain yang dapat membantah akan hal kalau hati anak itu senang, matanya mulai bercahaya, meminta ingin kembali melawan kejamnya dunia, namun dia tidaklah tersenyum, hanya mengangguk kaku dan mengikuti orang yang telah memungutnya, berharap penderitaan yang dialami nya akan hilang selamanya

Selanjutnya kata kata pertama kali ia keluarkan setelah 2 bulan dipungut ialah

"Aku ingin mati saja"

Ia sekarang sedang duduk dikursi dengan kaki kecilnya yg masih menggantung dan seorang pria kekar berkacamata hitam dengan meja yang memisahkan kedua jarak diantara mereka,
Namun pria yang sedang duduk didepannya hanya diam sembari mengisap rokoknya yang baru 2 detik dinyalakan

"Segitunya kah kau ingin mati?"

Anak itu tidak membalas, hanya mencengkram kuat baju putih bermotif merah dibajunya.

"Kalau kau ingin mati lalu mengapa kau membunuh orang?"

Anak itu tidak menjawab, namun matanya yang hitam itu menatap menantang pada pria didepannya

"Aku ingin mati!!"

"Begitukah?"

Anak itu hanya diam, pria didepannya hanya diam sembari mencoba menghabiskan rokok ditanganya, mata anak kecil itu masih memegang teguh dan mengatakan dengan serius kalau dia mengalihkan milidetik saja dari pria didepannya maka dia akan mati.

"Matamu itu......"

Pria itu menatap mata hitam anak kecil didepannya

"Sangat menjengkelkan.....ikutlah denganku pembunuh!"

Kemudian pria itu tertawa kencang, sangat kencang hingga mungkin akan membuat meja logam didepannya bergetar

"Aku Darwin! Siapa namamu bocah?"

Anak kecil itu masih diam sembari menatap waspada pergerakan yang mungkin akan terjadi dari pria atau Darwin itu

"Aku tidak mempunyai nama"

" Hahahaha bagaimana dengan Charlie? Kau tau...aku baru saja menonton TV dan disana ada tokoh pendiam atau mungkin bisu..... Yang suka melawak"

"Kau ingin membawaku kemana?"

Darwin menatap bingung Charlie, dan Charlie masih menatap waspada dengan Darwin, bagaimana juga dia disini berdiri ditempat yang bernamakan kepolisian

"Aku akan membawamu ketempatku, dan membedah otakmu itu"

"Mengapa?"

Darwin kembali mengambil satu rokok disaku bajunya dan menyalakannya, dia melepaskan kacamatanya

"Bukankah kau ingin mati? Seharusnya kuapakan tidak masalah kan?"

Kemudian Darwin mencoba menggendong Charlie.

"Kau melawan aku akan membunuhmu"

Peringatan itu berhasil membuat Charlie diam membeku, Darwin terkekeh

"Aku penasaran, mengapa kau sebegitu meinginkan kematian. Ternyata keinginanmu itu cuman kedok mu"

Setelah 15 menit Darwin berbicara dengan polisi, mereka akhirnya sampai di sebuah mobil kecil. Bulan nampaknya sedang bercanda dengan awan, sehingga melupakan pekerjaanya untuk menyinari bumi

"Kutanya sekali lagi bocah, mengapa kau membunuh orang yang telah memungutmu?"

Charlie mendongkak, pipi yg ternodai warna merah pekat itu naik hingga membentuk sebuah senyuman, matanya yang pekat mengerut

" Menjengkelkan....kurasa?"

Darwin kembali terkekeh didepan Charlie, ia kaget lantaran bocah didepannya tersenyum namun ia memilih mengabaikan alasan mengapa bocah itu tersenyum. bulan kembali bekerja, dan menyinari wajah nya yang nampak senang

"Sepertinya aku telah memungut anak setan"

"Hallo ma'am!"

Darwin seketika masuk sebuah rumah setelah mengucapkan kata-katanya, yang disusul oleh Charlie dibelakangnya

"Bodoh! Apa yang kau lakukan disini Darwin!"

Charlie nampak terkejut dengan matanya yang melihat seorang wanita ramping yang dibaluti kemeja dan celana jeans sedang memegang pistol smith & wesson
Rambut hitam panjang bergelombangnya tersampir dibahunya, diikat longgar.

"Berbahagialah kau, aku membawakan mu seorang murid"

Wanita itu menatap Charlie tajam, mata merahnya benar benar menghipnotis nampak angkuh namun anggun

"Seorang bocah?"

"Bukankah bagus? Setidaknya Alice punya teman"

Wanita itu mengalihkan pandangannya dari Charlie dan memilih menatap Darwin dengan lebih tajam

"Alice tidak menginginkan seorang bocah setan disini"

Darwin tekekeh, kemudian berlutut didepan Charlie wajahnya langsung datar
"Dengar bocah! Apakah kau mengira duniamu hanya dikelilingi oleh manusia bodoh? Maka disinilah kau, otakmu akan kubedah, memaksamu untuk merasakan kepedihan yang lebih dengan hidup dengan mesin pembunuh disini"

Darwin berdiri, kemudian mendekati wanita itu dan memegang pinggul wanita itu kemudian mengecup pipinya

"Wanita ini adalah Scarlett, indah bukan?"

Wanita itu segera melepaskan diri dari Darwin dengan mencakar tangan Darwin hingga berdarah

"Jangan mengenalkan wanita seperti itu didepan bocah, kau polisi gadungan"

"Mama?"

Scarlett menatap seorang gadis yang imut dengan rambut terurai, persis seperti replika dirinya sendiri dengan tambahan poni

"Alice?"

"Siapa dia?"

Jari telunjuk Alice menuju ke Charlie

"Dia anak pungutan Darwin"

"Dia muridmu?"

Scarlett nampak menimang nimang dan akhirnya menghela nafas

"Bukan"

Darwin hanya terkekeh

To be continued

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang