Saksi Mata

26 11 0
                                    

"Aaaa-aiiiii!" Jeritan seram itu terdengar lagi. Tapi kali ini Khai dan Joe santai saja. Bunyi itu merupakan rekaman, yang datang dari tape recorder.

Saat itu mereka sedang berkumpul di Markas Besar. Pemimpin Trio Detektif, Mike, dengan penuh perhatian mendengar hasil rekaman Khai malam sebelumnya.

"Setelah itu tidak ada jeritan lagi, Mike," kata Khai. "Sisanya cuma pembicaraan saja dengan orang-orang yang datang kemudian. Aku baru teringat bahwa tape recorder masih jalan ketika mau masuk ke rumah, lalu kumatikan."

Tapi Mike mendengarkan semua yang ikut direkam. Suara orang-orang yang berbicara malam sebelumnya terdengar dengan jelas, karena waktu itu Khai menyetel tombol rekaman sampai habis. Setelah rekaman terputus karena dimatikan Khai, Mike mematikan tape recorder itu. la duduk termenung sambil mencubit-cubit dagunya, tanda bahwa ia sedang memutar otak.

"Jeritan tadi kedengarannya, seperti suara manusia," katanya. "Bunyinya seperti jeritan seseorang yang jatuh di tangga, dan akhirnya lenyap karena ia tidak mampu berteriak iagi."

"Ya... persis begitulah kedengarannya," seru Khai. "Dan itulah yang terjadi Di dalam rumah itu, lima puluh tahun yang lalu. Jaehyun, pemiliknya, jatuh dari tangga hingga mati karena lehernya patah. Mungkin ketika jatuh ia menjerit!"

"Heh, hey... tunggu dulu!" sanggah Joe. "Kenapa kita mendengar jeritannya itu, lima puluh tahun kemudian?"

"Mungkin jeritan itu gema yang datang dari alam baka," kata Mike dengan serius.

"Hiiii... jangan bicara seperti itu," kata Joe. "Menyeramkan sekali rasanya! Tapi mana mungkin suara jeritan lima puluh tahun yang lalu, masih terdengar sekarang?"

"Entahlah, aku juga tidak tahu," kata Mike. "Khai, kau kan yang bertugas mengurus catatan dan penyelidikan pada biro detektif kita ini. Coba jelaskan secara terperinci kejadian itu, lalu apa yang berhasil kau selidiki mengenai sejarah Shinhwa Mansion."

Shinhwa Mansion itu, rumah tua yang dulu adalah tempat tinggal Jaehyun.

"Ya..." kata Khai memulai penuturannya, setelah menarik napas panjang dulu sebelumnya, "kemarin malam aku dan Joe datang ke sana, setelah mendengar kabar bahwa rumah itu sudah mulai dibongkar. Aku bermaksud menulis artikel mengenai itu, dan menyiapkannya untuk dimuat dalam terbitan pertama Surat Kabar 'Morning Korea' pada musim gugur nanti. Aku sengaja membawa tape recorder. Aku mau merekam kesan-kesanku di situ, lalu kemudian baru kusalin di atas kertas."

"Rumah itu kelihatannya menyeramkan. Kami berdiri di dalam gelap. Tapi bulan kemudian muncul, ketika kami sudah lima menit di sana. Tiba-tiba terdengar jeritan melengking. Aku cepat-cepat memutar tombol untuk mengeraskan suara yang masuk. Maksudku mau bersiap merekam kalau jeritan itu terdengar lagi, karena aku tahu kau perlu mendengarnya."

"Bagus," kata Mike, "jalan pikiranmu sudah seperti detektif yang cekatan. Aku sudah mendengar rekaman pembicaraan orang-orang yang datang kemudian. Jadi lanjutkan dengan kejadian setelah kalian masuk ke rumah."

Khai meneruskan ceritanya. Diterangkannya bagaimana mereka memeriksa seluruh rumah, lalu melihat sosok tubuh samar. Mula-mula di tingkat bawah, kemudian naik tangga ke tingkat atas, di mana bayangan itu meluncur sepanjang dinding serambi atas dan akhirnya menghilang, seperti masuk ke dalam dinding.

"Dan sama sekali tidak ada bekas kaki," kata Joe. "Khai teringat akan hal itu, dan ia meminta agar orang-orang yang memegang senter memeriksa lantai dengan seksama."

"Bagus," kata Mike memuji. "Lalu, berapa orang yang melihat bayangan hitam itu bersama kalian?"

"Enam orang," kata Joe.

"Tujuh," bantah Khai.

Kedua pemuda itu saling berpandangan dengan heran.

"Enam," kata Joe. "Aku yakin! Laki-laki bertubuh atletis yang berjalan paling depan, lalu yang berkemeja biru, laki-laki yang membawa anjing kecil, laki-laki yang memakai kaca mata, lalu dua orang lagi yang tidak begitu kuperhatikan."

Misteri Bayangan HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang